Siddhi Savetsila (bahasa Thai: สิทธิ เศวตศิลา, RTGS: Sitthi Sawetsila, Pengucapan Thai: [sìttʰìʔ sàʔwèːtsìʔlaː], 7 Januari 1919 – 5 Desember 2015) adalah seorang perwira angkatan udara dan politikus Thai. Setelah menyelesaikan karier militernya dengan pangkat marsekal, ia menjabat sebagai menteri luar negeri Thailand dari 1980 sampai 1990. Sejak 1991, ia menjadi anggota Dewan Penasehat Raja Bhumibol Adulyadej.

Siddhi Savetsila
Siddhi Savetsila (1980)
Deputi Perdana Menteri Thailand
Masa jabatan
15 Januari 1986 – 5 Agustus 1986
Perdana MenteriPrem Tinsulanonda
Menteri Urusan Luar Negeri
Masa jabatan
11 Februari 1980 – 26 Agustus 1990
Perdana MenteriKriangsak Chamanan
Prem Tinsulanonda
Chatichai Choonhavan
Sebelum
Pendahulu
Upadit Pachariyangkun
Pengganti
Subin Pinkayan
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1919-01-07)7 Januari 1919
Bangkok, Thailand
Meninggal6 Desember 2015(2015-12-06) (umur 96)
Partai politikPartai Aksi Sosial (1983–1990)
Karier militer
PihakThailand
Dinas/cabangAngkatan Udara Kerajaan Thai
Pangkat Marsekal
Pertempuran/perangPerang Pasifik
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kehidupan dan karier

sunting

Siddhi Savetsila lahir di Bangkok. Ia berasal dari latar belakang aristokratik. Ayahnya adalah pejabat berpangkat tinggi dalam pemerintahan kerajaan. Kakek pihak ayahnya adalah Henry Alabaster yang merupakan konsul Inggris di Siam pada masa pemerintahan Raja Rama IV (Mongkut) dan kemudian menjabat sebagai penasehat Raja Rama V (Chulalongkorn).[1] Ibunya berasal dari keluarga Bunnag yang berpengaruh.[2] Ia adalah keturunan langsung dari Somdet Chao Phraya Borom Maha Prayurawongse, seorang bangsawan dan pejabat Siam.

Siddhi mempelajari teknik metalurgi di Massachusetts Institute of Technology (MIT), lulus dengan gelar SB pada tahun 1943. Selama Perang Dunia Kedua , ia bergabung dengan Gerakan Thailand Merdeka (Seri Thai) yang menentang pendudukan de facto Thailand oleh pasukan Jepang. Ia mengumpulkan data untuk badan intelijen asing AS OSS (pendahulu CIA ) dan ditahan sementara oleh Jepang. Dua saudara perempuan Siddhi menikah dengan agen intelijen AS, salah satunya adalah istri mantan agen OSS Willis Bird dan salah satunya adalah petugas CIA William Lair.

Siddhi memegang gelar doktor kehormatan dari Universitas Filipina, Universitas Nasional Singapura dan lima universitas di Thailand.

Karier Angkatan Udara

sunting

Ia kemudian bertugas di Angkatan Udara Kerajaan Thailand dan naik pangkat menjadi marsekal kepala udara (phon akat ek).

Dewan Keamanan Nasional

sunting

Dari tahun 1975 hingga 1980, ia menjabat sebagai sekretaris jenderal Dewan Keamanan Nasional. Dalam jabatan ini, ia membantu Perdana Menteri Kriangsak Chomanan pada saat Invasi Vietnam ke Kamboja selama tahun 1978 hingga 1979.

Karier Politik

sunting

Pada tahun 1980, Kriangsak mengangkatnya sebagai menteri luar negeri. Ia tetap menjabat posisi ini saat Prem Tinsulanonda mengambil alih jabatan perdana menteri beberapa bulan kemudian. Sebagai perwakilan Thailand di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan ASEAN, Siddhi menganjurkan garis keras terhadap Vietnam yang menduduki Kamboja setelah tahun 1979. Pada tahun 1983, Siddhi terpilih menjadi anggota parlemen dan pada tahun 1985 ia mengambil alih kepemimpinan Partai Aksi Sosial (SAP) setelah pensiunnya Kukrit Pramoj . Partai tersebut berhasil dalam pemilihan umum tahun 1986 dan Siddhi juga menjadi wakil perdana menteri untuk waktu yang singkat.

Pada bulan Agustus 1990, Perdana Menteri baru Chatichai Choonhavan memecat Siddhi karena ia menginginkan hubungan yang lebih pragmatis dengan negara-negara komunis di Asia Tenggara. SAP Siddhi mengalami kesulitan besar selama akhir tahun 1980-an dan, pada bulan September 1990, Siddhi melepaskan kepemimpinannya. Sebulan kemudian, ia benar-benar pensiun dari parlemen dan partai, dengan menyatakan bahwa ia sudah lelah dengan politik. Pada tahun 1991, Raja Bhumibol mengangkatnya ke dewan penasehatnya.[3]

Ia meninggal pada 5 Desember 2015 di usia 96 tahun.[4]

Tanda Kehormatan

sunting

Atas jasa-jasanya terhadap negara dan bangsanya, ia dianugerahi berbagai tanda kehormatan baik dari dalam dan luar negeri, diantaranya;[3]

Referensi

sunting