Surah Al-Kahf

surah ke-18 dalam Al-Qur'an

Surah Al-Kahf atau Al-Kahfi (bahasa Arab: الكهف, translit. al-Kahf, har. 'Gua') adalah surah ke-18 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 110 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah berdasarkan asbabunnuzul. Dinamai Al-Kahf yang berarti "gua" atau nama lainnya, Ashabul-Kahf yang berarti "penghuni gua", karena diambil dari cerita yang terdapat dalam surah ini pada ayat 9 sampai dengan 26.

Surah ke-18
الكهف
al-Kahf
Gua
KlasifikasiMakkiyah
Nama lainSurah Ashabul-Kahf, Nisfu Al-Qur'an
Juz15-16
Hizb30-31
Jumlah ruku12
Jumlah ayat110
Jumlah kata1.583
Jumlah huruf6.425
Maryam →

Surah ini sangat populer karena sering diperintahkan untuk dibaca pada hari Jumat.[1][2] Dalam riwayat Shahih Muslim, Nabi Islam Muhammad bersabda mengenai surah ini, yang dianggap sebagai perlindungan dari Dajjal (Mesias Palsu):

Barang siapa menghafal sepuluh ayat dari awal surat Al Kahfi, maka ia akan terpelihara dari (kejahatan) Dajjal.

— Shahih Muslim, 6/311 [3]
  • Ancaman terhadap kepercayaan bahwa Tuhan memiliki anak (1–8)
  • Kisah Ashabulkahfi (9–26)
  • Petunjuk-petunjuk tentang dakwah
    • Nabi jangan mementingkan orang-orang terkemuka saja dalam berdakwah (27–31)
    • Perumpamaan kehidupan dunia dan orang-orang yang tertipu padanya (32–46)
    • Beberapa kejadian pada hari Kiamat dan kedurhakaan Iblis (47–53)
    • Akibat tidak mengindahkan peringatan-peringatan Allah (54–59)
  • Musa mencari ilmu (60–82)
    • Nabi Musa bertemu dengan Nabi Khidr (60–70)
    • Khidr membocorkan perahu (71–73)
    • Khidr membunuh seorang anak (74–76)
    • Khidr membetulkan dinding rumah (77)
    • Hikmah-hkmah dari perbuatan Khidr (78–82)
  • Żulqarnain dengan Yakjuj dan Makjuj (83–101)
  • Azab bagi orang-orang musyrik dan pahala bagi orang-orang mukmin
    • Celakalah orang-orang musyrik (102)
    • Amat merugilah orang-orang yang teperdaya oleh dirinya sendiri (103–108)
  • Luasnya ilmu Allah tidak terhingga (109–110)

Ayat-ayat penting

sunting

Ashabulkahfi

sunting
 
Al-Qur'an Ruzbihan. Menuju Surat 18, al-Kahf, menandai bagian tengah Al-Qur'an

Ayat 9–26[4] mengisahkan Ashabulkahfi, yang dalam tradisi Kristen disebut juga sebagai "Tujuh Pemuda yang Tertidur (Septem Dormientes)". Dikisahkan, bahwa ada beberapa orang muda yang beriman hidup di masa ketika mereka disiksa karena keyakinan mereka. Atas petunjuk Allah, mereka melarikan diri dari kota tersebut, bersama anjing mereka, dan berlindung di sebuah gua tempat mereka tertidur. Ketika mereka terbangun, mereka mendapati penduduk kota itu telah berubah menjadi orang beriman.

Karena ayat-ayat pada bagian ini berada di bagian terakhir dari Juz 15, surah ini sering disebut sebagai Nisfu Al-Qur'an ("pertengahan Al-Qur'an"). Kata walyatalaṭṭaf (bahasa Arab: وَلْيَتَلَطَّفْ) pada ayat 19 surah ini disebut-sebut oleh sebagian ulama sebagai kata yang berada tepat di tengah mushaf, kecuali Imam Nawawi menyebut nukrā(n) (bahasa Arab: نُّكْرًا) pada ayat 74 surah ini sebagai kata di tengah mushaf.[5] Ammi Nur Baits, seorang ustaz Indonesia, menyebut bahwa mushaf Al-Qur'an klasik Indonesia menandai kata walyatalaṭṭaf dengan tinta merah untuk menandai pertengahan Al-Qur'an, sedangkan mushaf Timur Tengah tidak menandainya (ditulis seragam dengan teks sebelum dan sesudahnya).[6]

Tidak ada yang dapat mengubah kalimat Al-Qur'an

sunting

Bacakanlah (Nabi Muhammad) apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu (Al-Qur’an). Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya dan engkau tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain kepada-Nya.

