Sidi Tando
Sidi Tando (lahir 30 Mei 1908) adalah seorang pengusaha Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan dan berlanjut pada masa sesudah kemerdekaan atau masa Orde Lama.[1] Ia merupakan salah seorang pengusaha besar diantara sedikit pengusaha besar Indonesia lainnya pada masa Orde Lama.[2]
Sidi Tando | |
---|---|
Lahir | Pariaman, Sumatera Barat, Hindia Belanda |
Kebangsaan | Indonesia |
Pekerjaan | Pengusaha |
Kerabat | Aida Tando (anak) Jusman Syafii Djamal (menantu) |
Kehidupan
suntingSidi Tando lahir di Sungai Limau, Pariaman, Sumatera Barat pada tanggal 30 Mei 1908. Dia lahir dari pasangan Sidi Haji Naik dan Zoewahir. Ia menyelesaikan pendidikannya di Handelschool (Sekolah Dagang) Deventer, Belanda pada tahun 1931.
Tando memiliki bisnis beraneka rupa, diantaranya adalah bisnis ekspor impor barang-barang industri serta perusahaan asuransi NV. Maskapai Assuransi Sidi Tando. Pada 31 Juli 1952, Tando meresmikan pabrik catnya di Jakarta. Pabriknya itu dianggap sebagai pabrik cat nasional pertama di Indonesia.[3] Pabrik ini sebenarnya adalah kelanjutan dari pabriknya di Solo yang telah berdiri sejak tahun 1947. Sewaktu di Solo, pabriknya itu masih bernama NV. Pabrik Tjat, Tinta, dan Pernis Indonesia yang dipimpin oleh Zainuddin bin Haji Sidi Tando. Sementara di Jakarta, pabriknya dibuat lebih modern dan diberi nama PT Perseroan Dagang dan Industri Sidi Tando yang beralamat di Jalan Tanah Abang Barat (kini Jalan Abdul Muis) No. 92, Jakarta Pusat. Pabrik itu menghasilkan beberapa jenis cat yaitu cat rumah luar dalam dengan merek Sidolin, cat kayu besi tahan panas dengan merek Sidolux, cat tembok akrilik dengan merek Sidotex, dan cat untuk mobil dengan merek Sidoloid.
Setelah sukses di bisnis cat, pada awal dekade 1960-an Tando memperluas bisnisnya ke bidang transportasi antar pulau. Dia memiliki armada kapal antar pulau yang dipergunakan untuk mengangkut barang antara Jawa dengan Sumatera Barat. Setelah ia meninggal dunia, bisnisnya berangsur-angsur menurun. Putranya Badar Tando sempat meneruskan bisnisnya, namun tak begitu berkembang.
Keluarga
suntingTando menikah dengan Hasanah, cucu Muhammad Saleh Datuk Urang Kayo Basa dari istri keduanya, Banoeidah. Pasangan ini dikaruniai beberapa orang anak antara lain:
- Ann Tando,
- Hansra Tando,
- Alwi Tando,
- Amir Tando,
- Sjarif Tando,
- Azas Tando,
- Badar Tando,
- Aida Tando,
- Upik Tando.[4][5]
Selain dengan Hasanah, Sidi Tando juga pernah menikah dengan Syarifah Farida. Dari perkawinan itu, lahirlah Duma Tando.[6]
Referensi
sunting- ^ Bridges to New Business: The Economic Decolonization of Indonesia Thomas J. Lindblad. Diakses 1 Juni 2013.
- ^ Indonesia, the Rise of Capital Richard Robison. Diakses 1 Juni 2013.
- ^ Republik Indonesia: Kotapradja Djakarta Raya (1953)
- ^ Matanasi, Petrik. "Kisah Sidi Tando Sang Juragan Cat Nasional". tirto.id. Diakses tanggal 2022-07-10.
- ^ Zed, Mestika (2017). Saudagar Pariaman menerjang ombak membangun maskapai: riwayat Muhammad Saleh Datuk Rangkayo Basa (1841-1921) perintis perusahaan modern pribumi Nusantara. LP3ES. ISBN 978-602-7984-27-1.
- ^ Tempo. Edisi 30 (27 September–03 Oktober 1975).
Pranala luar
sunting- Mengapa Pribumi ekonominya terpuruk Diarsipkan 2016-03-10 di Wayback Machine. apakabar@clark.net,11 April 1998. Diakses 1 Juni 2013.