Superbank

perusahaan asal Indonesia

PT Super Bank Indonesia (sebelumnya bernama PT Bank Fama Internasional), berdagang dengan nama Superbank, adalah perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang perbankan. Bank ini didirikan pada tahun 1993 di kota Bandung serta berstatus bank non-devisa.

PT Super Bank Indonesia
Superbank
Sebelumnya
PT Bank Fama Internasional (1993–2023)
Perseroan terbatas
IndustriJasa keuangan
Didirikan1993
Kantor pusatRevenue Tower 6th Floor
SCBD Lot 13 District 8
Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190,
Jakarta
,
Indonesia
Tokoh kunci
Tigor M. Siahaan (Direktur Utama)
Pemilik
Situs webwww.superbank.id

Sejarah

sunting

Termasuk dalam bank kecil dengan modal inti hanya Rp 1,92 triliun pada pertengahan 2022,[1] Bank Fama merupakan salah satu bank terakhir yang lahir pasca dikeluarkannya PAKTO 88.[2] Bank ini resmi berdiri di tanggal 5 Maret 1993 dan mulai beroperasi pada 1 November 1993, dengan modal awal Rp 10 miliar.[3] Seperti banyak bank yang berdiri di era tersebut, bank ini awalnya memiliki pemilik berlatar belakang pengusaha, yaitu Junus Jen Suherman dan Edi Susanto yang bergerak di bidang industri tekstil sebagai pemilik dari PT Bandung Sakura Textile Mills dan PT Famatex. Nama "Fama" sendiri kemungkinan juga diambil dari PT Famatex.[4][5]

Mulanya, bank ini berkantor pusat di Jalan Cihampelas, Bandung, yang kemudian ditambah 1 kantor cabang di Tanah Abang, Jakarta. Mulai 16 April 2001, kantor pusatnya pindah ke Jalan Asia Afrika, Bandung yang masih bertahan hingga 2023. Pada Oktober 2021, tercatat Bank Fama memiliki 1 kantor pusat, 1 kantor cabang dan 6 kantor cabang pembantu yang tersebar di Jabodetabek dan Bandung. Bank Fama memiliki fokus saat itu di bidang UMKM.[6] Pada tahun 2021, tercatat Bank Fama masih dimiliki oleh Junus Jen Suherman (45,56%), Edi Susanto (15,19%), Dewi Janti (15,19%) dan PT Surya Putra Mandiri Sejahtera (24,06%).[4]

Namun, akhirnya para pemegang saham lama memutuskan melepaskan kepemilikannya untuk memenuhi kewajiban modal bank umum Rp 3 triliun dari pemerintah. Awalnya, direncanakan bank ini akan melantai di Bursa Efek Indonesia dengan melepas 24% sahamnya ke publik di tanggal 4 Januari 2021, namun batal karena pemegang saham sudah menyuntikkan dana segar di tanggal 30 Desember 2020.[4][7] Meskipun demikian, rupanya upaya tersebut masih belum cukup (hanya menjadi Rp 1 triliun), sehingga akhirnya seluruh saham pemilik lama akhirnya dijual pada 22 Desember 2021 kepada PT Elang Mahkota Teknologi (Emtek) Tbk (lewat anak usahanya PT Elang Media Visitama/EMV sebanyak 93%, sedangkan sisanya dimiliki oleh PT Nusantara Berkat Agung sebanyak 7%) dalam transaksi senilai Rp 908 miliar.[6] Emtek lalu mengundang dua pemegang saham lain, yaitu Grab Holdings (lewat A5-DB Holdings Pte. Ltd., kini melalui PT Kudo Teknologi Indonesia) dan Singtel (Singtel Alpha Investment Pte. Ltd.) yang pada 21 Januari 2022 mengakuisisi masing-masing sekitar 16,3% saham Bank Fama.[8] Hal ini membuat kepemilikan EMV menjadi 62,76% dan PT Nusantara Berkat Agung turun menjadi 4,79%.[9]

Kemudian Singtel dan Grab menambah kepemilikannya menjadi masing-masing 21,5% dan 32,3%, sehingga saham EMV tersisa 39,2% (meskipun tetap menjadi pemilik terbesar), ditambah beberapa pemegang saham lainnya seperti PT Tiga Sira Sejahtera dan PT Nusantara Berkat Agung.[10][11] Pada Oktober 2023, masuk investor strategis lain, yaitu KakaoBank (milik Kakao Corp. yang juga mengoperasikan aplikasi perpesanan instan KakaoTalk dan sempat juga memiliki layanan jejaring sosial Path) dari Korea Selatan yang mengakuisisi 10% saham di bank ini.[12]

Dengan masuknya pemodal-pemodal lokal dan asing tersebut, maka Bank Fama mampu memenuhi kewajiban modalnya, yang naik dari Rp 1,4 triliun menjadi Rp 5 triliun,[3] dan modal intinya pada Juni 2022 telah mencapai Rp 3,01 triliun.[13] Pasca-akuisisi, Bank Fama juga melakukan perubahan struktur direksi yang diresmikan pada 2 Februari 2022. Bank ini kini tengah dipersiapkan untuk berubah menjadi bank digital, dengan fokus pada perluasan akses kredit untuk membantu nasabah UMKM dalam mengelola usaha, memberikan solusi inovatif untuk nasabah ritel, serta mengembangkan kolaborasi melalui ekosistem grup.[3][14]

Dalam rangka persiapan menjadi bank digital, maka sejak 20 Februari 2023, nama Bank Fama resmi diganti menjadi PT Super Bank Indonesia (digayakan Superbank), yang diiringi dengan penggunaan logo baru. Perubahan nama ini diharapkan dapat membantu Superbank untuk menjadi bank yang dapat diandalkan oleh nasabah dalam hal keuangan. Bank ini juga ditargetkan akan menyasar pasar ritel, UMKM dan nasabah unbanked yang akan dipermudah dengan adanya ekosistem seperti dari Grab.[15][16] Adapun kantor pusatnya juga berpindah dari Bandung ke Jakarta, tepatnya di Revenue Tower, Jl. Jend. Sudirman, Jakarta;[17] perpindahan kantor pusat ini diklaim mampu mempercepat proses transformasi ke bank digital. Awalnya direncanakan produk bank digital Superbank akan diluncurkan pada pertengahan 2023,[18] namun baru pada akhir November 2023 aplikasi perbankannya dapat diunduh oleh calon pengguna secara terbatas.[19]

Manajemen

sunting
  • Komisaris Utama: Anton Hermanto Gunawan
  • Komisaris: Neneng Goenadi
  • Komisaris Independen: Yenny Wahid
  • Direktur Utama: Tigor M. Siahaan
  • Direktur Keuangan: Melisa Hendrawati
  • Direktur Bisnis: Itjang Wibisono
  • Direktur Kepatuhan: Amalia Pranatara
  • Direktur Operasional: Bhavana B. Vatvani[20]

Produk dan Jasa

sunting
  • Simpanan
  • Kredit
    • Kredit Investasi
    • Kredit Modal Kerja
    • Kredit Konsumtif
    • Bank Garansi
  • Jasa
    • Inkaso
    • RTGS
    • Kliring
    • Transfer
    • Safe Deposit Box

Rujukan

sunting

Pranala luar

sunting