Tejoyuwono Notohadiprawiro
Tejoyuwono (nama lahir: R.M. Tejoyuwono Notohadiprawiro) sekarang bernama K.P.H. Tejoyuwono Notohadikusumo, anugrah KGPAA Pakualam IX kecil (29 November 1930 – 1 Februari 2012). Ayahnya bernama Prof. R. Soeroso Notohadiprawiro dan Ibu R.Ay. Srisoetengsoe Tedjokoesoemo.
Riwayat Hidup
suntingPendidikan
suntingMasa kecil Tejoyuwono banyak dilewati di Gang Tejokusuman yang berada di Notoprajan, Ngampilan. Riwayat pendidikannya sangat panjang karena meliwati masa 3 zaman. Jaman Belanda pendidikannya dimulai dengan Taman Kanak-kanak Belanda (Frobelschool) Yogyakarta dari tahun 1935-1936, dilanjutkan Sekolah Dasar Belanda (Europeesche Lagere School B) Yogyakarta selama 2 tahun. Akibat situasi perang, sekolah dasarnya dilanjutkan di Tasikmalaya (Europeesche Lagere School, Tasikmalaya) dan belum sempat tamat karena pendidikan dasar waktu itu berlangsung 7 tahun. Jaman Jepang beliau melanjutkan sekolah dasarnya di Sekolah Rakyat Sempurna (7 tahun) Keputran, Yogyakarta sampai tamat tahun 1943. Setelah lulus, beliau melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP II, Yogyakarta selama setahun, kemudian pindah ke SMP Prapatan, Jakarta. Tahun 1945, keluarga Pak Tejo kembali ke Yogyakarta sehingga pendidikan SMP-nya diselesaikan di SMP II Yogyakarta pada tahun 1946. Pada tahun yang sama, beliau masuk di Sekolah Menengah Atas B Padmanaba, Yogyakarta. Sempat terputus satu tahun (1948-1949) karena Yogyakarta diduduki Belanda, kemudian dilanjutkan lagi hingga lulus tahun 1950. Setelah lulus SMA beliau melanjutkan ke Fakultas Pertanian dan Kehutanan UGM. Tejoyuwono mendapatkan gelar Sarjana Muda (B.Sc.Agr.) dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada pada tahun 1955. Dua tahun kemudian beliau lulus Sarjana Pertanian pada bidang Ilmu Tanah dengan predikat Cum laude.
Gelar Doktor dan Professor
suntingDua puluh tiga tahun setelah beliau menyelesaikan Sarjananya, tepatnya pada tahun 1980, beliau menyelesaikan pendidikan S3-nya di UGM dengan judul disertasi “Suatu Hampiran Pedologi untuk Mengaji Pendamparan Dataran Bonorowo di Kedu Selatan, Jawa Tengah”. Promotor beliau adalah Prof. Soegiman dengan Co-promotor Prof. R. Soeroso. Kedua promotor tersebut meninggal sebelum Pak Tejo menyelesaikan disertasi. Tidak tahu awal mulanya, IPB ternyata bersimpati kepada beliau sehingga atas usul Prof. Go Ban Hong ditetapkan Promotor pengganti dari IPB yaitu Prof. Dr.Ir. A. Satari. Tahun 1982 beliau mendapat pengakuan dan kepercayaan dari Pemerintah Republik Indonesia untuk kepakarannya pada Bidang Ilmu tanah dengan pencapaian gelar Profesornya. Pidato Pengukuhannya diucapkan di depan Sidang Senat Universitas Gadjah Mada pada tanggal 19 Oktober dengan judul “Tridarma Ilmu Tanah. Cita-cita dan Kenyataannya”.
Karya Tulis
suntingSebagai dosen Prof. Tejoyuwono telah menghasilkan berbagai tulisan untuk kepentingan Kuliah, Seminar, Lokakarya, Diskusi dan sebagainya. Hasil karya beliau tidak hanya dikenal di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Karangan-karangan yang berjumlah kurang lebih 260 buah menjangkau kurun waktu 1960 – 2000. Dari karangan yang ditulis pertama kali yang disampaikan pada tanggal 15 Desember 1960 di Akademi Pembangunan Nasional (APN), DPP – Urusan Veteran RI hingga karangan terakhir yang disampaikan pada tanggal 25 November 2000.
Konfigurasi ilmu yang dicakup pada bidang pedologi, lahan kering, lahan basah, kesuburan tanah dan pemupukan, pengembangan dan pengelolaan sumberdaya lahan dan nuansa bahasanya mencerminkan perhatian Prof. Tejoyuwono tidak hanya di bidang Ilmu Tanah tetapi juga di bidang bahasa, yang pada gilirannya memunculkan pameo akan keahlian “sampingan” beliau dalam memahami aspek-aspek bahasa. Sulit dibantah bahwa kajian-kajian beliau memberikan dampak yang luas di kalangan ilmuwan tanah, pemerhati lingkungan dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Dampak tersebut dapat terihat karena karangan-karangan Prof. Tejoyuwono selalu muncul dengan tema-tema baru yang belum diperhatikan oleh kolega-koleganya. Tejoyuwono mampu dengan tajam melihat masalah-masalah pokok tentang tanah, pendidikan, dan penelitian yang ada dan sekaligus memberikan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Pada umumnya beliau selalu ingin berpikir ke depan.
Referensi
suntingSri Nuryani HU. 2000. Catatan Panitia Seminar 70 Prof. Tejoyuwono.