Story:Sejarah Bangunan Museum Sumpah Pemuda dari Masa Kolonial sampai Awal Kemerdekaan
Museum Sumpah Pemuda
Museum Sumpah Pemuda adalah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang berada di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat. Cek sejarahnya yuk!
Bangunan di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda, adalah sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa yang awalnya hak guna bangunannya dipegang oleh Sie Kong Liong.
Di gedung milik pemerintah DKI ini pernah tinggal beberapa tokoh pergerakan, seperti Muhammad Yamin, Aboe Hanifah, Amir Sjarifuddin, Soegondo Djojopoespito, Setiawan, Soejadi, Mangaradja Pintor, A.K. Gani, dan Mohammad Tamzil dan Assaat dt Moeda.
Sejak 1925 gedung ini menjadi tempat tinggal pelajar yang tergabung dalam Jong Java, kebanyakan pelajar Sekolah Pendidikan Dokter Hindia alias Stoviadan dari sekolah tinggi hukum RHS. Mereka menyewa untuk menampung kegiatan kepanduan, diskusi politik dan latihan kesenian Jawa.
Sejak 1926, penghuni gedung ini makin beragam. Mereka kebanyakan aktivis pemuda dari daerahnya masing-masing. Kegiatan penghuni gedung itu juga makin beragam. Selain kesenian, mahasiswa di gedung ini aktif dalam kepanduan dan olahraga.
Gedung ini juga menjadi markas Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI), yang berdiri pada September 1926, usai kongres pemuda pertama. Mereka sering mengundang tokoh seperti Bung Karno untuk berdiskusi.
Semasa Pemerintahan Hindia Belanda, aktivitas pergerakan diawasi sangat ketat. Rumah 106 ini juga selalu dalam kuntitan dinas intelijen, termasuk rapat ketiga Kongres Pemuda II.
Di gedung ini juga muncul majalah Indonesia Raya, yang dikelola PPPI. Karena sering dipakai kegiatan pemuda yang sifatnya nasional, para penghuni menamakan gedung ini Indonesische Clubhuis, tempat resmi pertemuan pemuda nasional.
Sejak 1927, mereka memasang papan nama gedung itu di depan. Padahal Gubernur Jenderal H.J. de Graff sedang menjalankan politik tangan besi.