Tari umbul adalah salah satu tari tradisional yang berasal dari Desa Situraja, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.[1] Kesenian ini mulai ada di Parugpug sekitar tahun 1940-an, muncul dari wilayah Indramayu ke Sumedang.[2] Dalam pagelarannya, para penari membawakan lagu yang berjudul umbul atau adem ayem sambil menari secara bergiliran.[2] Sementara para penonton sambil menyaksikan keindahan tarian serta kemerduan suara penari, juga mengincar si penari untuk diberi tanda karembong (selendang), kopiah, dan sarung.[2] Pada awalnya, tari ini hanya sebagai tarian pembuka pertunjukan reog.[3]Dahulu, ciri khas tari umbul adalah gerakan pinggulnya yang erotis, hal tersebut mendapat dukungan dan perlawanan dari masyarakat setempat.[3] Hal tersebut berdampak pada seni tari umbul yang dicekal mulai tahun 1994.[3] Setelah kejadian tersebut tidak lama tari umbul kembali bahkan berkembang dengan baik, dikarenakan adanya pengurangan unsur erotis dan hilangnya fungsi sebagai sarana ritual.[1] Kini tarian ini sering disajikan pada acara pernikahan, khitanan, 17 Agustus maupun dalam kegiatan besar keparawisataan lainnya.[1]

Kelengkapan

sunting

Kelengkapan alat pertunjukan tari umbul adalah dogdog ukuran besar, ketuk, kecrek, terompet dan gong bambu.[4] Penari tari umbul menggunakan kelengkapan kacamata hitam, kebaya, kain samping dan selendang.[1] Selain itu, ada juga ciri khas dalam gerakan tari, yaitu menggunakan salah satu gerakan pencak silat.[1] Gerakan pencak silat yang digunakan mengandung makna bahwa seorang perempuan harus bisa menjaga diri dengan ilmu bela diri.[1] Gerakan yang digunakan adalah gerakan tangan yang melambangkan gerakan memetik tanaman, yakni sebagai tanda syukur hasil panen yang dicapai.[1]

Pertunjukan

sunting

Pementasan tari umbul awalnya dilakukan berkeliling dari kampung ke kampung.[2] Namun dalam perkembangannya ditampilkan juga di atas panggung.[2] Pertunjukkan dimulai dengan gending bubuka (tabuhan pembuka), kemudian penari masuk membentuk formasi berjajar lurus, dengan membawakan lagu secara bergantian.[2] Apabila diperhatikan, biasanya para penonton laki-laki yang menyaksikan tari umbul tentu akan sedikit terkesima, karena selain gerakan tangan yang gemulai, juga dibarengi dengan gerakan pinggul yang sedikit erotis.[2] Barangkali di sinilah kekhususan dan keunikan dari tari umbul, di samping menyertakan humor sebagai tambahan dalam setiap pagelaran.[2] Pengemasan tari umbul yang pada awalnya sebagai seni pertunjukan berbentuk helaran (berarakarakan) yang dilaksanakan di jalanan daerah Sumedang, saat ini tari umbul telah melalui proses perkembangan.[2] Kini tari umbul memiliki fungsi tidak hanya disajikan pada acara pernikahan, khitanan, penyambutan para tamu, festival, dan hiburan pada acara besar nasional, akan tetapi juga kini menjadi tarian bersama pada akhir pertunjukan.[2] Dengan cara mengembangkan koreografi, karawitan dan tata busana agar tarian tersebut lebih dinamis variatif dan menarik.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g "Kesenian Daerah – Desa Cijeler" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-23. Diakses tanggal 2019-02-23.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama ":1" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  2. ^ a b c d e f g h i j k https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018.pdf
  3. ^ a b c Rahayu, Veni Nurviani (2014-02-08). "PENERAPAN TARI UMBUL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS XII SMK MA'ARIF 2 SUMEDANG". Ringkang (dalam bahasa Inggris). 1 (3). 
  4. ^ "Tari Umbul – Kecamatan Paseh" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-23. Diakses tanggal 2019-02-23. 

Pranala luar

sunting