Syarif Hamid dari Pelalawan

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan
(Dialihkan dari Syarif Hamid)

Sultan Syarif Hamid bin Sultan Syarif Abdurrahman (1844 - 1866), dengan nama lahir Tengku Said Hamid, ditabalkan menjadi Sultan Pelalawan ke- 4 menggantikan Kakaknya Sultan Syarif Ismail pada tahun 1844 dengan gelar: Sultan Assyaidis Syarif Hamid Abdul Jalil Fakhruddin, dan berakhir pada tahun 1866.

Tengku Said Hamid
Yang di-Pertuan Besar Pelalawan
Sultan Pelalawan ke-4
Berkuasa1844-1866 M
PendahuluSultan Syarif Ismail
PenerusSultan Syarif Jaafar
Istri
  • Encik Saedah
  • Encik Obeh
  • Encik Erap
  • Encik Nanda
Keturunan
  • Tengku Sukmayuda Said Hasan
  • Tengku Atiyah
Nama takhta
Sultan Syarif Hamid Abdul Jalil Fakhruddin ibni Sultan Syarif Abdurrahman
DinastiMelaka
AyahSultan Syarif Abdurrahman
IbuEncik Maimunah
AgamaIslam Sunni
Penguasa Negeri Pelalawan
Dibawah Kekuasaan Johor
Maharaja Dinda II 1725–1750
Maharaja Lela Bungsu 1750–1775
Maharaja Lela II 1775–1798
Kesultanan Pelalawan
Sultan Syarif Abdurrahman 1810–1822
Sultan Syarif Hasyim I 1822–1828
Sultan Syarif Ismail 1828–1844
Sultan Syarif Hamid 1844–1866
Sultan Syarif Jaafar 1866–1872
Sultan Syarif Abubakar 1872–1886
Sultan Syarif Ali 1886–1892
Sultan Syarif Hasyim II 1892–1930
Regent Tengku Pangeran 1931–1940
Sultan Syarif Harun 1940–1946
Setelah Kemerdekaan Indonesia
Sultan Syarif Kamaruddin 2008–kini

Masa Pemerintahan

sunting

Sultan Syarif Hamid dikenal sebagai Sultan yang taat beragama dan sangat mengutamakan kemajuan agama Islam. Pada masa pemerintahannya, banyak didatangkan guru-guru besar agama Islam dari luar daerah, diantaranya yang terkenal adalah Syech Mustafa Al Khalidy bin Marhum Mohammad Baqir dari Sungai Tabir Jambi. Tuan Syech ini mengajar dan mengembangkan agama Islam di kerajaan Pelalawan.

Selain dikenal alim dan gigih dalam mengembangkan agama Islam, dia pribadi gemar pula "bertarak" (bertapa) untuk lebih meningkatkan zuhudnya (meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat untuk kepentingan akhirat). Kehidupan ulama dan guru-guru agama amatlah diperhatikan dia, sehingga mereka merasa mendapat kehormatan dari kerajaan dan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Karena eratnya hubungan Sultan dengan para ulama dan guru-guru agama Islam tersebut, lalu mereka menetap di wilayah Pelalawan, kawin dan melahirkan keturunannya yang anak cucunya sampai sekarang berkembang di kawasan ini.

Akhir Hayat

sunting

Pada tahun 1866, Sultan Syarif Hamid mangkat (wafat) dan digantikan oleh adiknya Sultan Syarif Jaafar untuk melanjutkan takhta Kerajaan Pelalawan.

Karena besarnya jasa dia dalam mengembangkan agama Islam, jenazahnya dimakamkan di komplek pemakaman Raja-raja Pelalawan yang terletak di Kota Jauh (Makam Jauh) dengan gelar Marhum Saleh.

Keluarga

sunting

Sultan Syarif Hamid diketahui mempunyai 5 (lima) orang isteri. Dan dari 4 orang isterinya dilahirkan 18 orang putra putri, sedangkan dari seorang Istri lagi belumlah diketahui.

Keturunan:

Dengan Istrinya Encik Saedah:

  1. T. Selmo
  2. T. Endut
  3. T. Mo Syarifah Halimah (T. Emo)

Dengan Istrinya Encik Obeh (Bih)

  1. T. Sukmayuda Said Hasan
  2. T. Kesuma (T. Syarif So'omo)

Dengan Istrinya Encik Erap (Bih)

  1. T. Said Muhammad
  2. T. Atiyah

T. Mah Bungsu Dengan Istrinya Encik Nanda:

  1. T. Kecil Muda
  2. T. Pangeran
  3. T. Cih (Cik)
  4. T. Maha Dewi
  5. T. Kecil Syarifah
  6. T. Ensun
  7. T. Prabu Anom
  8. T. Dewo
  9. T. Musa
  10. T. Yahya

Dengan Istrinya Tengku Sibah binti Sultan Syarif Ali (Siak): belum diketahui.

Sumber

sunting

Oleh: Tengku Muhammad Jamhur, dari Buku Silsilah Keturunan Raja - Raja Kerajaan Pelalawan dan Siak Sri Indrapura Himpunan H. T. S. Umar Muhammad, Tenas Effendi, T. Razak Jaafar. 1988.


Didahului Oleh : Sultan Pelalawan ke- IV
1844 – 1866
Diteruskan Oleh :
Tengkoe Besar Syarif Ismail Tengkoe Besar Syarif Jaafar