Taufiq Ismail

penyair, penulis, dan aktivis
(Dialihkan dari Taufik Ismail)

Taufiq Ismail gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah, (lahir 25 Juni 1935), adalah seorang penyair Indonesia.

Taufiq Ismail
Taufiq Ismail dalam acara 50 Tahun Majalah Horison; 26 Juli 2016
Taufiq Ismail dalam acara 50 Tahun Majalah Horison; 26 Juli 2016
Lahir25 Juni 1935 (umur 88)
Fort de Kock, Sumatera Barat, Hindia Belanda
PekerjaanPenyair
KebangsaanIndonesia
PendidikanDokter hewan (Universitas Indonesia)
PeriodeAngkatan '66
GenrePuisi
TemaPolitik, religi
Aliran sastraRealisme
Karya terkenalKembalikan Indonesia Kepadaku
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
Penghargaan- Anugerah Seni dari Pemerintah RI (1970)
- Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977)
- South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1994)
KerabatNazaruddin Nasution (adik ipar)
Tanda tangan

Latar belakang sunting

Taufiq Ismail lahir dari pasangan A. Gaffar Ismail (1910-1998) asal Banuhampu, Agam dan Sitti Nur Muhammad Nur (1912-1982) asal Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat.[1] Ayahnya adalah seorang ulama dan pendiri permi. Ia menghabiskan masa SD di Solo, Semarang, dan Yogyakarta, SMP di Bukittinggi, dan SMA di Pekalongan. Taufiq tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan yang suka membaca. Ia telah bercita-cita menjadi sastrawan sejak masih SMA. Dengan pilihan sendiri, ia menjadi dokter hewan dan ahli peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi cita-cita kesusastraannya. Ia tamat FKHP-UI Bogor pada 1963 tetapi gagal punya usaha ternak yang dulu direncanakannya di sebuah pulau di Selat Malaka.

Kegiatan sunting

Semasa kuliah aktif sebagai Aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII), Ketua Senat Mahasiswa FKHP-UI (1960-1961) dan WaKa Dewan Mahasiswa UI (1961-1962).

Di Bogor pernah jadi guru di SKP Pamekar dan SMA Regina Pacis, juga mengajar di IPB. Karena menandatangani Manifesto Kebudayaan, gagal melanjutkan studi manajemen peternakan di Florida (1964) dan dipecat sebagai dosen di Institut Pertanian Bogor. Ia menulis di berbagai media, jadi wartawan, salah seorang pendiri Horison (1966), ikut mendirikan DKJ dan jadi pimpinannya, Pj. Direktur TIM, Rektor LPKJ dan Manajer Hubungan Luar Unilever. Penerima beasiswa AFS International Scholarship, sejak 1958 aktif di AFS Indonesia, menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Bina Antarbudaya, penyelenggara pertukaran pelajar antarbangsa yang selama 41 tahun (sejak 1957) telah mengirim 1700 siswa ke 15 negara dan menerima 1600 siswa asing di sini. Taufiq terpilih menjadi anggota Board of Trustees AFS di New York, 1974-1976.

Pengkategoriannya sebagai penyair Angkatan '66 oleh Hans Bague Jassin merisaukannya, misalnya dia puas diri lantas proses penulisannya macet. Ia menulis buku kumpulan puisi, seperti Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Tirani, Benteng, Buku Tamu Musim Perjuangan, Sajak Ladang Jagung, Kenalkan, Saya Hewan, Puisi-puisi Langit, Prahara Budaya:Kilas Balik Ofensif Lekra/PKI dkk, Ketika Kata Ketika Warna, Seulawah-Antologi Sastra Aceh, dan lain-lain.

Banyak puisinya dinyanyikan Himpunan Musik Bimbo Diarsipkan 2013-02-14 di Wayback Machine., pimpinan Samsudin Hardjakusumah, atau sebaliknya ia menulis lirik buat mereka dalam kerja sama. Iapun menulis lirik buat Chrisye, Yan Antono (dinyanyikan Ahmad Albar) dan Ucok Harahap. Menurutnya kerja sama semacam ini penting agar jangkauan publik puisi lebih luas.

Taufiq sering membaca puisi di depan umum. Di luar negeri, ia telah baca puisi di berbagai festival dan acara sastra di 24 kota Asia, Australia, Amerika, Eropa, dan Afrika sejak 1970. Baginya, puisi baru ‘memperoleh tubuh yang lengkap’ jika setelah ditulis, dibaca di depan orang. Pada April 1993 ia membaca puisi tentang Syekh Yusuf dan Tuan Guru, para pejuang yang dibuang VOC ke Afrika Selatan tiga abad sebelumnya, di 3 tempat di Cape Town (1993), saat apartheid baru dibongkar. Pada Agustus 1994 membaca puisi tentang Laksamana Cheng Ho di masjid kampung kelahiran penjelajah samudra legendaris itu di Yunan, Tiongkok, yang dibacakan juga terjemahan Mandarinnya oleh Chan Maw Yoh.

