Story:Museum Nasional Nepal
Museum Nasional Nepal
Museum Nasional Nepal (bahasa Nepali: नेपाल राष्ट्रिय संग्रहालय), yang terletak di kaki Swayambhu, sebuah bukit suci di Lembah Kathmandu, adalah museum Nepal pertama. Seluas sekitar 50 Ropani (27,38 hektar), museum ini terdiri dari berbagai bangunan, taman, dan ruang terbuka di dalam lokasinya. Fungsi utamanya adalah untuk melestarikan dan memamerkan kekayaan seni yang langka dan berharga.
Museum ini memiliki kaya akan nilai sejarahnya, awalnya berfungsi sebagai rumah Arsenal yang dibangun pada tahun 1824 oleh Perdana Menteri Jenderal Bhimsen Thapa. Pada tahun 1926, Perdana Menteri Rana Chandra Shumsher menambahkan dua sayap di utara dan selatan bangunan utama dan menamainya Museum Silkhana. Kemudian, pada tahun 1938, Perdana Menteri Rana Juddha Shumsher menamainya Museum Nepal dan dibuka untuk umum pada 12 Februari 1939.
Awalnya, bangunan yang menjadi tempat Museum Nasional tidak dimaksudkan untuk tempat penyimpanan, konservasi, pelestarian, dan pemajangan khazanah seni. Seiring berkembangnya museum, pengelolaannya dengan cara yang tepat menjadi tantangan. Menanggapi kebutuhan tersebut, Perdana Menteri Juddha Shumsher mendirikan Judhha Jatiya Kala Bhavan di depan Museum Nepal pada tahun 1943. Dibuka untuk umum pada tanggal 18 April 1943. Setelah itu, terdapat bagian seni koleksi Buddha yang diperluas melalui dukungan keuangan dari Pemerintah Jepang pada tahun 1997.
Seiring berjalannya waktu, Museum Nasional telah mengalami perubahan sistem administrasi dan situasi pengelolaannya. Awalnya, sejak berdirinya hingga tahun 1951, ia beroperasi sebagai departemen tersendiri dalam pemerintahan. Sejak tahun 1951, kewenangan administratifnya diserahkan kepada Departemen Pendidikan di bawah pimpinan seorang kurator, yang berlanjut hingga tahun 1962. Selanjutnya, Departemen Arkeologi mengelola museum tersebut.
Seiring berkembangnya museum, namanya pun ikut berubah. Awalnya dikenal sebagai Museum Persenjataan, yang diubah menjadi Museum Nepal pada tahun 1939. Kemudian pada tahun 1968 berganti nama menjadi Museum Nasional yang tetap populer hingga saat ini.
Saat ini, galeri sejarah museum, galeri seni Judhhajatiya, dan galeri seni Buddha menawarkan layanan kepada pengunjung, termasuk pelajar, wisatawan domestik dan internasional. Seiring berjalannya waktu, tempat ini menjadi tujuan penting bagi mereka yang tertarik pada seni dan sejarah.
Museum ini juga memiliki auditorium berkapasitas tempat duduk 142 peserta dengan kursi nyaman yang dilengkapi podium, sistem audiovisual dan pencahayaan yang baik. Kompleks ini dilengkapi dengan taman dan juga cocok untuk tamasya sehari bersama keluarga dengan anak-anak dan menghabiskan hari dalam tur akademis dan relaksasi.