Sublimus Dei
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Maret 2016. |
Sublimus Dei (juga dirujuk sebagai Sublimus Deus dan Sublimis Deus) adalah sebuah Bulla kepausan yang diterbitkan oleh Paus Paulus III pada tanggal 29 Mei 1537 yang melarang perbudakan penduduk asli Amerika (yang dijuluki sebagai orang-orang India dari Barat dan dari Selatan) dan orang-orang lainnya.
Sri Paus menggunakan bahasa yang hampir sama dalam bulla ini dan dalam suratnya Veritas ipsa yang ditujukan kepada Kardinal Juan de Tavera, Uskup Agung Toledo, Spanyol, yang dikirimkan kurang dari sebulan sebelumnya pada tanggal 2 Mei 1537. Paus Paulus III dengan tegas menyatakan bahwa para penduduk asli Amerika adalah makhluk berakal-budi dan berjiwa, dan ia mencela pemikiran apapun yang bertentangan dengan hal ini sebagai sesuatu yang terinspirasi oleh "musuh umat manusia", setan. Ia lebih jauh mengutuk pengurangan hak asasi mereka ke dalam perbudakan dengan kata-kata yang paling keras, menyatakan bahwa perbudakan atas orang-orang yang telah diketahui kondisinya maupun yang mungkin ditemukan lagi pada masa depan adalah sesuatu yang tidak sah dan harus dihentikan. Ia berkata bahwa setiap orang berhak atas kemerdekaan dan kepemilikan harta benda, dan menutup surat tersebut dengan panggilan untuk penginjilan terhadap orang-orang yang tertindas tersebut.
Bulla ini memiliki pengaruh yang kuat pada Debat Valladolid, dan prinsip-prinsipnya pada akhirnya menjadi posisi resmi Charles V, Kaisar Romawi Suci, dan Raja Spanyol, walaupun hal ini sering kali tidak diacuhkan oleh kaum kolonial dan kaum Conquistador sendiri.
Latar belakang
suntingDalam bulla-bulla Dum diversas (1452) dan Romanus Pontifex (1455) hak untuk menjadikan kaum penyembah berhala sebagai para budak selama hidupnya diberikan kepada umat Kristiani. Bulla-bulla ini selanjutnya digunakan sebagai pembenaran atas zaman perdagangan budak dan kolonialisme.
Dengan kesadaran bahwa Benua Amerika memiliki wilayah dunia yang tidak diketahui oleh bangsa Eropa sebelumnya, muncullah spekulasi yang keras terhadap pertanyaan apakah penduduk asli wilayah ini benar-benar manusia atau bukan. Bersamaan dengan pertanyaan ini muncul juga perdebatan atas perlakuan yang salah terhadap para penduduk asli ini oleh kaum Conquistador dan kaum kolonial.
Kebanyakan orang percaya bahwa bangsa yang baru ditemukan ini bukanlah benar-benar manusia. Pihak ini berpikir bahwa semenjak dunia Kristen tidak diizinkan oleh Tuhan untuk mengetahui keberadaan mereka dan, oleh karenanya, melakukan penginjilan kepada mereka hingga masa yang sangat terlambat, maka hal ini terjadi karena mereka bukanlah manusia atau bukanlah makhluk yang memiliki jiwa sehingga mereka tidak akan bisa memperoleh penyelamatan. Terlebih, Perjanjian Baru telah mengatakan bahwa Injil telah disebarkan ke seluruh bangsa di dunia;[1] semenjak Injil belum disebarkan pada penduduk asli Amerika mungkin mereka tidak termasuk para bangsa di dunia. Selain itu, umat Kristiani tahu bahwa umat manusia dibagi ke dalam tiga ras yang berbeda (bangsa Eropa, bangsa Asia, dan bangsa Afrika), tiap ras mewakili setiap putra Nabi Nuh. Penduduk asli Amerika tidak termasuk di dalam pembagian ras ini.
Isi
suntingKata Sublimus dei adalah sebuah pernyataan umum, yang dibingkai dalam kata-kata yang berlaku bukan hanya pada kaum Indian tetapi juga pada bangsa-bangsa yang belum diketahui keberadaannya. Kutipan bagian terpentingnya adalah sebagai berikut:
Musuh umat manusia, yang menentang semua niat baik dalam usahanya untuk membawa manusia ke dalam kehancuran, melirik dan iri akan hal ini, menemukan sebuah cara yang belum pernah terdengar sebelumnya, dimana ia bakal menghalang-halangi penyebaran sabda Tuhan mengenai penyelamatan umat manusia: ia menginspirasi kaki-tangannya yang, untuk menyenangkan hatinya, tidak pernah ragu-ragu untuk menyebarkan berita di luar sana bahwa kaum India dari Barat dan dari Selatan, dan bangsa-bangsa lain yang kita baru saja mengenalinya harus diperlakukan sebagai binatang bodoh yang diciptakan untuk melayani kita, berpura-pura bahwa mereka tidak mampu untuk menerima iman Katolik.
Kita, yang, walau tidak pantas, menggunakan kekuasaan Tuhan kita di bumi dan berusaha dengan segala kekuatan kita untuk membawa domba-domba-Nya yang berada di luar kandang yang telah menjadi tanggung jawab kita, berpikiran bahwa kaum Indian adalah benar-benar umat manusia dan bahwa mereka tidak hanya mampu untuk mengerti iman Katolik namun juga, berdasarkan informasi yang kami dapat, mereka berkehendak sangat besar untuk menerimanya. Berkehendak untuk menyediakan penyembuhan yang cukup bagi kejahatan-kejahatan ini, kami menegaskan dan menyatakan melalui surat-surat kami, atau melalui terjemahannya yang dibuat resmi oleh notaris publik dan disegel dengan cap para pejabat gerejawi, yang padanya semua hak dimilikinya seperti dokumen aslinya, bahwa walau apapun telah dinyatakan sebaliknya, orang-orang Indian dan bangsa-bangsa lain yang nantinya diketemukan oleh umat Kristiani tersebut, tidak boleh dihilangkan kemerdekaan dan kepemilikan harta bendanya dengan cara apapun kendati mereka berada di luar iman pada Yesus Kristus; dan bahwa mereka boleh dan seharusnya, secara bebas dan sah, menikmati kemerdekaan dan harta benda mereka; juga dengan bentuk apapun mereka tidak boleh diperbudak; Apabila hal yang bertentangan dengan pernyataan ini terjadi, maka hal tersebut adalah tidak sah dan tidak memiliki hubungan apapun dengan posisi ini.