Tari Barong
Tari Barong bagi masyarakat Bali adalah salah satu tarian yang cukup terkenal. Tarian yang berasal dari Bali ini bukan hanya sekedar sebuah tarian pertunjukan namun juga ada makna unsur-unsur kepercayaan di dalamnya. Tari Barong ini menceritakan tentang mitologis gambaran binatang beruang yang memiliki kekuatan gaib dan dianggap dapat melindungi manusia.[1]
Sejarah
suntingTari Barong merupakan peninggalan kebudayaan pra-Hindu yang melambangkan pertempuran antara kebaikan (dharma) dan keburukan (adharma). Menurut keyakinan masyarakat Bali, khususnya yang beragama Hindu, kebaikan dan keburukan selalu berdampingan atau disebut juga sebagai Rwa Bhineda. Kata Barong berasal dari kata bahruang yang berarti beruang.
Namun menurut pendapat bahwa kata Barong itu berasal dari Jawa Kuno. Kedudukan Barong sebagai binatang mithos, perlukisan atau perwujudan dari binatang ajaib, binatang suci, suatu penciptaan dari nilai-nilai religious.[2]
Kostum penari
suntingKostum yang dipakai penari Barong adalah Ket atau Keket. Kostum ini merupakan gabungan antara singa, harimau, dan lembu. Pada badan Barong dihiasi ornamen dari kulit, potongan-potongan kaca dari cermin, dan dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua orang penari, satu penari mengambil posisi di bagian depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong, sedangkan penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor barong.
Makna tarian
suntingTari Barong menceritakan tentang pertarungan antara Barong dan Rangda, juga dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti) serta para pengikut Rangda. Dalam tarian ini, Barong melambangkan kebaikan dimana penari menggunakan kostum binatang berkaki empat dan keburukan yang dilambangkan dengan Rangda, yaitu sosok menyeramkan dengan dua taring runcing mulutnya.
Referensi
sunting- ^ Utami, Rizky,. Ensiklopedia tari-tarian Nusantara (edisi ke-Cetakan pertama). Margacinta, Bandung. ISBN 9789796659869. OCLC 927620776.
- ^ "Agung", Drs Anak Agung Gde Putra (1981/1982). Beberapa Tari Upacara Dalam Masyarakat Bali. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 42,43.