Taman Nasional Bali Barat

taman nasional di Indonesia

Taman Nasional Bali Barat (TNBB) merupakan sebuah taman nasional yang terletak di ujung barat dari Pulau Bali. Taman nasional ini ditujukan untuk melindungi hewan serta tumbuhan yang ada di Bali, sekitar 160 spesies hewan dan tumbuhan dilindungi di taman nasional ini. Hewan-hewan seperti Banteng, Rusa, lutung, kalong dan aneka burung. Taman Nasional Bali Barat merupakan tempat terakhir untuk menemukan satu-satunya hewan endemik di pulau Bali yang terancam punah yaitu Jalak Bali.

Taman Nasional Bali Barat
IUCN Kategori II (Taman Nasional)
Logo Taman Nasional Bali Barat
Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Bali Barat
Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Bali Barat
TN Bali Barat
Letak di Bali
LetakKabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana, Bali, Indonesia
Kota terdekatBanyuwangi
Koordinat8°8′S 114°29′E / 8.133°S 114.483°E / -8.133; 114.483
Luas19.000 hektare (190 km²)
Didirikan1995
Pengunjung58.680 (tahun 2017[1])
Pihak pengelolaKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Situs webtnbalibarat.menlhk.go.id
Hutan bakau dalam Taman Nasional Bali Barat
Tepi pantai Taman Nasional Bali Barat

Taman nasional ini mempunyai luas 19.002,89 Ha yang terdiri dari kawasan terestrial seluas 15.587,89 ha. dan kawasan perairan selaus 3.415 ha dan sebagai salah satu kawasan kawasan konservasi, pengelolaan Taman Nasional Bali Barat ditujukan untuk:

  1. Perlindungan populasi Jalak Bali beserta ekosistem lainnya seperti ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, ekosistem hutan pantai dan ekosistem hutan daratan rendah sampai pegunungan sebagai sistem penyangga kehidupan terutama ditujukan untuk menjaga keaslian, keutuhan dan keragaman suksesi alam dalam unit-unit ekosistem yang mantap dan mampu mendukung kehidupan secara optimal.
  2. Pengawetan keragaman jenis flora dan fauna serta ekosistemnya ditujukan untuk melindungi, memulihkan keaslian, mengembangkan populasi dan keragaman genetik dalam kawasan TNBB dari gangguan manusia.
  3. Pemanfaatan secara lestari Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya ditujukan untuk berbagai pemanfaatan seperti:
    • Sebagai laboratorium lapangan bagi peneliti untuk pengembangan ilmu dan teknologi.
    • Sebagai tempat pendidikan untuk kepentingan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bagi masyarakat.
    • Objek wisata akan pada zona khusus pemanfaatan yang dapat dibangun fasilitas pariwisata.
    • Menunjang budidaya penangkaran jenis flora dan fauna dalam rangka memenuhi kebutuhan protein, binatang kesayangan dan tumbuhan obat-obatan.

Secara geografis berada diantara 114º26' - 114º35' Bujur Timur dan 5º5' - 5º13' Lintang Selatan. Secara administratif lokasi kawasan Taman Nasional Bali Barat termasuk dalam Provinsi Bali, Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Buleleng.

Taman Nasional Bali Barat terdiri dari berbagai habitat hutan dan sabana. Di tengah-tengah taman ini didominasi oleh sisa-sisa empat gunung berapi dari zaman Pleistocene, dengan gunung Patas sebagai titik tertinggi di tempat ini.

Sejarah

sunting

Pada tanggal 14 Oktober 1982, Kawasan Suaka Margasatwa Bali Barat, Hutan Lindung Bali Barat, dan Register Tanah Kehutanan 19, ditetapkan sebagai calon taman nasional melalui Deklarasi Kementerian Pertanian Nomor 736/MENTAN/X/1982.[2] Pada tanggal 15 September 1995, wilayah Hutan Lindung dan Suaka Marga Satwa Bali Barat ditetapkan sebagai Taman Nasional Bali Barat oleh Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.[3] Luas wilayahnya adalah 19.026,97 ha.[4]

Keunikan

sunting

Taman Nasional Bali Barat menjadi lokasi pelepasliaran burung jalak bali.[5] Jalak bali merupakan spesies burung terlangka di dunia. Burung pesolek ini di alam jumlahnya tidak lebih dari empat ekor saja.

Beberapa potensi sumberdaya alam lainnya yang menarik bagi penelitian dan rekreasi, diantaranya satwa banteng (Bos Javanicus), hutan alam murni Sawo kecik (Manilkara kauki), hutan mangrove, biota laut, sumber air panas alami, panorama alam hutan dan pantai serta objek peninggalan budaya.

