Sumedha Widyadharma
Pandita Sumedha Widyadharma, BBA. adalah seorang tokoh Pandita Agama Buddha Theravada paling senior yang masih hidup hingga sekarang. Banyak buku-buku Agama Buddha yang telah disusun dan diterjemahkan olehnya dari bahasa asing ke dalam Bahasa Indonesia.
Sumedha Widyadharma | |
---|---|
Lahir | Serpong, Tangerang Selatan, Jawa Barat, Indonesia | 9 Januari 1919
Pekerjaan | Rohaniwan, Dosen |
Biografi
suntingSumedha lahir di Serpong, Tangerang Selatan, Jawa Barat pada tanggal 01 September 1919.
Pendidikan
suntingSumedha menyelesaikan pendidikan di M.U.L.O (1936), kemudian Middlebare Handelsschool (1938), Boekhoulding B (1938), Handles Correspendentrie Nederlands B (1939), Handels Correspendentie Engels B (1939), Boekhoulding M.O (1941), dan Akademi Perniagaan Indonesia (1957).
Karier
suntingKariernya dimulai dikantor Akuntan Belanda (1939), kemudian Dia membuka kantor Akuntan atas nama sendiri (1955-1978). Setelah mengikuti pendidikan kepanditaan Buddha (1964). Ia kemudian mengabdi sebagai pandita Buddha (1964) sampai akhir hayatnya.
Keluarga
suntingIa menikah dengan Ibu Onnie pada tanggal 27 Juli 1942 dan kini mempunyai 8 orang anak, 18 orang cucu, dan 3 orang cicit.
Kehidupan spiritual
suntingPelayanan
suntingPandita Sumedha telah menyusun 14 buku, yaitu:
- Dhammasari (1966)
- Pancaran Bahagia (1967)
- Buddha-Dhamma Dalam Hidup Sehari-hari (1969)
- Kusala Kamma (1969)
- Vipassanna-Dhura (1970)
- Aneka Buddha Dhamma (1971)
- Aneka Vinaya (1975)
- Intisari Agama Buddha (1976)
- Agama Buddha dan Perkembangannya di Indonesia (1977)
- Penuntun Kabaktian / Upacara Agama Buddha (1978)
- Riwayat Hidup Buddha Gotama (1979)
- Aneka Sutta (184)
- Tanya Jawab Tentang Buddha Dhamma (1984)
- Pahlawan Dhammaduta (1993).
Selain giat dalam bidang literatur Buddhis, Maha Pandita Sumedha Widyadharma juga mengajar sebagai dosen agama Buddha dibeberapa penguruan tinggi, antara lain di IPB, Bogor (1967-1979), di Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti selama 30 tahun (1967-1997), juga sebagai koordinator dosen-dosen Agama Buddha di Trisakti (1984-1990) di Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda (1980-1988), dan Sekolah Tinggi Sangha Dhammacakka (1987-1990).
Dalam kegiatan organisasi keagamaan, sebagai Maha Pandita, Dia menjabat sebagai Panasihat. Pengurus Pusat Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Magabudhi). Selain itu Dia juga pernah menjabat sebagai Ketua Yayasan Dana Pendidikan Buddha Nalanda (1986-1995) dan Wakil Ketua Widyakasabha Perwalian Umat Buddha Indonesia (WALUBI) (1987-1992). Menjadi anggota urusan Indonesia di Kongres World Fellowship of Buddhist (WFB) di Kuala Lumpur (1969), dan sebagai Panasihat Yayasan Jakarta Dhammacakka (1993-kini) serta sebagai pendukung dan penasehat dari Persaudaraan Vihara Theravada Umat Buddha Indonesia.
Penghargaan
suntingPada tahun 1991, Pandita Sumedha mendapat gelar penghargaan (upadhi) SASANACARIYA dari Sangha Theravada Indonesia atas pengabdiannya dalam pendidikan agama Buddha.
Sebagai wujud penghargaan dan untuk melanjutkan cita-cita mulia nya, maka dibangunlah sebuah Pusat Pendidikan dan Latihan dengan nama dia yaitu Pusdiklat Widyadharma Pervitubi yang terletak di Jalan Kolonel Masturi, Lembang, Bandung. Almarhum juga diangkat sebagai sesepuh kehormatan Pusdiklat yang pertama.
Referensi
sunting