Star Pacific

perusahaan asal Indonesia

Star Pacific merupakan perusahaan publik yang bergerak dalam bidang investasi multi sektor dan bermarkas di Lippo Village, Tangerang, Banten, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1983, dan tercatat telah mengalami beberapa kali perubahan bisnis dan nama sebelum menjadi namanya saat ini.[1]

PT Star Pacific Tbk
Publik
Kode emitenIDX: LPLI
IndustriInvestasi
Didirikan28 Mei 1983
Kantor
pusat
Tangerang, Indonesia
Situs webwww.star-pacific.co.id

Saat ini, usahanya terutama adalah dalam bidang media massa, manajemen dan penyewaan properti.[1][2]

Manajemen sunting

  • Presiden Komisaris: Agus Arismunandar
  • Komisaris Independen: Ganesh Chander Grover
  • Komisaris: Fendi Santoso
  • Presiden Direktur: Lukman Djaja
  • Direktur: Heni Widjaja (merangkap Sekretaris Perusahaan)
  • Direktur: Rizal Paramarta

Pemegang Saham sunting

Anak Usaha sunting

  • PT Anggraini Mulia*)
    • PT Cosmopolitan Indotama
  • PT Lippo Media Jasa*)
  • PT Samiaji Duta Perkasa*)
  • PT Sarikreasi Dinamika*)
  • PT Multi Media Interaktif
    • PT Galeri Investor Indonesia*)
    • PT Supra Sentra Kencana *)

Keterangan: *) tandanya tidak aktif beroperasi[1]

Sejarah sunting

Kehidupan awal: Asuransi jiwa sunting

PT Star Pacific awalnya didirikan pada 28 Mei 1983 dengan nama PT Asuransi Lippo Jiwa Sakti yang kemudian pada 10 Agustus 1983 diganti namanya menjadi PT Asuransi Lippo Life,[1] dengan modal pendirian Rp 1,5 miliar.[4] Sesuai dengan namanya, pada awalnya perusahaan anak usaha Lippo Group ini bergerak di bidang asuransi, dengan nama Lippo Life (bedakan dari Lippo Life saat ini, yang baru didirikan pada 2013). Lippo sebenarnya sudah mendapat izin mendirikan perusahaan asuransi jiwa sejak tahun 1980.[5] PT Asuransi Lippo Life sendiri mendapat izin untuk beroperasi pada 1 Januari 1984, dan merupakan perusahaan asuransi jiwa pertama yang didirikan pasca deregulasi dalam pendirian perusahaan asuransi pada 1983.[6] Layanan yang diberikan perusahaan ini beragam, mulai dari asuransi jiwa, investasi dan jasa pensiun.[7] Dalam perkembangannya, asuransi jiwa yang memiliki slogan "Membina Hidup Berencana" ini kemudian berhasil mengembangkan usahanya dan membangun beberapa kantor cabang di berbagai daerah, seperti Denpasar, Surabaya, Semarang dan Ujung Pandang.[8] Produk yang ditawarkannya beragam, dalam merek Artha Keluarga, Artha Sejahtera, Artha Bahagia, dan lainnya.[9]

Pada 23 Oktober 1989, PT Asuransi Lippo Life melepas sahamnya di Bursa Efek Jakarta dengan menawarkan 1,071 juta saham pada harga perdana Rp 8.500/lembar.[4] Kode emiten LPLI sendiri berasal dari singkatan namanya dan masih digunakan sampai saat ini. Seiring perkembangan kelas menengah, Lippo Life berkembang menjadi perusahaan asuransi jiwa publik terbesar pada 1990-an, dengan pendapatan premi mencapai Rp 447 miliar.[10] Selain itu, tercatat pada era 1990-an di bursa saham, perusahaan ini melakukan beberapa aksi korporasi, seperti rights issue, stock split dan saham bonus.[11]

