Sihemum Baru, Dolok Pardamean, Simalungun
Sihemun Baru merupakan salah satu nagori yang ada di kecamatan Dolok Pardamean, kabupaten Simalungun, provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Sihemun Baru | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sumatera Utara |
Kabupaten | Simalungun |
Kecamatan | Dolok Pardamean |
Kode pos | 21163 |
Luas | ... km² |
Jumlah penduduk | ... jiwa |
Kepadatan | ... jiwa/km² |
Sihemun Baru merupakan sebuah nama desa, hasil pemekaran dari Desa Sibuntuon, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Desa ini terdiri dari 4 Dusun yaitu:
1. Huta Lama (Nama Kadus Osner Sinaga)
2. Kampung Saroha/Inpres (Nama Kadus M.Manik),
3. Kampung Baru Atas (Nama Kadus J.Sijabat) dan
4. Kampung Baru Bawah (Nama Kadus Waldemar Naibaho).
Pemerintahan
suntingNagori Sihemun Baru terdiri dari Huta (dusun) Kampung Baru, Sihemun, dan huta lainnya.
Sejarah nama Sihemun
suntingDesa Sihemun memiliki sejarah sehingga nama "SIHEMUN" menjadi nama Desa ini. Menurut informasi lisan yang diperoleh penulis, Orang yang pertama kali memasuki daerah ini adalah Bapak bermarga Sinaga. Awalnya mereka tinggal di Huta Lama (sekarang Huta Lama ini tidak dihuni oleh penduduk lagi). Di Kampung di mana mereka tinggal itu hanya dihuni oleh marga Sinaga dan saudarinya yang bersuamikan Marga Napitu, sementara tidak jauh dari temapat mereka, tinggal juga marga hula-hulanya yaitu marga Manik (nama kampung itu adalah Lihu). Di kedua kampung ini tentunya semuanya bersuku Batak Toba. Tidak jauh dari Kampung "Huta Sinaga" (saya sebutkan saja Huta Lama) ada sebuah kampung yang dihuni oleh saudara-saudara kita keturunan Jawa yang bekerja di perkebunan teh yg mana sangat denkat dengan kampung itu. Mereka menjadi buruh kerena Bangsa Belanda membawa mereka untuk menjadi tenaga kerja di sana(sekitar tahun 1800an).
Di Kampung yang dihuni oleh saudara-saudara kita orang Jawa dan Huta Lama ini (karena kedua kampung ini memang bersebelahan dan mereka sangat rukun satu sama lain walaupun berbeda suku), ternyata ada banyak tumbuh tanaman mentimun. buahnya sangat banyak. Bahasa Batak Mentimun adalah Accimun. Nah, kerena begitu banyaknya mentimun di kampung ini, sampai dijual oleh warga kampung ini ke pekan Sait Buntu, maka orang-orang banyak menyebut kampung mereka dengan sebutan Huta Accimun Lidah orang Jawa sangat sulit menyebut kata "Accimun" maka kata Huta Accimun berubah kata menjadi "Huta Simun", yang di era selanjutnya berubah menjadi Huta Sihemun.
Seiring dengan waktu, entah karena apa, lambat laun saudara-saudara dari keturunan Jawa berpindah ke area perkebunan seperti Sait Buntu, Silikkit dan Toba Sari, sementara Huta Sihemun yang dulunya mereka tempati, kini di tempati oleh suku Batak Toba. Huta Sihemun yang masih ada sampai sekarang oleh masyarakat Desa Sihemun Baru menyebutnya sekarang dengan nama Dusun Huta Lama. Sementara Huta Lama yang dulunya di tempati oleh Pemuka Kampung bermarga Sinaga, kini tidak berpenghuni lagi.
Jadi sebutan nama Kampung Sihemun ternyata tidak lepas dari saudara-saudari kita dari Keturunan Jawa di perbatasan Kecamatan Sidamanik, Kecamatan Dolok Pardamean.
Pemerintahan
suntingDesa ini dipimpin oleh Kepala Desa (Pangulu). Menjabat hingga saat ini ialah Bapak Mangasi Sagala.
Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, dengan kopi sebagai komoditas utama pertanian. Sebagian kecil lainnya yakni sebagai pegawai negeri sipil, pedagang dan profesi lainnya.
Secara geografis desa ini adalah daerah Simalungun, namun hampir semua penduduknya beretnis Batak Toba. Tidak heran jika bahasa pengantar sehari-hari adalah berbahasa Batak Toba, bukan bahasa Simalungun sebagaimana bisa ditemui pada desa-desa lain di daerah Kabupaten Simalungun.
Dengan jumlah penduduk hampir mencapai seribu jiwa, mayoritas anak muda dari desa ini setelah lulus dari sekolah tingkat atas merantau ke luar daerah. Beberapa alasan merantau yakni karena desakan ekonomi, keingintahuan tentang dunia luar, dan melanjutkan pendidikan.
Seratus persen penduduknya beragama Kristen (Katolik dan Protestan).
Di Desa Sihemun Baru baru ada satu sekolah, yakni Sekolah Dasar Negeri 095173 Sihemun. Sekolah ini berdiri tahun 1978. Sebelum tahun 1978, anak-anak yang berasal dari keempat dusun yang disebut di atas ilmu di Sibuntuon. Pendidikan taman kanak-kanak sebagaimana sering dijumpai di kota digantikan dengan pengasuhan langsung oleh orang tua. Belum ada SLTP, SLTA maupun universitas.
Berikut ini beberapa pendidik yang pernah mengajar di SD Negeri 095173 Sihemun:
1. Bapak Markus Damanik, dia berdomisili di Desa Sibuntuon
2. Ibu L.br Sinaga 3. Bapak Raden Purba
4. Ibu Lertiana Manik
5. Ibu DongMaria Damanik
6. Bapak Juliater Naibaho (almarhum)
7. Ibu boru Sipayung (guru agama Kristen Protestan)
8. Ibu boru Malau
9. Ibu Saida boru Napitu
10. Ibu Ma Novita boru Sinaga
11. Bapak Parlin Sitanggang
Fasilitas umum
suntingKebutuhan akan air menjadi faktor penting karena letak geografis yang cukup tinggi. Untuk rentang waktu yang cukup lama, penduduk keempat dusun ini menggunakan air dari sumber air hujan atau membuat saluran air dari lembah sekitarnya kendatipun dengan reservoir yang sangat terbatas. Pada tahun 2000, sebuah proyek air bersih disponsori oleh Gereja Katolik St. Yoseph Pematangsiantar melalui P. Benno Ola Tage berhasil dibangun di dusun Kampung Baru. Proyek penggalian sumur air ini ternyata berhasil menemukan endapan air bawah tanah dengan cadangan yang cukup besar dan kualitas air yang bersih. Hingga kini penduduk di dusun Kampung Baru masih menikmati fasilitas ini. Dusun Kampung Saroha dan Huta Lama juga sudah menikmati air bersih yang diambil dari mata air dari Manik Saribu Sidamanik, seluruh rumah-rumah di ke dua dusun ini sudah menikmati air bersih. Ini dapat terlaksana atas partisipasi masyarakat dan bantuan dari Pemerintah.
Selain kopi sebagai komoditas utama pertanian di Desa ini, para penduduk juga bercocok tanam dengan komoditas lain, seperti: cabe, tomat, jahe, jagung, kacang tanah, sayur-sayuran, dan beberapa tanaman keras lainnya.