Jenis invasif atau jenis asing invasif (disingkat JAI; bahasa Inggris: invasive species atau invasive alien species, disingkat IAS) adalah spesies pendatang di suatu wilayah yang hidup dan berkembang biak di wilayah tersebut dan menjadi ancaman bagi biodiversitas, sosial ekonomi, maupun kesehatan pada tingkat ekosistem, individu, maupun genetik. Berbeda dengan spesies asli yang secara alami hidup di suatu wilayah, spesies pendatang tiba di suatu wilayah dengan campur tangan manusia, baik disengaja atau tidak. Terdapat perbedaan pendapat mengenai kriteria yang diberikan kepada spesies pendatang hingga ia digolongkan sebagai spesies invasif.[1]

Kudzu, spesies polong-polongan Jepang yang bersifat invasif di Amerika Serikat bagian selatan, tumbuh di Atlanta, negara bagian Georgia

Kondisi yang memicu invasi sunting

Umumnya, invasi terjadi karena suatu kompetisi. Spesies selalu berkompetisi dengan spesies lain untuk mendapatkan sumber daya sebanyak-banyaknya sehingga salah satu caranya adalah dengan tumbuh dan berkembang biak secepat mungkin. Hal ini cukup mengeliminasi spesies asli dari kompetisi memperebutkan sumber daya. Selain dengan tumbuh dan berkembang dengan cepat, mereka juga melakukan interaksi yang kompleks dengan spesies asli.

Hal yang memengaruhi kecepatan invasi suatu spesies diantaranya:

  • Kemampuan bereproduksi secara aseksual maupun seksual
  • Tumbuh dengan cepat
  • Bereproduksi dengan cepat
  • Kemampuan menyebar yang tinggi
  • Fenotip yang elastis, mampu mengubah bentuk tergantung kondisi terbaru di sekitarnya
  • Toleransi terhadap berbagai keadaan lingkungan
  • Hubungan dengan manusia
  • Invasi lainnya yang telah sukses dilakukan

Umumnya, spesies introduksi harus bertahan pada populasi yang sedikit sebelum menjadi invasif. Pada kepadatan populasi yang rendah, akan sulit untuk spesies tersebut untuk berkembang biak dan mempertahankan jumlah.

Spesies introduksi dapat menjadi invasif jika mampu menyingkirkan spesies asli dari persaingan memperebutkan sumber daya seperti nutrisi, cahaya, ruang, air, dan sebagainya. Jika spesies tersebut berevolusi di bawah kompetisi yang sengit dengan tingkat predasi yang tinggi, maka lingkungan baru mungkin membuat spesies tersebut berkembang biak dengan sangat cepat. Namun, kompetisi unilateral dan kepunahan spesies asli serta peningkatan populasi spesies invasif bukan termasuk kompetisi.

Spesies invasif mungkin mampu mengandalkan sumber daya yang sebelumnya tidak mampu dijangkau spesies asli, misalnya air tanah yang dalam yang mampu dijangkau akar spesies invasif yang panjang, atau kemampuan untuk hidup di tanah yang sebelumnya tidak dapat dijadikan habitat. Contohnya adalah Aegilops triuncialis di tanah serpentin California.

Fasilitasi ekologi adalah mekanisme yang dilakukan oleh beberapa spesies dengan menggunakan kemampuan mereka memanipulasi faktor abiotik lingkungan sekitar mereka menggunakan bahan kimia yang mereka produksi. Hal ini menyebabkan lingkungan menjadi kondisi yang sesuai dengan mereka namun tidak cocok bagi spesies asli. Contohnya adalah Centaurea diffusa.

tumbuhan seperti Bromus tectorum memiliki kemampuan beradaptasi dengan api. Setelah kebakaran lahan usai, spesies ini menyebar dengan cepat. Namun sesungguhnya keberadaan tanaman ini sendiri mempercepat terjadinya kebakaran dengan memproduksi banyak serasah kering selama musim kering sehingga mempercepat terjadinya kebakaran yang menguntungkan penyebaran mereka.

