Tanda titik dua (atau tanda dua titik) adalah tanda baca yang dilambangkan dengan dua titik berukuran sama yang diletakkan satu di atas yang lain, atau diletakkan di tengah garis vertikal yang sama. Seperti halnya tanda baca lain, penggunaan tanda titik dua bervariasi antara berbagai bahasa dan bahkan pada bahasa yang sama pada periode yang berbeda. Sebagai aturan umum, tanda titik dua memberitahukan pembaca bahwa uraian setelah tanda ini memberi bukti dan menjelaskan, atau merupakan unsur dari apa yang sudah dijelaskan sebelum tanda tersebut.
Dalam pedoman EYD,[1] tanda titik dua dipakai:
- Pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Contoh:
- Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
- Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh:
- Ketua: Ahmad Wijaya
- Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Contoh:
- Ibu: (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"
- Di antara (i) jilid atau nomor dan halaman, (ii) bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Contoh:
- Tempo, I (1971), 34:7