Tahun Enam Kaisar mengacu pada tahun 238 M, ketika enam orang diakui sebagai kaisar Romawi. Kaisar pada awal tahun itu adalah Maximinus Thrax, yang berkuasa sejak tahun 235. Dia adalah tiran yang kejam, dan pada Januari 238, pemberontakan meletus di Afrika Utara.

Beberapa aristokrat di Afrika membunuh kolektor pajak kekaisaran lalu mendekati gubernur daerah itu, Gordian, mendesak agar dia memplokamirkan diri sebagai kaisar. Gordian setuju, tetapi karena dia berusia 80 tahun dia menjadikan puteranya sebagai kaisar bersama dengan kekuasaan sama. Senat mengakui ayah dan anak ini sebagai kaisar Gordian I dan Gordian II.

Kekuasaan mereka berlangsung hanya 20 hari. Capelianus, gubernur provinsi Numidia, iri terhadap keluarga Gordian. Dia memimpin tentara untuk melawan mereka dan mengalahkan mereka di Kartago. Gordian II tewas dalam pertempuran, dan mendengar kabar ini Gordian I gantung diri.

Sementara itu Maximinus, kini dinyatakan sebagai musuh masyarakat, mulai bergerak ke Roma dengan tentara lain. Kandidat senat sebelumnya, keluarga Gordian, gagal mengalahkannya, dan mengetahui bahwa mereka akan mati jika dia berhasil, senat membutuhkan kaisar baru untuk mengalahkannya. Pada 22 April 238 mereka memilih dua senator Pupienus dan Balbinus sebagai kaisar bersama.

Pilihan ini tidak populer dengan rakyat dan massa melempari kedua kaisar baru dengan batu dan tongkat. Oleh sebab itu Marcus Antonius Gordianus Pius, cucu Gordian I yang berusia 13 tahun, diangkat sebagai kaisar Gordian III, memegang kekuasaan hanya secara nominal untuk menenangkan penduduk ibu kota, yang masih setia kepada keluarga Gordian.

Pupienus diutus untuk menghadapi Maximinus dan Balbinus tetap di Roma. Sementara itu Maximinus juga menghadapi masalah. Pada awal Februari dia mencapai kota Aquileia dan mendapati kota ini mendukung tiga orang musuhnya. Maximinus mengepung kota, tetapi gagal. Pada bulan April, tidak puas dengan kegagalannya, kekurangan perbekalan, perlawanan kuat dari senat, memaksa para legiunernya memikir kembali kesetiaannya.

Para prajurit dari Legio II Parthica membunuh Maximinus di tendanya dan puteranya Maximus (yang ditunjuk sebagai wakil kaisar pada tahun 236), dan menyerah kepada Pupienus pada akhir Juni. Kepala dari mayat Maximinus dan puteranya dipenggal dan kepala mereka dibawa ke Roma. Karena menyelamatkan Roma dari seorang musuh masyarakat para prajurit diampuni dan dikirim kembali ke provinsi mereka.

Pupienus kemudian kembali ke Roma dan mendapati kota dalam keadaan huru-hara. Balbinus tak dapat mengendalikan situasi dan kota terbakar yang mengakibatkan pemberontakan. Dengan kehadiran kedua kaisar situasi mereda.

Hubungan kedua kaisar diperkeruh dengan kecurigaan bahwa keduanya takut dengan pembunuhan dari yang lain. Mereka merencanakan perang ganda, Pupienus melawan Parthia dan Balbinus melawan Carpia, tetapi mereka acapkali berselisih dan tidak menyetujui atau mempercayai satu sama lain.

Pada 29 Juli Garda Praetorian menyerang ruang tempat kedua kaisar berada, menangkap mereka, menelanjangi mereka, menyeret mereka melewati jalan-jalan, menyiksa, dan akhirnya membunuh mereka. Di hari yang sama Gordian III dinyatakan sebagai kaisar tunggal (238-244), meskipun pada kenyataannya para penasihatnya menjalankan sebagian besar kekuasaannya. Pupienus dan Balbinus memerintah hanya selama 99 hari.

Rujukan sunting