Suku Atoni

kelompok etnik di Indonesia
(Dialihkan dari Suku Dawan)

Suku Atoni (dikenal juga sebagai Atoni Meto, Atoni Pah Meto, atau Dawan) adalah suku bangsa yang mendiami pulau Timor, tepatnya di wilayah Timor Barat, Indonesia dan enklave Oecussi-Ambeno, Timor Leste. Jumlah populasi orang Atoni mencapai 600.000 jiwa. Bahasa yang dipertuturkan ialah bahasa Uab Meto. Suku Atoni umumnya tersebar di sebelah barat daratan Pulau Timor. Atoni Meto terdiri dari dua kata yakni "Atoni" berarti "orang" atau "manusia", dan "Meto" yang secara harfiah berarti "tanah kering". Pada umumnya, orang-orang juga biasa menyebutkan Atoni Pah Meto yang berarti "orang-orang dari tanah kering".

Atoni
Pendeta dan prajurit Atoni.
Jumlah populasi
933.093 (Indonesia)[1]
Bahasa
Uab Meto dan Indonesia
Agama
Mayoritas Kekristenan (terutama Protestan), minoritas Islam, kepercayaan asli
Kelompok etnik terkait

Filosofis

Salah satu nilai fundamental dalam kehidupan Atoni Meto terdapat dalam paham feto-mone. Feto-mone bisa dikatakan sebagai norma atau sikap hidup masyarakat Atoni yang menjadi panduan untuk menjaga dan melestarikan kehidupan masyarakat Atoni. Konsep ini bisa disejajarkan dengan konsep manunggaling kawulo gusti pada masyarakat Jawa atau yin-yang pada masyarakat Tionghoa.

Kata feto berarti perempuan. Dalam hubungan dengan baris keturunan, seorang yang dihitung melalui garis keturunan ibu dikategorikan sebagai feto. Sedangkan Mone berarti laki-laki. Dalam hubungan dengan baris keturunan seseorang yang dihitung melalui garis keturunan ayah dikategorikan sebagai mone. Dalam istilah ini, feto-mone diterjemahkan sebagai feminis-maskulin untuk menjelaskan konsepsi masyarakat Atoni Meto tentang perempuan dan laki-laki. Konsepsi ini dapat dibangingkan dengan konsepsi Yin-yang dalam masyarakat Tionghoa.

Pandangan relasi-relasi komis dan sosial juga ikut diekspresikan dalam nilai ini. Relasi-relasi itu meliputi relasi manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam misalnya: Uis Pah-Uis Neno (Penguasa Bumi-Penguasa Langit), Ain-Uis Neno-Am-Uis (Tuhan Ibu-Tuhan Bapa), Bife-Atoni (perempuan-laki-laki), dan lain sebagainya.

Terminologi feto-mone mengindikasikan satu kesatuan yang tidak bisa hadir tanpa yang lain, seperti hidup yang tidak bisa ada tanpa kesatuan antara laki-laki dan perempuan. Dilihat pada penerapannya, konsep feto-mone memiliki dampak kehidupan perempuan dan laki-laki seperti pembagian kerja. Masyarakat Atoni membedakan peranan perempuan dan laki-laki. Laki-laki bertugas dalam ranah publik, seperti berperang, membangun hubungan dengan masyarakat luas, dan bekerja di kebun sedangkan perempuan lebih mengurus persoalan privat seperti memasak, mencuci, menjamu tamu dan lain-lain. Alasan perempuan ditempatkan pada ranah privat dikarenakan juga dikarenakan perempuan pada masyarakat Atoni dilihat sebagai "ibu kehidupan".

Etimologi

Kata "Atoni" dalam bahasa Uab Meto memiliki makna sebagai laki-laki (pria).[2] Namun, ama lain suku ini dikenal dengan nama Atoni Meto yang terdiri dari dua kata, yaitu Atoni yang dalam arti luas bermakna orang atau manusia, dan Meto yang bermakna tanah kering sehingga bila diartikan secara harfiah, nama suku ini berarti dari orang dari tanah kering.[3] Selain Atoni Meto, suku ini juga dikenal dengan nama Dawan.[2]

Lihat pula

Daftar pustaka

  • Atoin Meto (Jerman)
  • Clarke E. Cunningham, Atoni Borrowing Of Children: An Aspect Of Mediation, in: Spiro, M.E. (ed.), American Ethnological Society Proceedings, Annual Spring Meeting, Seattle, 1965.
  • Clarke E. Cunningham, Categories Of Descent Groups In A Timorese Village, in: Oceania 37, 1966:13-21.
  • Herbert W. Jardner, Textilien der Atoni. Variationen eines Stils in West-Timor, unpubl. Magisterschrift, 1988,Köln.
  • Herbert W. Jardner, Die Kuan Fatu-Chronik. Form und Kontext der mümdlichen Dichtung der Atoin Meto (Amanuban, Westtimor), Veröffentlichungen des Seminars für Indonesische und Südseesprachen der Unsiversität Hamburg, Band 23, Berlin und Hamburg, 1999.
  • Herbert W. und Heidrun Jardner, Eingefangene Fäden. Textile Verzierungstechniken in West-Timor, Indonesien, Austronesia Bd.1, herausgegeben von Rainer Carle und Peter Pink, 2., neu bearb. und erw. Aufl., Hamburg, 1995.
  • Andrew R. McWilliam, Harvest of the nakaf: A Study of Headhunting Among the Atoni of West Timor, B.Litt.thesis, Australian National University, 1982.
  • Andrew R. McWilliam, Narrating the gate and the path. Place and precedence in South West Timor, Ph.D.thesis Australian National University, 1989.
  • Schulte Nordholt, H.G., The Political System Of The Atoni Of Timor, Verhandelingen Koninklijk Instituut 60, 1971.
  • Schulte Nordholt, H.G., The Symbolic Classification Of The Atoni Of Timor, in: James J. Fox, The Flow Of Life, Essays On Eastern Indonesia, Harvard University Press, 1980:231-247.
  • Andreas A Yewangoe, Pendamaian, 1983.
  • Asnath N. Natar, Perempuan Indonesia Berteologi Feminis Dalam Konteks, 2017.

Referensi

  1. ^ Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. 2011. ISBN 9789790644175. 
  2. ^ a b Silab, Wilfridus; Kanahebi, O; Bessie, Soleman (1996/199). Rumah tradisional suku bangsa Atoni - Timor Nusa Tenggara Timur (PDF). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah Propinsi Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Nusa Tenggara Timur. hlm. 21. 
  3. ^ Bana, Honing Alvianto (29 Juni 2020). "Kepercayaan Atoni Meto Zaman Dahulu". www.qureta.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-20. Diakses tanggal 28 Agustus 2022.