Pengalihan dan pelepasan bisnis asuransi sunting

Pada 15 Juli 1996, PT Asuransi Lippo Life mendirikan sebuah anak perusahaan, bernama PT Asuransi Jiwa Lippo Utama, yang dimaksudkan untuk menampung premi dan aktivitas jasa PT Asuransi Lippo Life. Pendiriannya sendiri seiring dengan upaya Lippo Grup untuk mencari partner strategis asing bagi bisnis asuransi jiwanya, demi meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan. Untuk memuluskan rencana ini, tercatat pada 31 Agustus 1998 semua jasa, operasional dan bisnis asuransi jiwa PT Asuransi Lippo Life telah dialihkan ke anak usaha barunya tersebut.[12] Tidak lama kemudian, setelah melalui proses seleksi dan pertimbangan, Lippo berhasil mendapatkan American International Group (AIG) sebagai mitranya. AIG lalu membeli 70% saham PT AJ Lippo Utama seharga Rp 540 miliar dan 5% saham induknya, PT Asuransi Lippo Life seharga Rp 830 miliar.[13] Pasca transaksi yang tuntas pada 14 Desember 1999,[14] nama PT Asuransi Jiwa Lippo Utama berganti nama menjadi PT Asuransi AIG Lippo Life (disingkat AIG Lippo).[15] Tidak lama kemudian, Lippo pun mulai melepas sahamnya (seperti 10% pada 2003)[16] dan kemudian menghilang, sehingga pada 1 Februari 2005 namanya menjadi AIG Life.[17] Seiring restrukturisasi induknya di Amerika Serikat pada 2009, saat ini dikenal dengan nama AIA Financial mulai 1 Juni 2009.[18][19]

Terjun ke bisnis teknologi informasi sunting

Kembali ke PT Asuransi Lippo Life, kemudian seiring proses rekapitalisasi, perusahaan yang awalnya ikut memegang saham mayoritas Lippo Bank sejak 1996 ini[11] ikut terdilusi kepemilikannya di bank tersebut menjadi 20% pada 1999.[20] Dengan pelepasan bisnis utamanya di bidang asuransi jiwa, praktis perusahaan ini hanya menjadi perusahaan induk. Seiring maraknya gelembung dot-com yang melanda dunia pada 2000, keluarga Riady lalu mempergunakan PT Asuransi Lippo Life untuk terjun ke bisnis teknologi informasi. Dalam sejumlah konferensi pers pada 6 Januari-23 Februari 2000, PT Asuransi Lippo Life menyatakan bahwa mereka akan terjun ke bisnis e-commerce dan internet dengan modal Rp 1 triliun, dengan prediksi mereka akan menjadi pemimpin pasar internet di Indonesia.[21] Tidak lama setelah konferensi pers tersebut, pada 24 Januari 2000 nama perusahaan diganti menjadi PT Asuransi Lippo E-Net Tbk, dan kemudian pada 23 Juni 2000 menjadi PT Lippo E-Net Tbk.[2] Perubahan nama yang terakhir ini, sekaligus merubah bisnis utamanya, dari dari bidang usaha asuransi jiwa menjadi bidang jasa, teknologi informasi termasuk bisnis internet, pengelolaan/pengembangan bisnis dan manajemen perusahaan.[22]

Namun, rupanya pernyataan tersebut tidak disenangi oleh Bapepam-LK yang merasa Lippo E-Net telah menyebarkan disinformasi dengan menyampaikan informasi setengah-setengah, yang dilakukan untuk menaikkan harga sahamnya. Akibatnya, Lippo E-Net pada 31 Juli 2000 diberi denda oleh Bapepam-LK senilai Rp 5,5 miliar,[21][23] sebuah angka denda yang bisa dikatakan terbesar saat itu.[24] Lippo E-Net memiliki visi untuk terjun dalam bisnis penyedia jasa internet.[25] Tidak hanya itu, Lippo E-Net juga berniat membangun infrastruktur internet, e-commerce, cyberuniversity (bersama Microsoft),[26] dan lainnya sebagai pelopor di bisnis internet.[27][28] Nyatanya, usaha Lippo terjun ke bisnis internet di pasar yang belum matang, seperti meluncurkan portal Lippostar.com dan supermarket online Lipposhop, rupanya tidak menemui hasil yang memuaskan dan hanya berusia pendek.[29]

Perubahan nama sunting

Dengan kegagalan tersebut, maka bisnis PT Lippo E-Net kemudian dialihkan ke bidang investasi di sejumlah anak perusahaan, seperti PT Asta Indah Abadi dan PT Anggraini Mulia.[30] Perusahaan investasi tersebut akhirnya mengganti nama usahanya pada 28 November 2008 menjadi saat ini, yaitu PT Star Pacific Tbk, yang diiringi juga dengan pelaksanaan rights issue (PUT V).[2] Rights issue ini diadakan pada 12 Desember 2008-28 Januari 2009.[31] Selain itu, juga dilakukan konversi saham, dan Star Pacific juga mengakuisisi sejumlah perusahaan media massa dengan akuisisi PT Multi Media Interaktif (MMI) yang memiliki Investor Daily, Jakarta Globe, dan Globe Asia.[32][33] Pada 2016 Star Pacific pernah mengungkapkan niatnya untuk membangun media digital.[34] Selain itu, saat ini Star Pacific juga memiliki beberapa anak usaha lainnya di beberapa bidang, dan bekerjasama dengan beberapa perusahaan Grup Lippo lain.[35]

Rujukan sunting

Pranala luar sunting