Terung belanda
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Asterid
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
S. betaceum
Nama binomial
Solanum betaceum

Terung belanda atau terong belanda (Solanum betaceum) adalah jenis tanaman anggota keluarga terung-terungan (Solanaceae) yang berasal dari wilayah Amerika Selatan.[1] Di Indonesia terung ini mungkin pertama kali dibawa dan dikembangkan di Indonesia oleh orang Belanda di Bogor Jawa Barat sejak tahun 1941 sehingga dikenal dengan nama terung belanda, padahal buah tersebut berasal dari daerah Amazon di Amerika Latin.[2][butuh sumber yang lebih baik]

Morfologi

sunting

Terung belanda memiliki ciri-ciri bau seperti lembu kutub, panjang tangkai daunnya mencapai 7–10 cm.[3] Bunga terung belanda berada dalam rangkaian kecil di ketiak daun, dekat ujung cabang, berwarna merah jambu sampai biru muda, harum, berdiameter kira-kira 1 cm.[4]

Ciri lain dari tanaman terung belanda juga dapat dilihat dari bagian-bagian bunga yang berbilangan lima, daun mahkota berbentuk genta, bercuping lima, benang sari 5 utas, berada di depan daun mahkota, kepala sari tersembunyi dalam runjung yang bertentangan dengan putik, bakal buah beruang dua, dengan banyak bakal biji, dan kepala putik yang kecil.[3] Buah terung belanda berbentuk bulat telur sungsang atau bulat telur, berukuran 3–10 cm x 3–5 cm, meruncing ke dua ujungnya, bergelantungan, bertangkai panjang, daun kelopaknya tidak rontok.[5] Kulit buah tipis, licin, berwarna lembayung kemerah-merahan, merah jingga sampai kekuning-kuningan, daging buahnya mengandung banyak sari buah, agak asam, berwarna kehitam-hitaman sampai kekuning-kuningan.[5] Bijinya bulat pipih, tipis, dan keras.[5]

Persebaran

sunting

Terung belanda berasal dari Amerika Selatan namun tidak diketahui pasti bagian mana di benua tersebut yang menjadi tempat asal spesies ini. Beberapa populasi liar dapat ditemukan di wilayah selatan Bolivia dan wilayah timur laut Argentina. Terung belanda kemungkinan mulai dibudidayakan oleh masyarakat Amerika Selatan pada periode yang relatif baru dalam sejarah. Terung belanda kini telah tersebar di wilayah subtropis seluruh dunia dan menjadi salah satu tumbuhan produksi utama di Amerika Tengah dan Selandia Baru.[1]

Tumbuh baik di pegunungan/dataran tinggi pada ketinggian 1000 mdpl. Di Jawa Barat dahulu dapat ditemui sedari 450-1700 mdpl. Menghendaki tanah yang kaya akan hara, drainase yang baik, dan tanah yang lembap dan dingin.[6]

Manfaat

sunting
 
Buah terung belanda multifungsi

Buah terung belanda ini dimanfaatkan dengan cara dimakan sebagai buah segar, untuk bumbu masak, sayuran dan minuman.[4] Buah terong ini dapat dimakan segar, direbus, dibuat asinan, dan lain sebagainya.[6] Terung belanda mengandung provitamin A yang baik untuk kesehatan mata dan vitamin C untuk mengobati seriawan, panas dalam dan meningkatkan daya tahan tubuh.[7]

Penanaman

sunting

Terung belanda ditanam melalui biji, dapat juga memakai setek atau tunas kecambah. Bila memakai biji, akan berbuah dalam usia 2 tahun, dan mati dalam usia 5-6 tahun. Dengan cara penempelan pada spesies lain (Cyphomandra costaricensis (Donn.) Smith), tanaman ini akan berusia lebih panjang daripada pengembangbiakan dengan jalan menempelkan pada spesies yang sama. Ada dua jenis terung belanda, yakni yang berbuah merah, dan kuning. Yang sering ditanam orang adalah yang buahnya berwarna merah.[6]

Pranala luar

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b Prohens, Jaime; Nuez, Fernando (2001-04-20). "The Tamarillo (Cyphomandra betacea)". Small Fruits Review. 1 (2): 43–68. doi:10.1300/J301v01n02_06. ISSN 1522-8851. 
  2. ^ Situs Wartawarga Gunadarma: Kombinasi Jus diakses 17 Mei 2010
  3. ^ a b Situs Kabupaten Probolinggo: Terung Belanda, Komoditas yang Menjanjikan [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ a b Asmaria. 2008.’’Pemanfaatan Tepung Kulit Buah Terong Belanda Fermentasi ’’Aspergilus Niger’’ Terhadap Kinerja Reproduksi Burung Puyuh (Cutornix Japonica). USU Repository
  5. ^ a b c "Situs Prohati: Flora Kita". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2010-05-10. 
  6. ^ a b c Sastrapradja, Setijati; Soetisna, Usep; Panggabean, Gilmour; Mogea, Johanis Palar; Sukardjo, Sukristijono; Sunarto, Aloysius (1980). Proyek Sumber Daya Ekonomi:Buah-buahan. 8:126 – 127. Jakarta:LBN - LIPI bekerjasama dengan Balai Pustaka.
  7. ^ "Situs Bisnis UKM: Mengenal Lebih dekat Buah Terong Belanda". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-05-23. Diakses tanggal 2010-05-10.