Sebuah standar internal dalam kimia analitik adalah suatu zat kimia yang ditambahkan dalam jumlah yang tetap ke dalam sampel, blanko dan standar kalibrasi dalam suatu analisis kimia.[1] Zat tersebut kemudian dapat digunakan dalam kalibrasi dengan memplotkan rasio antara sinyal analit terhadap sinyal standar internal sebagai fungsi konsentrasi analit standar. Hal ini dilakukan sebagai koreksi terhadap kehilangan analit selama preparasi sampel atau saat sampel dimasukkan. Standar internal adalah senyawa yang hampir serupa, tetapi tidak identik dengan spesi kimia yang utama pada sampel, sebagaimana seharusnya dampak yang ditimbulkan saat preparasi sampel, berbanding lurus dengan jumlah dari tiap spesi, harus sama terhadap sinyal pada standar internal sebagaimana pada sinyal dari spesi utama pada kasus yang ideal. Penambahan sejumlah kuantitas analit utama dengan jumlah yang diketahui merupakan teknik khusus yang disebut penambahan standar, yang dilakukan untuk mengkoreksi efek matriks.[2][3]

Rasio dari sampel tersebut kemudian digunakan untuk memperoleh konsentrasi analit utama mereka melalui kurva kalibrasi. Standar internal yang digunakan harus menghasilkan sinyal yang mirip dengan sinyal analit dalam kebanyakan cara tapi cukup dapat dibedakan sehingga dua sinyal mudah dibedakan oleh instrumen. Sebagai contoh, klorobenzena terdeuterasi (C6D5Cl) adalah standar internal yang digunakan pada analisis cairan mudah menguap pada GC-MS karena hampir serupa dengan klorobenzena namun tidak mudah ditemukan secara alami. Norleusin juga merupakan salah satu standar internal yang populer pada analisis asam amino menggunakan GC-MS.

Aplikasi sunting

Spektroskopi NMR sunting

Dalam spektroskopi NMR, contohnya pada inti 1H, 13C and 29Si, frekuensi bergantung pada medan magnetik, yang tidak pernah sama pada setiap eksperimen. Karenanya, frekuensi tersebut dilaporkan sebagai perbedaan relatif terhadap standar internal tetrametilsilan (TMS). Perbedaan relatif terhadap TMS tersebut dikenal sebagai pergeseran kimia, dan diukur dalam satuan bagian per juta (parts per million).[4]

Pada prakteknya, perbedaan antara sinyal dari pelarut umum dan TMS diketahui, dan karena instrumen modern mampu mendeteksi pelarut terprotonasi pada pelarut terdeuterasi komersial hingga jumlah yang kecil, TMS tidak perlu ditambahkan. Dengan menentukan pelarut kunci yang akan digunakan, spektrometer modern mampu untuk mengkoreksi sampel referensi; akibatnya, pelarut itu sendiri berfungsi sebagai standar internal.[5]

Kromatografi sunting

Dalam kromatografi, standar internal digunakan untuk menentukan konsentrasi analit lain dengan menghitung faktor respon. Standar internal yang dipilih harus kembali mirip dengan analit serta memiliki waktu retensi yang sama. Standar internal tersebut harus stabil dan tidak mengganggu komponen sampel.[2]

Referensi sunting

  1. ^ IUPAC, Compendium of Chemical Terminology, edisi ke-2 ("Buku Emas") (1997). Versi koreksi daring:  (2006–) "internal standard".
  2. ^ a b Skoog, Douglas A. (1998). Principles of Instrumental Analysis: Introduction. Harcourt Brace. hlm. 18. ISBN 0-03-002078-6. 
  3. ^ Svehla, G. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian 1. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka. 
  4. ^ Supratman, Unang (2010). Elusidasi Struktur Senyawa Organik: Metode Spektroskopi untuk Penentuan Senyawa Organik. Bandung: Widya Padjadjaran. ISBN 978-602-832-350-5. 
  5. ^ Mohrig, Jerry R.; Noring Hammond, Christina; Schatz, Paul F. (Januari 2006). Techniques in Organic Chemistry (Google Books excerpt). hlm. 273–274. ISBN 978-0-7167-6935-4. 

Pranala luar sunting