Suku Kimyal
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Suku Kimyal adalah suku bangsa Mek yang mendiami lembah Korupun, Duram, Dagi, Debula, Sesebne, Yemindomon, Kobokdua, Kemligin, Sela, Orisin, Megom, Haromon, Senayom, Yaldomon, Baluk, dan Kwelamdua di Papua Pegunungan. Bahasa Kimyal merupakan salah satu dari rumpun bahasa Mek.
Yelenang | |
---|---|
Daerah dengan populasi signifikan | |
Indonesia (Papua Pegunungan) | |
Bahasa | |
Kimyal (Koropun-Sela), bahasa Indonesia | |
Kelompok etnik terkait | |
Mek (Ketengban • Nalca • Nipsan • Kosarek • Yalimek • Eipomek • Una Ukam) |
Secara administratif dan teritorial kewilayahan suku ini mendiami wilayah distrik Sela, Korupun, Duram, dan Distrik Kwelemdua, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.
Etimologi
Secara harafiah, arti suku Kimyal dapat diberikan oleh Elinor Young, seorang misionaris muda yang datang di daerah Korupun pada tahun 1970-an. Dia melihat perbandingan posisi dan letak geografis antara komunitas masyarakat yang mendiami di wilayah ini dengan suku bangsa Yali di bagian barat (Daerah Soloikma, Lolat, Ninia, Holuwon dan lainnya), maka Nona Elinor menyebut istilah Kimyal yang berakar dari ejaan kata: "Kimban/Khemban" (logat Sela) atau "Kesengban" (logat Korupun) artinya "Barat" dan "Yale" artinya "Timur". Dengan demikian kata tersebut berasal dari dari "Khemban-Yale" (Barat-Timur). Tujuan dari pemberian nama Kimyal berarti "orang-orang yang mendiami di tengah-tengah kawasan barat dan timur". Maka dari itu penamaan ini berasal dari asing (eksonim) dan bukanlah sebutan asli dari suku ini.
Suku yang kini disebut Kimyal dahulu adalah orang Mek yang oleh kalangan antropolog pada awal abad lalu (1900-an) untuk kawasan ini (Neipsan, Nalca, Kosarek, Emdomen, Puldama’ Kono, Dirwemna’ Eipomek, Korupun, Sela, Kwelamdua, Dagi, Debula, Langda, Bomela, Sumtamon dan Duram). sama halnya seperti orang Yali Selatan (Daerah Ninia, Holuwon, Soba, Lolat dan lain-lain) dan orang Yali Utara (Daerah Anggruk, Pronggoli, Apalapsili, Ubahak, Yahuli-Ambut dan lain-lain).
Bukti kekerabatan ini bisa ditemui di struktur arsitek bangunan Ae/Ee (Honai), bahasa (Yobo/Yubu), pola penanaman dan pembuatan kebun (Wa/We), Metode dan prosesi Inisiasi terhadap anak-anak muda, Nyanyian tradisional (Mos/Ber), keterampilan bersiul (Kos-kos ana’/Kol-kol ana’), sistem sesajian makanan, pola pengasuhan anak, sistem pertukaran hasil-hasil kebun, pesta babi yang di-iringi dengan nyanyian Mos dan masih banyak lagi.
Penduduk yang pada masa kini di sebut "Suku Kimyal" pada masa dahulu sejak nenek moyangnya menyebutkan diri mereka sendiri dengan istilah endonim Yelenang artinya "orang-orang yang mendiami di ufuk timur bila di ukur dari terbitnya matahari". Hal ini dapat di patok pada orang-orang yang mendiami lembah Baliem (Dani), lembah Heluk (Yali-Ninia), lembah Sengsolo (Yali) dan suku bangsa lainnya di bagian barat dari lingkungan perkampungan mereka.