Tarian Sigale-gale
Tarian Sigale-gale adalah salah satu kesenian tradisonal yang terkenal di Sumatera Utara, khususnya di daerah Samosir. Tarian Sigale-Gale ini telah menjadi ikon pariwisata dari Provinsi Sumatera Utara pada umumnya. Dan khususnya pada wilayah Samosir. Sigale-Gale sendiri merupakan sebuah boneka berbentuk manusia. Boneka ini dapat digerakkan, dan menari dengan diiringi musik tradisional. Tarian ini biasanya sering ditampilkan pada berbagai acara adat. Untuk lebih mengenal Tari Sigale-Gale, terdapat beberapa fakta menarik berikut ini tentang Sigale-gale.[1]
Salah satu keunikan dari tarian ini adalah ketika boneka sigale-gale dimainkan, gerakannya bahkan menyerupai gerakan manusia. Hal ini dikarenakan kerangka pada boneka tersebut memang dibuat seperti persendian pada tubuh manusia, sehingga boneka tersebut dapat bergerak lebih luwes seperti gerakan manusia.Gerakan dalam Tari Sigale-Gale ini cukup bervariasi, gerakan tersebut diantaranya seperti gerakan tor-tor dan beberapa gerakan tari tradisional Batak lainnya. Pertunjukan Tari Sigale-Gale biasanya ditampilkan dalam durasi kurang lebih 1 jam dengan beberapa penyajian tari yang unik dan sangat khas.[2]
Sejarah
suntingBoneka Sigale-gale sudah ada sejak 400 tahun yang lalu. Ceritanya, ada seorang raja di Huta Samosir memiliki seorang anak laki-laki.Raja dari Samosir itu memerintahkan anaknya yang bernama Manggale melakukan perlawanan untuk merebut daerah di sekitarnya. Namun Manggale tewas dalam pertempuran itu. Sang raja pun bersedih dan terpukul karena Manggale adalah satu-satunya pewaris keturunan dari raja tersebut. Sang Raja jatuh sakit karena memikirkan sang anak. Untuk mengobati kesedihan sang raja, para penasihat membuatkan patung kayu menyerupai wajah anaknya. Kemudian dilakukan upacara pemanggilan arwah dari anak raja tersebut. Patung itu lalu ditunjukkan kepada sang raja yang akhirnya kembali bergembira dan sembuh.
Fungsi Dan Makna
suntingDalam tradisi masyarakat Batak di Samosir, Tari Sigale-Gale biasanya dilakukan pada upacara kematian, terutama saat laki-laki meninggal. Menurut kepercayaan masyarakat di sana, tarian ini dilakukan untuk mengantar arwah mendiang yang meninggal. Namun seiring dengan berjalannya waktu, tradisi ini mulai jarang dilakukan, sehingga keberadaan boneka sigale-gale pun mulai berkurang. Walaupun begitu, untuk menjaga serta melestarikan tradisi dan budaya mereka, Tari Sigale-Gale ini kemudian dikembangkan sebagai tarian pertunjukan. Dan sering ditampilkan di berbagai acara adat maupun budaya, bahkan menjadi salah satu daya tarik wisata bagi para wisatawan yang datang ke sana.Nilai-nilai yang terdapat dalam pertunjukan tari Sigale-gale yaitu nilai estetis pada gerak tari dan irama musik serta nilai-nilai kebudayaan suku Batak Toba yaitu nilai kekerabatan, nilai religi, nilai hagabeon (memiliki banyak keturunan/beranak cucu), nilai hasangapon (memiliki status sosial yang tinggi), nilai hamoraon (memiliki harta), nilai marsisarian (saling mengerti, menghargai dan membantu), nilai patik dohot uhum (kesungguhan dalam menegakkan keadilan), nilai pengayoman dan nilai konflik (sikap bijaksana dalam menghadapi perbedaan maupun masalah).[3]
Referensi
sunting- ^ Times, I. D. N.; Hermawan, Doni. "Mengenal Tari Sigale-gale, Pengiring Upacara Kematian di Samosir". IDN Times Sumut (dalam bahasa In). Diakses tanggal 2024-10-01.
- ^ TobaRia. "Tari Sigale-gale, Kesenian Tradisional Dari Sumut | Tobaria" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-10-01.
- ^ "TARIAN SIGALE-GALE -". 2022-05-31. Diakses tanggal 2024-10-01.