Story:Sejarah Museum Kereta Api Sawahlunto
Museum Kereta Api Sawahlunto
Museum Kereta Api Sawahlunto menyimpan cerita sejarah yang berharga. Tentang perkembangan kereta api di daerah yang kaya akan batubara tersebut. Yuk simak sejarahnya:
Menindaklanjuti laporan W.H. van Greve pada tahun 1868 tentang temuan batu bara Ombilin, Hindia Belanda tertarik menanamkan modal untuk pembangunan jalur kereta api baru khusus batu bara. Keputusan ini tertuang dalam besluit, kemudian dimasukkan ke Staatsblad tahun 1891 No. 176.
Karena tidak adanya insinyur Belanda yang turut andil dalam pembangunan lintas ini, maka didatangkanlah insinyur dari Inggris mengingat Sumatra Barat yang memiliki kontur perbukitan nan terjal.
Jalur tersebut adalah Pulau Air–Padang Panjang yang selesai pada tanggal 1 Juli 1891. Pada tanggal 1 Juli 1892, segmen Padang Panjang–Solok telah selesai dibangun, melewati tepian Danau Singkarak.
Segmen Solok–Muaro Kalaban diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1892. Pada tanggal 1 Januari 1894, perpanjangan Muaro Kalaban menuju Sawahlunto telah selesai dibangun.
Jalur ini pernah digunakan untuk kereta penumpang reguler hingga sekitar tahun 1986. Layanan kereta api penumpang pun berhenti akibat dampak kebijakan motorisasi Orde Baru.
Waktu itu, transportasi penumpang dengan kereta api kalah efisien dibandingkan kendaraan bermotor pada saat itu sehingga layanan KA di jalur tersebut hanya kereta api pengangkut batu bara dan kereta api wisata (pada akhir pekan).
Pada tahun 2002-2003, tambang batu bara Ombilin yang dioperasikan oleh PT Bukit Asam Tbk. terpaksa ditutup karena habisnya batu bara. Kehabisan batu bara ini menyebabkan jalur kereta apinya juga mangkrak.
Pada 2004-2005, PT Kereta Api memutuskan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Sawahlunto untuk membuka museum perkeretaapian. Museum menempati bekas Stasiun Sawahlunto, diresmikan pada 17 Desember 2005 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.