Dampak ekologi sunting

Spesies invasif biologis mengubah ekosistem dengan banyak cara. Di seluruh dunia, perkiraan 80% dari spesies terancam dapat menderita karena kompetisi atau predasi yang diakibatkan spesies invasif.

Pembukaan lahan dan habitasi oleh manusia memberikan tekanan secara signifikan terhadap spesies lokal. Habitat yang terganggu dapat menjadi suatu ekosistem yang baru yang memengaruhi secara luas terhadap ekosistem lokal. Hal ini dapat menyebabkan spesies unggul, yang mungkin bukan spesies asli, dapat tumbuh pada habitat yang baru tersebut dan menjadi spesies invasif menyingkirkan spesies asli.

Contoh lainnya adalah spesies Bacopa monnieri yang dinyatakan sebagai hama ekosistem karena memengaruhi populasi burung akuatik. Spesies ini dengan cepat menutupi tanah basah yang luas dan mengganggu kehidupan burung seperti Himantopus mexicanus knudseni yang tidak dapat mencari makan di tempat yang ditumbuhi spesies invasif tersebut.

Introduksi spesies yang dilakukan oleh manusia ke ekosistem dapat memiliki efek yang berbeda. Gemma gemma yang diintroduksi dari pantai timur Amerika ke Bodega Harbor di California seabad yang lalu tidak mengurangi populasi spesies asli (Nutricola spp). Sedangkan spesies Carcinus maenas yang diintroduksi dari Eropa memangsa spesies asli sehingga populasi spesies asli terganggu.

Spesies invasif dapat mengubah fungsi ekosistem. Misalnya ekosistem pasca kebakaran hutan (Bromus tectorum), siklus nutrisi (Spartina alterniflora), dan daur hidrologi (Tamarix) di ekosistem asli.

Referensi sunting

  1. ^ Colautti, Robert I.; MacIsaac, Hugh J. (2004). "A neutral terminology to define 'invasive' species". Diversity and Distributions. 10 (2): 135–141. doi:10.1111/j.1366-9516.2004.00061.x. 

Bacaan lanjut sunting

  • Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2015). Strategi Nasional dan Arahan Rencana Aksi Pengelolaan Jenis Asing Invasif di Indonesia (PDF). Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. ISBN 978-602-72942-2-6. 
  • Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2016), Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.94/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tentang Jenis Invasif (PDF), Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia 
  • Kolar, C.S.; D.M. Lodge (2001). "Progress in invasion biology: predicting invaders". Trends in Ecology & Evolution
  • Mack, R.; D. Simberloff, W.M. Lonsdale, H. Evans, M. Clout, and F.A. Bazzazf (2000). "Biotic invasions: Causes, epidemiology, global consequences, and control". Ecological Applications 10: 689–710.
  • Brooks, M.L.; C. M. D’Antonio, D. M. Richardson, J. B. Grace, J. E. Keeley, J. M. DiTomaso, R. J. Hobbs, M. Pellant, and D. Pyke (2004). "Effects of invasive alien plants on fire". BioScience
  • Elton, Charles S. (2000). The Ecology of Invasions by Animals and Plants. University of Chicago Press.
  • McNeeley, Jeffrey A. (2001). The Great Reshuffling: Human Dimensions Of Invasive Alien Species. World Conservation Union (IUCN).
  • Baskin, Yvonne (2003). A Plague of Rats and Rubbervines: The Growing Threat Of Species Invasions. Island Press.
  • Van Driesche, Jason; Roy Van Driesche (2004). Nature Out of Place: Biological Invasions In The Global Age. Island Press.
  • Burdick, Alan (2006) [2005]. Out of Eden: An Odyssey of Ecological Invasion. Farrar Straus and Giroux.
  • Lockwood, Julie; Martha Hoopes, Michael Marchetti (2007) [2006]. Invasion Ecology. Blackwell Publishing.
  • Coates, Peter (2007). American Perceptions of Immigrant and Invasive Species: Strangers on the Land. University of California Press.
  • Terrill, Ceiridwen (2007). Unnatural Landscapes: Tracking Invasive Species. University of Arizona Press.

Pranala luar sunting