Tata Permainan Bahasa

Tata Permainan Bahasa adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Ludwig WIttgenstein dalam bukunya yang berjudul Philosophical Investigation.[1] Tata Permainan Bahasa secara luas dimaknai sebagai cara menggunakan bahasa pada konteks kehidupan manusia dengan bahasa sebagai wujudnya.[2] Penggunaan awal teori Tata Permainan Bahasa adalah untuk menunjukkan karakter dan mengatasi berbagai proposisi dalam penggunaan kata dalam bahasa.[3] Tata Permainan Bahasa juga digunakan untuk mengetahui nilai dari suatu informasi yang disampaikan dengan memperhatikan etika berbahasanya.[4] Tata Permainan Bahasa merupakan sarana bagi manusia dalam menyampaikan pikiran dan gagasannya dengan bahasa biasa.[1] Selain itu, teori Tata Permainan Bahasa juga dapat diterapkan dalam logika matematika.[3]

Konsep sunting

Tata Permainan Bahasa merupakan sebuah teori yang tercipta dari hasil pemikiran Ludwig WIttgenstein dalam bukunya yang berjudul Philosophical Investigation. Tata Permainan Bahasa merupakan pengembangan dari konsep bahasa yang dikemukakan oleh Ludwig WIttgenstein dalam karyanya yang berjudul Tractacus.[1] Wittgenstein meyakini bahwa kekeliruan filsafat dapat diatasi dengan penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa ini harus saling bersesuaian dalam hal hubungan antara kalimat dengan tindakan bahasa tertentu. Suatu kalimat yang sama dapat memiliki berbagai kemungkinan berbeda dalam penggunaannya. Kemungkinan ini disesuaikan dengan apa yang sedang dilakukan dan dalam konteks apa kalimat itu dipergunakan. Wittgenstein memandang permainan bahasa sebagai bahasa biasa yang bersifat sederhana, alami dan primitif.[2]

Tata Permainan Bahasa secara luas dimaknai sebagai keseluruhan tindakan dalam penggunaan bahasa pada konteks kehidupan manusia. Penggunaan bahasa selalu terikat dalam suatu hubungan tata permainan bahasa. Setiap ragam bahasa tertentu juga memiliki tata permainan bahasa tertentu. Dengan demikian, bahasa adalah penampakan dari permainan bahasa.[2]

Tata Permainan Bahasa ditemukan hampir di segala bidang kehidupan. Dalam penggunaannya, terdapat aturan dan konteks yang mengaturnya. Dalam teori Tata Permainan Bahasa, bahasa tidak sekadar dibangun atas logika formal atau logika matematika. Selain itu, bahasa tidak sekadar dibagi menjadi subjek, predikat, dan objek sebagai suatu fungsi. Bahasa juga tidak hanya sekadar dibedakan menjadi kata benda, kata keterangan, kata sifat, dan kata bilangan. Dalam teori Tata Permainan Bahasa, bahasa lebih lebih dimaknai sebagai tata permainan yang pemaknaannya ditentukan sendiri oleh penutur bahasa tersebut.[4]

Penerapan sunting

Teori Tata Permainan Bahasa digunakan oleh Wittgenstein untuk mendukung pemikirannya tentang bahasa. Penggunaan awal teori Tata Permainan Bahasa adalah untuk menunjukkan karakter atau ciri khas suatu bahasa. Kemudian teori ini mulai digunakan untuk membuat perintah dan cara mematuhinya, menyampaikan suatu peristiwa, membuat dan menguji hipotesis, serta membuat rangkuman, anekdot, dan teka-teki. Selain itu, teori Tata Permainan Bahasa juga digunakan untuk mengatasi berbagai proposisi dalam penggunaan kata dalam bahasa. Tata permainan bahasa ini diterapkan agar proposisi kata menjadi lebih luas, lebih jelas, dan lebih baik dari segi penggunaan bahasa.[3] Penonjolan suatu fakta dalam tata permainan bahasa akan menampilkan suatu ciri khas. Hal ini membuat suatu ungkapan bahasa selalu memperhatikan penggunaan etika. Dengan demikian, suatu informasi yang disampaikan dapat diketahui nilainya.[4]

Tata Permainan Bahasa juga merupakan sarana bagi manusia dalam menyampaikan pikiran dan gagasannya mengenai sesuatu dengan bahasa biasa.[1] Selain itu, teori Tata Permainan Bahasa juga dapat diterapkan dalam logika matematika. Dalam hal ini, proporsi matematika merupakan sebuah unsur dan alat bahasa. Tata permainan bahasa terbentuk ketika proporsi matematika menunjukkan bukti matematika. Keberadaan bukti matematika merupakan bentuk pemakaian dari tata permainan bahasa dalam matematika.[3]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d "Tata Permainan Bahasa Wittgenstein Sebagai Klarifikasi | Lingkar Studi Filsafat Discourse". 2019-07-02. Diakses tanggal 2020-06-17. 
  2. ^ a b c Hartini, Lilis (2019). ""Tata Permainan Bahasa" Wittgenstein dalam Teks Konstitusi". Jurnal Wawasan Yuridika. 3 (1): 41—54. ISSN 2549-0753. 
  3. ^ a b c d Suyitno, Hardi (2008). "Hubungan Antara Bahasa dengan Logika dan Matematika Menurut Pemikiran Wittgenstein". Humaniora. 20 (1): 26—30. 
  4. ^ a b c Wibowo, Wahyu (2011). "Pemantapan Prinsip Bahasa Biasa Sebagai Upaya Pemutakhiran Metode Analisis Pesan Komunikasi". Kajian Linguistik dan Sastra. 23 (1): 8—18.