Tan Hong Boen

penulis dan penerjemah asal Indonesia


Tan Hong Boen (27 Februari 1905 – 15 September 1983; bernama pena Im Yang Tju, Ki Hadjar Dharmopralojo, Ki Hadjar Sukowijono, dan Madame d'Eden Lovely[1]) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui sejumlah karyanya dalam bentuk novel dan biografi. Tan Hong Boen merupakan penulis biografi pertama Soekarno berjudul Soekarno Sebagi Manoesia yang diterbitkan oleh Boekhandel “Ravena” di Solo pada tahun 1933. Saat menulis biografi tersebut, Tan Hong Boen menggunakan nama pena Im Yang Tjoe. Bahkan, buku itu telah memopulerkan nama Bung Karno tiga dasawarsa sebelum Sukarno: An Autobiography as Told to Cindy Adams yang diterbitkan oleh Bobbs-Merrill pada 1965.[2][3]

Infobox orangTan Hong Boen

Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran27 Februari 1905 Edit nilai pada Wikidata
Kematian15 September 1983 Edit nilai pada Wikidata (78 tahun)
Kegiatan
Pekerjaanpenulis, jurnalis, penerjemah, novelis, magazine editor (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata

Selain menjadi penulis, ia juga mengembangkan pil multivitamin bermerek Pil Kita.[1]

Kehidupan pribadi

sunting

Tan Hong Boen lahir di Slawi, Hindia Belanda, pada tanggal 27 Februari 1905. Dia merupakan anak dari keluarga Tan Boeng Keng di Slawi. Im Yang Tjoe adalah salah satu dari sekian nama penanya. Selain nama Im Yang Tjoe, nama lain yang ia gunakan adalah Ki Hadjar Dharmopralojo, Ki Hadjar Sukowijono, dan Madame d'Eden Lovely. Namun demikian, nama Im Yang Tjoe menjadi nama yang paling disukainya, karena Boen memakainya sejak 1925 sampai dengan 1950-an.[2]

Ia wafat pada 15 September 1983.

Karier

sunting

Novelnya yang pertama berjudul Soepardi dan Soendari (Berpisa Pada Waktoe Hidoep, Berkoempoel Pada Waktoe Mati), terbit dalam majalah Penghidoepan di Surabaya pada 1925. Inilah kali pertama Boen menggunakan nama samaran Im Yang Tjoe, ketika itu dia berusia 20 tahun. Sebagian karyanya yang lain seperti Oh Harta yang terbit pada 1928, Itoe Bidadari dari Rawa Pening dan Koepoe-Koepoe di Dalam Halimoen keduanya pada 1929, Soerat Resia di Tangkoe-ban-praoe pada 1930. Selanjutnya, Ketesan Aer Mata di Padang-lalang pada 1930, Gelap Goelita Lantaran Sajapanja Kampret dari Yomani pada 1931. Kemudian pada 1933, Boen menulis dua novel lainnya, Angin Pagoenoengan dan Koemandangnja Soemoer Djalatoenda. Karya-karya itu terbit di berbagai kota di Jawa. Setelah Indonesia merdeka, Boen juga menulis banyak cerita berlatar legenda rakyat, sejarah nusantara, dan tokoh pewayangan. 1930 sampai dengan 1932, Boen pernah menjadi pemimpin redaksi Soemanget Bandung.[2]

Bibliografi

sunting
  • Soepardi dan Soendari (1925)
  • Oh Harta (1928)
  • Itoe Bidadari dari Rawa Pening (1929)
  • Koepoe-Koepoe di Dalam Halimoen (1929)
  • Soerat Resia di Tangkoe-ban-praoe (1930)
  • Ketesan Aer Mata di Padang-lalang (1930)
  • Gelap Goelita Lantaran Sajapanja Kampret dari Yomani (1931)
  • Angin Pagoenoengan (1933)
  • Koemandangnja Soemoer Djalatoenda (1933)
  • Riwajat Ejang Djugo Panembahan Gunung Kawi (195?)

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b Rachmawati, Rachmawati, ed. (2021-08-14). "Im Yang Tjoe, Sosok Penulis Pertama Riwayat Bung Karno yang Nyaris Pupus dari Ingatan Sejarah Halaman 2". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-31. Diakses tanggal 2022-01-31. 
  2. ^ a b c Myra Sidharta: Tan Hong Boen, man of many faces, majalah Asian Culture Singapura, 1993
  3. ^ National Geographic: Orang Tegal, Penulis Pertama Riwayat Hidup Bung Karno Diarsipkan 2017-05-14 di Wayback Machine., diakses 24 Mei 2017