Letaknya yang berada di pusat tujuan wisata (Pulau Bali), dan didukung oleh fasilitas baik akomodasi, transformasi maupun atraksi wisata budaya yang telah dikelola dengan baik, menjadikan taman nasional ini sangat menarik untuk dikunjungi.

Topografi

sunting

Topografi kawasan terdiri dari dataran landai (sebagian besar datar), agak curam, dengan ketinggian tempat antara 0 s.d 1.414 mdpl. Terdapat 4 buah gunung yang cukup dikenal dalam kawasan, yaitu Gunung Prapat Agung setinggi ± 310 mdpl, Gunung Banyuwedang ± 430 mdpl, Gunung Klatakan ± 698 mdpl dan Gunung Sangiang yang tertinggi yaitu ± 1002 mdpl. Di perairan laut terdapat 4 pulau yang masuk dalam kawasan TNBB yaitu P. Menjangan ± 175 Ha, P. Burung, P. Gadung, dan P. Kalong.

Tanah dan Geologi

sunting

Jenis tanah di kawasan Taman Nasional Bali Barat berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena batuan induk pembentuknya tidak sama. Menurut peta tanah tinjau Pulau Bali, jenis-jenis tanah di kawasan ini meliputi aluvial, latosol, dan mediteran. Berdasarkan Peta Tanah Tinjau P. Bali skala 1 : 250.000 (Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Wilayah DAS Pancoran, Teluk Terima, Balingkang Anyar Unda dan Sema Bor) tahun 1984 formasi Geologi, TNBB sebagian besar terdiri dari Latosol.[butuh rujukan]

DAS/Sub DAS

sunting

DAS : Burung, Kalong, Menjangan, Pangkung Awen, Tukad Bajera 1, Tukad Bajera 2, Tukad Lembah Berumbun, Tukad Lembah Lampu Merah 1, Tukad Lembah Lampu Merah 2, Tukad Melaya, Tukad Sumbersari, Tukad Teluk Terima, Tukad Tenggulun, Tukad Tenggulun 2

Tipe Iklim

sunting

Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan Taman Nasional Bali Barat termasuk ke dalam iklim E dengan rata-rata curah hujan sekitar 1480 mm/tahun serta memiliki kelembaban sekitar 0–85% dan Temperatur bulanan kawasan suhu sekitar 15–30 °C.

Pengunjung

sunting

Pada tahun 2005 jumlah kunjungan ke Taman Nasional Bali Barat ada sebanyak 5,592,[6] kemudian pada tahun 2017 jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Bali Barat berjumlah 58.680 orang. Jumlah tersebut terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 40.150 orang dan wisatawan lokal sebanyak 18.530 orang. Pengembangan wisata di TN Bali Barat diarahkan ke model wisata minat khusus (special interest tourism) dan sebisa mungkin tidak mengarah ke wisata massal (mass tourism). Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan carrying capacity atau daya dukung kawasan untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya alam yang ada.[7]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ sebagai-best-top-100-destinationsksdae.menlhk.go Diakses 25 Januari 2025
  2. ^ Santosa, H., dkk. (2017). Wiryawan, dkk., ed. Ekosistem Mangrove di Taman Nasional Bali Barat (PDF). Jembrana: Balai Taman Nasional Bali Barat. hlm. 45. 
  3. ^ Santosa, Hari (2017). Wiryawan, dkk., ed. Ekosistem Mangrove di Taman Nasional Bali Barat (PDF). Jembrana: Balai Taman Nasional Bali Bara. hlm. 45. 
  4. ^ Kepala Bagian Program dan Evaluasi Sekretariat Direktorat Jenderal KSDAE (2021). Kepala Sub Bagian Data dan Informasi Sekretariat Direktorat Jenderal KSDAE, ed. Statistik Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Tahun 2020 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. hlm. 14. ISBN 978-623-95872-7-7. 
  5. ^ Radifan, M., dkk. (2023). Guardians of the Wild: Inovasi Perlindungan Keanekaragaman Hayati Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah (PDF). Semarang: PT Sucofindo (Persero). hlm. 15. 
  6. ^ Forestry statistics of Indonesia 2007, retrieved 20 May 2010
  7. ^ sebagai-best-top-100-destinationsksdae.menlhk.go Diakses 25 Januari 2025

Pranala luar

sunting

8°8′S 114°29′E / 8.133°S 114.483°E / -8.133; 114.483 |