Bosan dengan kecenderungan puisi Indonesia yang terlalu serius, di awal 1970-an menggarap humor dalam puisinya. Sentuhan humor terasa terutama dalam puisi berkabar atau narasinya. Mungkin dalam hal ini tiada teman baginya di Indonesia. Antologi puisinya berjudul Rendez-Vous diterbitkan di Rusia dalam terjemahan Victor Pogadaev dan dengan ilustrasi oleh Aris Aziz dari Malaysia (Rendez-Vous. Puisi Pilihan Taufiq Ismail. Moskow: Humanitary, 2004.). Di deretan jejak langkah Taufiq yang panjang tersebut, penyair dan kritikus sastra Indonesia Saut Situmorang memberitakan dalam media sastra yang diempunya bersama Katrin Bandel, Boemipoetra, bahwa Taufiq melakukan aksi plagiarisme atas karya penyair Amerika bernama Douglas Malloch (1877 – 1938) berjudul Be the Best of Whatever You Are.[2]

Penghargaan sunting

Mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah (1970), Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977), South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1994), Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994). Dua kali ia menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1971-1972 dan 1991-1992), lalu pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur (1993). Tahun 2003, Taufiq Ismail mendapat penghargaan doktor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta.

Kontroversi sunting

Tahun 2016 Taufik Ismail menjadi sorotan nasional, utamanya kalangan sastrawan dan tokoh agama, menyusul pernyataannya bahwa lagu Bagimu Negeri ciptaan Kusbini dinilai sesat. Salah satu seniman yang bereaksi cukup keras adalah Anang Hermansyah, politikus dan pencipta lagu yang melihat, lagu ciptaan Kusbini itu bertemakan semangat kemerdekaan dan nasionalisme. Apalagi bila melihat rekam jejak Kusbini, tidak sedikit lagu ciptaannya yang memiliki makna perjuangan yang luar biasa.[3][4][5]

Karya tulis sunting

  • Ismael, Taufiq (1995). Prahara Budaya:kilas-balik ofensif Lekra/PKI dkk.:kumpulan dokumen pergolakan sejarah. Bandung: Mizan dan H.U. Republika. hlm. 469. ISBN 979-433-064-7. 
  • Ismail, Taufiq. 2004. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
  • Taufiq Ismail. Vernite Mne Indoneziyu (Kembalikan Indonesia Padaku). Puisi Pilihan. Diselenggarakan dan diterjemahkan oleh Victor Pogadaev. Moskow: Klyuch-C, 2010, ISBN 978-5-93136-119-2
  • Taufiq, Ismail. 1993. Benteng dan Tirani. Jakarta: Yayasan Ananda.
  • Taufiq Ismail. Dengan Puisi Aku. 1 Puisi, 80 Bahasa, 80 Tahun. Terjemahan Puisi dalam 58 Bahasa Dunia dan 22 Bahasa Daerah. Prakata Prof. Victor A. Pogadaev. Jakarta: Horison, 2015, ISSN 0125-9016
  • Taufiq Ismail. Dengan Puisi Aku. Dalam 60 Bahasa. Editor Victor Pogadaev. Kuala Lumpur: Esasatera Enterprise, 2016 ISBN 978-967-5043-68-0

Dalam bahasa Rusia sunting

  • Taufik Ismail. Rendez-Vous. Izbrannie Stikhi (Rendez-Vous. Selected Poems). Edited and translated by Victor Pogadaev. Designed by Aris Azis. Moscow: Humanitary, 2004: 136. OCLC 448890884.
  • Taufiq Ismail. Vernite Mne Indoneziyu. Izbrannie Stikhi (Return Indonesia To Me. Selected Poems). Edited and translated by Victor Pogadaev. Designed by Hardi. Moscow: Klyuch-C, 2010: 124. ISBN 978-5-93136-119-2.

Lihat pula sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ Harian Singgalang, Ketika Sastrawan Jadi Datuk, 30 Maret 2009
  2. ^ "Plagiarisme Taufiq Ismail". Boemipoetra. 1 Maret 2011. Diakses tanggal 23 Agustus 2015.  Boemipoetra didirikan Saut Situmorang dan Katrin Bandel. Dalam Manifesto Boemipoetra, mereka memandang kondisi Sastra Indonesia saat ini memperlihatkan gejala berlangsungnya dominasi sebuah komunitas dan asas yang dianutnya terhadap komunitas-komunitas sastra lainnya. Dominasi itu bahkan tampil dalam bentuknya yang paling arogan, yaitu merasa berhak merumuskan dan memetakan perkembangan Sastra Indonesia menurut standar estetika dan ideologi yang dianutnya. Kondisi ini jelas meresahkan komunitas-komunitas sastra yang ada di Indonesia karena kontra-produktif dan destruktif bagi perkembangan Sastra Indonesia yang sehat, setara, dan bermartabat dalam pluralisme ideologi dan estetika.
  3. ^ Tribun News Penyair Taufik Ismail Sebut Lagu Bagimu Negeri Sesat, Ini Reaksi Anang Hermansyah, diakses 8 Februari 2017
  4. ^ Nasional - Tempo Taufik Ismail Sebut Bagimu Negeri Sesat, Kiai NU: Berlebihan, diakses 8 Februari 2017
  5. ^ Liputan 6 Penyair Taufik Ismail Sebut Lagu Bagimu Negeri Sesat, diakses 8 Februari 2017

Bacaan sunting

  • (Indonesia) Herlambang, Wijaya. Kekerasan Budaya Pasca 1965 - Bagaimana Orde Baru melegitimasi anti-komunisme melaui sastra dan film. Marjin Kiri. ISBN 978-979-1260-26-8