Stasiun Tanggung

stasiun kereta api di Indonesia
(Dialihkan dari Stasiun Tangoeng)


Stasiun Tanggung (TGG) adalah sebuah stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Tanggungharjo, Tanggungharjo, Grobogan, Jawa Tengah, terletak pada ketinggian +20 meter, termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang.

Stasiun Tanggung

Bangunan Stasiun Tanggung, tampak monumen roda dan sayap di luar stasiun, 2021
Lokasi
Koordinat7°5′17″S 110°36′8″E / 7.08806°S 110.60222°E / -7.08806; 110.60222
Ketinggian+20 m
Operator
Letak
Jumlah peron2 (satu peron sisi dan satu peron pulau yang sama-sama rendah)
Jumlah jalur2 (jalur 2: sepur lurus)
LayananHanya untuk persilangan dan penyusulan antarkereta api.
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Gaya arsitektur
  • Chalet-NIS
  • Tudor
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiIII/kecil[2]
Sejarah
Dibuka10 Agustus 1867; 157 tahun lalu (1867-08-10)
Dibangun kembali1910
Nama sebelumnyaHalte Tangoeng
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Toilet 
Tipe persinyalanMekanik tipe Siemens & Halske semiotomatis
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun ini adalah stasiun paling tua di Indonesia setelah Stasiun Samarang

Stasiun ini juga hanya memiliki dua jalur kereta api dengan jalur 2 sebagai sepur lurus.

Karena adanya kendala akses transportasi, stasiun ini akhirnya beralih fungsi sebagai stasiun pemantau. Di depan bangunan stasiun, didirikan monumen roda dan sayap bertuliskan "Di bumi inilah kita bermula" serta dibuka untuk umum maupun penggemar kereta api yang ingin mengetahui sejarah perkeretaapian di Indonesia.

Sejarah

sunting
 
Pembukaan perdana Halte Tangoeng, 10 Agustus 1867

Stasiun Tanggung merupakan stasiun kereta api keempat tertua (setelah Samarang NIS, Allas-Toewa, dan Broemboeng) yang kini masih beroperasi di Indonesia. Pada 10 Agustus 1867, jalur kereta api pertama dibuka antara Tanggung–Samarang yang berjarak 25 kilometer oleh Gubernur Jenderal Ludolph Anne Jan Wilt Sloet van de Beele.[3]

Bangunan stasiun yang didirikan pertama kali telah dibongkar pada 1910, kemudian NIS membangun stasiun baru di atas bekas bangunan lama dengan gaya arsitektur Chalet-NIS yang banyak diterapkan ketika NIS melakukan renovasi stasiun-stasiunnya pada 1900–1915—Chalet sebenarnya adalah sebutan bagi bangunan dengan arsitektur tradisional di Pegunungan Alpen, seperti lumbung, kandang, maupun rumah tinggal dengan ciri khas berupa konstruksi kayu yang dilengkapi atap dari sirap batu dan teritisan lebar untuk melindungi bangunan dari hujan dan salju. Bangunan stasiun ini berukuran 6 meter × 12 meter dengan atap pelana dan dikelilingi beranda yang berfungsi sebagai peron.[4]

Pada pertengahan 1980-an, stasiun ini pernah hendak dibongkar dan ditempatkan di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.

Stasiun ini telah dilakukan renovasi sebanyak empat kali, yakni pada 1984, 1997, 2000, dan 2007.

Saat ini tidak ada kereta api yang berhenti di stasiun ini, kecuali jika terjadi persilangan dan penyusulan antarkereta api.

Galeri

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ Banck, J.E. (1869). Geschiedenis van het Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij. M.J. Fisser. 
  4. ^ Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah. Stasiun Kereta Api Tapak Bisnis & Militer Belanda. Balai Pelestarian Cagar Budaya. hlm. 3-4. 
Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Brumbung
Terminus
Segitiga Brumbung–Gundih–Gambringan
Brumbung–Gundih
Brumbung–Gundih
Kedungjati
menuju Gundih
Brumbung
menuju Semarang
Samarang–Tangoeng (NIS) Terminus