Ozma Nasir Makarim Shirazi menafsirkan sebagai berikut, "Tidak ada ruang bagi siapa saja yang hendak mengubah Firman dan Pengetahuan-Nya. Firman dan Pengetahuan-Nya tidaklah seperti ucapan dan pengetahuan manusia yang, karena munculnya temuan atau informasi baru, dapat berubah."[7]:18:27 Ibnu Katsir mengatakan bahwa susunan kata-kata dan huruf dalam Al-Qur'an "tidak ada yang dapat diubah, didistorsi, atau salah tafsir."[8]:18:27

Perumpamaan dua laki-laki

sunting

Ayat 32–44 surah ini membahas perumpamaan dua orang laki-laki, yang satu di antaranya telah diberi kekayaan oleh Allah tetapi kufur, dan yang satunya lagi miskin tetapi beriman dan selalu bersyukur. Maka orang yang kaya itu menzalimi dirinya sendiri dan mulai bermegah-megahan dengan harta dan keturunannya.

Dia (orang kafir itu) juga memiliki kekayaan besar. Dia lalu berkata kepada kawannya (yang beriman) ketika bercakap-cakap dengannya, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.”

Ayat 36 menjelaskan bahwa orang kaya itu juga mengatakan kepada temannya bahwa ia meragukan Hari Pengadilan Terakhir. Di akhir kisah, Allah mengazabnya dengan menghancurkan kebun tersebut.[11]

Q18:45 Dalam kitab Syiah, Kitab al-Kafi, disebutkan bahwa Musa al-Kazhim meriwayatkan Ali meminta para sahabatnya untuk merenungkan dunia ini dengan zuhud. Ali memberi mereka perumpamaan tentang taman yang hijau dan subur dengan embun yang harum yang terkumpul di bawah helaian rumput, tetapi kemudian terpisah darinya di kala fajar menyingsing, sebagaimana firman Allah:

"Buatkanlah untuk mereka (umat manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, yaitu ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering kerontang yang diterbangkan oleh angin. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Q18:45."Ia menasihati para sahabatnya untuk "melihat dunia ini dan banyaknya hal yang membuatmu heran, dan sedikitnya hal yang bermanfaat bagimu."[12]

Bagian ketiga surah ini (ayat 60–82[13]) mengisahkan bahwa Musa mencari ilmu pada seorang nabi lain yang tidak disebutkan namanya. Pada Tafsir Ibnu Katsir, disebutkan bahwa nabi tersebut bernama Khidr.[14]

Zulqarnain

sunting

Pada bagian hampir akhir, yakni pada ayat 83–98,[15] mengisahkan sosok laki-laki yang menjelajah ke timur – yang dalam ayat ini bernama Żulqarnain. Ia membangun tembok besi yang sangat kokoh di antara dua gunung untuk melindungi Bumi dari serangan bangsa Yakjuj dan Makjuj (Gog dan Magog dalam tradisi agama Abrahamik lainnya). Tembok tersebut sangatlah kokoh, tetapi akan berhasil dijebol oleh Yakjuj dan Makjuj menjelang Hari Kiamat.[16]

Referensi

sunting
  1. ^ Mustadrak al-Hakim; Sahih at-Targhib wa at-Tarhib 736
  2. ^ "Surah Al-Kahf". Diakses tanggal 4 January 2025. 
  3. ^ http://sunnah.com/muslim:809a [URL kosong]
  4. ^ Surat Al-Kahf (18:9–26) – The Holy Qur'an – القرآن الكريم
  5. ^ "Nisfu Quran atau Tengah Quran di Surat Apa, Ayat Berapa? - MUKMINUN" (dalam bahasa Inggris). 2023-01-02. Diakses tanggal 2025-04-01. 
  6. ^ Admin (2017-04-26). "Kata Tepat Tengah dalam Al-Qur'an". Hawasi (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-04-01. 
  7. ^ Nasir Makarim Shirazi, Ozma. "An Enlightening Commentary into the Light of the Holy Qur'an vol. 9". Imam Ali Foundation. Diakses tanggal 21 January 2020. 
  8. ^ Ibn Kathir. "Tafsir Ibn Kathir (English): Surah Al Kahf". Quran 4 U. Tafsir. Diakses tanggal 22 December 2019. 
  9. ^ Surat Al-Kahf (18:34) – The Holy Qur'an – القرآن الكريم
  10. ^ "Quran Surah Al-Kahf ( Verse 34 )". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-26. Diakses tanggal 2018-01-26. 
  11. ^ Surah Al-Kahf (18:32–44) – The Holy Qur'an – القرآن الكريم
  12. ^ Al-Kulayni, Abu Ja’far Muhammad ibn Ya’qub (2015). Kitab al-Kafi. South Huntington, NY: The Islamic Seminary Inc. ISBN 9780991430864. 
  13. ^ Surat Al-Kahf (18:60–82) – The Holy Qur'an – القرآن الكريم
  14. ^ The Story of Musa and Al-Khidr – Tafsir Ibn Kathir
  15. ^ Surat Al-Kahf (18:83–98) – The Holy Qur'an – القرآن الكريم
  16. ^ "The Qur'an". 

Daftar pustaka

sunting

Pranala luar

sunting


Surah Sebelumnya:
Surah Al-Isra'
Al-Qur'an Surah Berikutnya:
Surah Maryam
Surah 18