Tadutan adalah prosa yang menyampaikan ajaran-ajaran atau pesan-pesan keagamaan dalam bentuk lagu. Prosa ini merupakan bagian dari tradisi lisan masyarakat Bengkulu, terutama bagi Suku Besemah di Bengkulu Selatan dan Padang Ulak Tanding.[1] Tadutan telah dilakukan oleh masyarakat Padang Guci sejak abad ke-18 Masehi.[2] Tadut digunakan sebagai media hiburan, media dakwah, dan media kajian.[3]

Percakapan

sunting

Tadutan dilakukan oleh beberapa orang secara bersamaan tanpa adanya balasan atau tanggapan. Isi percakapan dan peserta dalam Tadutan disesuaikan dengan acara yang dilakukan. Pada acara pengajian, isi Tadutan berupa pesan-pesan keagamaan yang disampaikan oleh guru kepada muridnya.[2] Isi percakapan pada Tadutan yang dilakukan dengan tujuan mempererat hubungan kekeluargaan dan hubungan mayarakat adalah pesan kegembiraan. Jenis Tadutan ini dilakukan oleh keluarga dengan anggota yang kembali berkumpul setelah merantau. Tadutan dengan topik kegembiraan juga dilakukan pada suatu acara resmi. Pada acara kematian, Tadutan berisi hiburan kepada keluarga yang ditinggal mati dan para tamu yang menghadiri acara.[2]

Kegunaan

sunting

Sebagai media hiburan, Tadutan diigunakan untuk menghibur keluarga yang terkena musibah atau menghilangkan kebosanan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebagai media dakwah, Tadutan digunakan untuk menyebarluaskan ajaran agama Islam. Tadutan merupakan perpaduan antara kebudayaan lokal dengan ajaran agama Islam, sehingga dapat menjadi salah satu cara dalam berdakwah ke masyarakat. Sedangkan Tadutan sebagai media kajian berarti bahwa Tadutan dapat membuat masyarakat berkumpul dalam satu tempat untuk membahas hal-hal tertentu. Dalam pelaksanaannya, Tadutan biasa dilakukan di tikar, sehingga pesertanya juga dapat mendengar kajian dan beristirahat secara bersamaan.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ Agustina, Emi (22 Oktober 2015). "Nilai-nilai Sastra (Bengkulu) sebagai Konstribusi Pembentukan Karakter Bangsa" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015: 77. 
  2. ^ a b c ditwdb (2019-09-11). "Tadutan Bengkulu". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. Diakses tanggal 2020-09-18. 
  3. ^ a b Sady, R., Andayani, dan Widodo. S.T. (Desember 2017). "Eksistensi Tadut dan Andai-andai dalam Masyarakat Bengkulu Selatan". Lingua Dialektika. 11 (2): 200. ISSN 2541-0075.