Tantrum adalah ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang-orang dalam kesulitan emosional, yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, pembangkangan, mengomel marah, resistensi terhadap upaya untuk menenangkan dan, dalam beberapa kasus, kekerasan. Kendali fisik bisa hilang, orang tersebut mungkin tidak dapat tetap diam, dan bahkan jika "tujuan" orang tersebut dipenuhi dia mungkin tetap tidak tenang.[1][2][3][4][5]

Seorang anak ketika mengalami tantrum

Balita

sunting

Tantrum adalah salah satu bentuk yang paling umum dari perilaku bermasalah pada anak-anak, tetapi cenderung menurun dalam frekuensi dan intensitas begitu anak tumbuh. Pada balita, tantrum atau amukan dapat dianggap sebagai normal, bahkan sebagai pengukur dari kekuatan pengembangan karakter.[6]

Sementara amukan tersebut terkadang dinilai sebagai prediktor perilaku anti-sosial pada masa depan,[7] dalam arti lain hal tersebut sekadar tanda frustrasi yang berlebihan yang sesuai dengan usia, dan akan berkurang seiring waktu diberi penanganan yang tenang dan konsisten.[8] Namun Selma Fraiberg memperingatkan tekanan luar dan kontrol yang berlebihan dalam membesarkan anak bisa memprovokasi tantrum dan pembibitan pemberontakan.[9]

Pada masa dewasa

sunting

Thackeray mengklaim bahwa di kemudian hari kita mungkin mendapati kasus tantrum pada orang dewasa, dengan ekspresi tertekan dan tidak puas dari wajahnya.[10]Selebritas yang membuat ulah setiap kali gagal adalah sejenis tantrum narsisme situasional.[11]

Tantrum pada wanita

sunting

Wanita kadang menjerit dan berteriak, tapi tantrum berbeda dari rata-rata perilaku wanita. Tantrum pada seorang wanita cenderung dianggap tidak masuk akal dan tidak bisa ditenangkan. Dia bisa meledak atas hal-hal kecil dan tampak tidak memiliki kontrol atas emosinya. Dia bahkan mungkin mengatakan hal-hal yang menyakitkan. Tantrum atau amukan demikian memiliki satu tujuan, yaitu untuk membuat keadaan di sekitarnya tidak nyaman sampai seseorang (biasanya pasangannya) memberikan apa yang dia inginkan. Namun jika dia mendapat apa yang dia inginkan, tantrumnya akan lebih sering.[12]

Referensi

sunting
  1. ^ "What is a tantrum?". Babycentre.co.uk. Diakses tanggal 2011-03-20. 
  2. ^ "Temper Tantrums". Kidshealth.org. Diakses tanggal 2011-03-20. 
  3. ^ "Tantrums". BabyCenter. Diakses tanggal 2011-03-20. 
  4. ^ "When a Child Has a Tantrum - The Natural Child Project". Naturalchild.org. Diakses tanggal 2011-03-20. 
  5. ^ "Make Nice With Mom". Girl World Daily. 2003-04-03. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-08. Diakses tanggal 2011-03-20. 
  6. ^ Robin Skynner/John Cleese, Families and how to survive them (London 1993) p. 177
  7. ^ Potegal, Michael Ph.D., L.P.; Davidson, Richard J. Ph.D. (June 2003). "Temper Tantrums in Young Children". Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics. 24 (3): 140–147. 
  8. ^ Roy Benaroch, Solving Health and Behavioral Problems from Birth Through Preschool (2008) p.157
  9. ^ Selma H. Fraiberg, The Magic Years (New York 1987) p.65
  10. ^ William Makepeace Thackeray, The Irish Sketch Book (1848) p. 138
  11. ^ Simon Crompton, All about Me (London 2007) p. 176
  12. ^ askmen.com. Her little-girl routine

Pranala luar

sunting