Tekpi atau cabang (ejaan lama, tjabang),[1] siang té pi (雙短鞭, berarti "sepasang cambuk pendek") dalam Bahasa Hokkien dan trisoon (berarti "trisula") dalam Bahasa Thai adalah senjata yang dikenal luas dalam beladiri Melayu tetapi bukan merupakan senjata asli budaya Melayu. Karena itulah sebenarnya sangat sulit menemukan Tekpi di museum peninggalan Melayu.

Tepki/Chabang

Senjata ini mirip dengan senjata Sai dalam budaya Jepang. Senjata ini diduga dikembangkan oleh pendatang Tiongkok beratus tahun yang lalu. Karakteristiknya sendiri berbeda dengan kebanyakan senjata khas Melayu.

Sejarah sunting

Kemungkinan besar Tekpi berasal dari daerah Tiongkok, tetapi pesilat Melayu di Malaysia, Indonesia, dan Nusantara mahir menggunakan Tekpi yang penggunaannya berbeda dengan Sai di dalam Karate. Dalam seni bela diri Tiongkok sendiri, penggunaan Tekpi adalah cukup langka. Tekpi juga tidak ditemukan dalam nomor-nomor Wushu. Film beladiri Tiongkok juga jarang menampilkan Tekpi ataupun Sai.

Kedudukan Tekpi dalam budaya Melayu sunting

Tekpi adalah senjata yang secara luas digunakan dalam banyak pertandingan seni beladiri silat Melayu. Misalnya Sendeng Malaysia memposisikan tekpi sebagai senjata pilihan kedua setelah keris, atau Kuntau Tekpi yang menggunakan tekpi sebagai senjata utama.

Silat jenis kuntau hampir mirip dengan gerakan-gerakan keras dan efektif di dalam Kuntao Tiongkok (Cina) . Hal ini merupakan hal yang wajar terjadi karena pengaruh peradaban Tiongkok yang sangat besar di Asia Tenggara.

Catatan kaki sunting

Lihat pula sunting