Tari Balanse Madam

salah satu tarian di Indonesia

Tari Balanse Madam adalah sebuah tari tradisional masyarakat Suku Nias yang terdapat di Seberang Palinggam, Kota Padang. Tari Balanse Madam merupakan sebuah kesenian tari yang berupa peninggalan budaya lama yang telah ditransmisikan secara turun temurun dalam masyarakat suku Nias di Seberang Palinggam.[1]

Tari ini ditarikan secara berpasangan, dengan jumlah penari minimal delapan orang, enam belas orang, dan maksimal tiga puluh dua orang. Penari Tari Balase Madam harus orang yang sudah menikah (berkeluarga), di antara para penari tidak terikat dengan hubungan keluarga, dan mereka menari harus seizin suami atau istri mereka masing-masing. Penampilannya diiringi secara live dengan alat musik barat seperti biola, gitar, tamburin, akordeon, dan set drum. Namun setelah banyak para pelaku seninya yang meninggal dunia, sehingga tari Balanse Madam mengalami perubahan. Perubahan terjadi pada penarinya, tidak harus orang yang sudah berumah tangga lagi, dan musik pengiringnya tidak lagi dimainkan langsung (no life music), namun menggunakan musik rekaman.[2]

Tari ini hidup dan berkembang dalam budaya Minangkabau. Seni pertunjukan ini selalu ditampilkan sebagai pelengkap (penyemarak) upacara, seperti upacara pengangkatan kepala suku, upacara pernikahan, dan acara perhelatan, yang berfungsi sebagai hiburan.[3]

Sejarah

sunting

Kemunculan Tari Balanse Madam dapat dilacak dari kedatangan bangsa Portugis ke pantai barat Pulau Sumatera pada abad ke-16. Pada saat itu bangsa Portugis datang sebagai pedagang dan membawa penduduk imigran dari Nias untuk bekerja sebagai buruh atau pembantu di pelabuhan bagi bangsa Portugis. Penduduk tersebut mayoritas ditempatkan daerah Muara Padang dan di berbagai daerah lain seperti Pariaman, Pasar Usang, dan Muara Sakai Pesisir Selatan.[1]

Tari Balanse Madam muncul karena seringnya terjadi kontak (hubungan) sosial antara bangsa Portugis dengan orang Nias sebagai pekerja. Bangsa Portugis selalu memeperkenalkan tarian dalam bentuk tari pergaulan seperti dansa kepada orang-orang Nias ketika mereka mengadakan pesta. Tidak hanya tarian, bangasa Portugis juga menyebarkan pengaruh kesenian dan musiknya di Kota Padang.[1]

Melihat pengaruh seni dari bangsa Portugis, seniman atau masyarakat Nias yang memiliki kemampuan rasa estetis dan jiwa seni, mulai mengembangkan pola-pola gerak tari pergaulan yang dilakukan oleh bangsa Portugis tersebut. Karena kreativitas orang-orang Nias pulalah muncul tari Balanse Madam yang diadaptasi dari tarian Dansa bangsa Portugis. Konsep gerak tari tersebut berakar sepenuhnya dari dasar gerak tari tradisi di kampung halaman orang Nias, seperti Maena dan Hiwõ. Gerak tari tersebut juga dikombinasikan dengan gerakan tarian Melayu. Tarian Melayu pada masa itu juga sedang berkembang di tengah bangsawan perkotaan atau Bandar di pulau Sumatera.[1]

Tari Balanse Madam sudah memiliki generasi penerus lebih dari dua generasi penerusnya. Tari tersebut juga dilestarikan oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang didaftarkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tahun 2020 dengan nomor registrasi 202001096.[1]

Makna dan Fungsi

sunting

Tari Balanse Madam yang memiliki ragam gerak, bentuk penyajian, peranan, syarat-syarat, dan aturan, memiliki makna tersendiri. Makna dari tari tersebut yaitu sebagai harga diri dan eksistensi, sebagai tanda syukur, sebagai legitimasi, sebagai tanda persatuan dan kesatuan, pertanda sudah menikah, bahwa hidup perlu ada aturan, bahwa manusia hidup perlu ada rasa saling hormat-menghormati dan menjaga kehormatan rumah tangga masing-masing.[4]

Selain memiliki makna tersendiri, Tari Balanse Madam juga memiliki dua perspektif fungsi, yaitu secara tekstual dan kedua secara kontekstual. Fungsi secara tekstual dilihat dalam bentuk tari sebagai objek pandangan mata tentang bentuk tari. Pandangan tersebut dapat memberi respon rasa estetis sehingga pertunjukkan tari tersebut menimbulkan nuansa hiburan bagi semua pihak. Sedangkan fungsi secara kontekstual, tari Balanse Madam dilihat fungsinya dari keterkaitan atau hubungan tari dengan masyarakat. Dari kedua perspektif fungsi tersebut, dapat dikatakan bahwa fungsi dari tarian ini dalam kehidupan sosial masyarakat Nias di Seberang Palinggam sebagai komunikasi dan informasi, sebagai sarana interaksi sosial, sebagai identitas kultural dan sebagai sarana legitimasi serta sebagai pengikat solidaritas masyarakat.[4]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e "Warisan Budaya Takbenda | Beranda". warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-05-29. 
  2. ^ Fatrina, Novina Yeni; Stevenson, Yan (2018-03-06). "Perubahan Dan Keberlanjutan Tari Balanse Madam Di Lingkungan Masyarakat Nias Padang". Mudra Jurnal Seni Budaya (dalam bahasa Inggris). 33 (1): 93–103. doi:10.31091/mudra.v33i1.318. ISSN 2541-0407. 
  3. ^ RISNAWATI (2002). "Tari Balanse Madam dalam masyarakat Nias di Padang Sumatera Barat". Universitas Gadjah Mada. 
  4. ^ a b Indrayuda, Indrayuda (2003). "Makna Dan Fungsi Tari Balanse Madam Pada Masyarakat Suku Nias di Seberang Palinggam Kota Padang". repository.unp.ac.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-10-10.