The Platform (film)
The Platform (bahasa Spanyol: El hoyo) adalah film fiksi ilmiah horor-cerita seru asal Spanyol yang disutradari oleh Galder Gaztelu-Urrutia yang ditayangkan pada 2019.[1] Film ini berkisah mengenai menara berukuran besar bernama "Vertical Self-Management Center (Pusat Manajemen Mandiri Vertikal) dimana penghuni yang secara berkala bertukar secara acak antara lantai, diberi makan melalui platform yang awalnya berisi makanan, yang secara bertahap turun ke setiap lantai. Sistem ini diberlakukan agar tercipta konflik, dimana tahanan di lantai atas bisa mengkonsumsi makanan sebanyak-banyaknya dan meninggalkan sedikit makanan untuk tahan di lantai selanjutnya.[1]
The Platform | |
---|---|
Nama lain | El Valiente |
Sutradara | Galder Gaztelu-Urrutia |
Ditulis oleh |
|
Pemeran |
|
Penata musik | Aranzazu Calleja |
Sinematografer | Jon D. Domínguez |
Penyunting | Haritz Zubillaga Elena Ruiz |
Perusahaan produksi |
|
Distributor | Netflix |
Tanggal rilis |
|
Durasi | 94 minutes |
Negara | Spain |
Bahasa | Spanish |
Pemeran dalam film ini adalah Iván Massagué, Antonia San Juan, Zorion Eguileor, Emilio Buale Coka dan Alexandra Masangkay.[1]
Film ini tayang perdana pada festival Toronto International Film (TIFF) dimana film ini memenangkan penghargaan sebagai People's Choice Award for Midnight Madness.[2] di TIFF film ini menandatangani kesepakatan distribusi film secara global melalui platfrom Netflix[3] yang dirilis pada 20 Maret 2020.
Jalan Cerita
suntingGoreng terbangun dalam sel beton yang di dindingnya terdapat tulisan nomor 48. Rekan satu sel-nya bernama Trimagasi menjelaskan bahwa mereka berada di fasilitas berbentuk menara dimana makanan setiap harinya dikirimkan melalui platform yang berhenti di setiap lantai dalam waktu tertentu. Seseorang yang berada di lantai bawah hanya bisa mengkonsumsi makanan yang disisakan oleh penghuni di atasnya, dan mereka tidak bisa menimbun makanan (sel akan menjadi panas atau dingin sampai ketingkatan yang fatal jika ada makanan yang disimpan). Setiap bulannya, penghuni akan ditempatkan secara acak di lanti yang baru. Setiap penghuni diperbolehkan untuk membawa satu benda bersama mereka dimana Goreng memilih membawa buku Don Quixote dan Trimagasi membawa pisau asah.
Suatu hari, seorang wanita yang bersimbah darah bernama Miharu turun bersamaan dengan menumpang platform, dan Trimagasi menjelaskan bahwa Miharu turun ke bagian bawah menara setiap bulan untuk mencari anaknya. Goreng melihat Miharu diserang oleh dua orang penghuni di lantai bawah, dia mempertimbangkan untuk loncat menolongnya tetapi Miharu berhasil membunuh kedua penyerangnnya dan melanjutkan perjalanan menuju lantai bawah.
Melanjutkan pembicaraan, terungkap bahwa Goreng secara sukarela menjadi tahanan selama 6 bulan di Vertical Self-Management Center agar ia mendapatkan gelar diploma, dan Trimagasi menjalani hukuman selama satu tahun atas dakwaan pembunuhan. Selama sebulan mereka menjadi akrab, tetapi saat lantai kembali di acak, Goreng bangun dengan kondisi terikat ke kasur. Mereka ditaruh di lantan 171, dimana tidak ada makanan yang tersisa di platfrom. Trimagasi menjelaskan rencananya untuk memotong sedikit demi sedikit daging Goreng agar mereka berdua bisa selamat, Trimakasi berencana memotong daging secukupnya agar Goreng tidak mati kehabisan darah. Pada hari kedelapan, Trimagasi mulai memotong daging Goreng tetapi diserang oleh Miharu saat ia turun menggunakan platform. Miharu membebaskan Goreng dan membunuh Trimagasi. Miharu memotong daging Trimagasi, dan memberik makan Goreng dan memakan daging tersebut sebelum melanjutkan perjalanannya.
Bulan berikutnya, Goreng bangun di lantai 33 dengan seorang wanita teman satu sel barunya bernama Imoguiri. Dia membawa anjingnya. Goreng mengenai Imoguri sebagai salah satu petugas resmi administrasi yang mewawancarinya sebelum dirinya dikirim ke penjara. Dia memberitahu Goreng bahwa penjara ini terdiri dari 200 lantai. Dia berkata bahwa dirinya tidak menyadari kondisi yang mengerikan dan secara sukarela mencoba untuk memperbaiki hal tersebut saat dirinya di diagnosa terkena kanker. Imoguiri mencoba untuk menjatah makanannya dan mendorong agar tahanan di lantai bawah mengikutinya tetai mereka tidak peduli sampai goreng mengancam untuk buang air besar di makanan.
Goreng kembali bertemu dengan Miharu saat dirinya turun ke bawah tetapi kondisi Miharu cedera parah diduga karena berkelahi dengan penghuni lantai atas. Goreng dan Imougiri menyelamatkannya dan mengobati luka-lukanya. Goreng menjelaskan kepada Imoguiri bahwa Miharu sedang mencari anaknya, tetapi Imougiri berkata bahwa tidak ada penghuni penjar ayang berusia dibawah 16 tahun dan berkata bahwa Miharu masuk sendirian ke dalam penjara.
Goreng bangun tidur dan melihat Miharu dan Imoguiri saling berjauhan saat Miharu memakan anjing milik Imoguiri. Goreng bangun pada satu bulan kemudian di lantai 202 dan menemukan Imougiri telah gantung diri. Goreng memakan dagingnya untuk bertahan hidup, dan Goreng berhalusinasi tentang Imoguiri dan Trimagasi mendorong Goreng untuk membunuh dirinya sendiri. Ia kemudian bangun kembali pada bulan berikutnya di lantai 6. Rekan satu selnya bernama Baharat, berusaha untuk naik ke atas menggunakan tali yang dibawa saat memasuki penjara. Pasangan yang menghuni satu lantai di atas membantunya tetapi berakhir saat mereka membuang hajat di muka Baharat yang membuatnya kembali ke lantai asal. Mengira-ngira bahwa terhadap 250 lantai, Goreng membuat rencana untuk turun ke bawah dengan menjatah makanan dan meyakinkan Baharat untuk iktu dengannya.
Saat mereka turun, mereka memberikan porsi makanan kepada para tahanan, menyerang mereka yang menolak bekerja sama. Saat turun mereka berjumpa dengan Miharu yang berkelahi dengan dua penghuni dan berusaha menolongnya tetapi Miharu terbunuh. Goreng dan Baharat terus turun dan melewati lantai 250 dan mencapai lantai 333 dimana platform berhenti. Goreng menyadari terdapat seorang anak kecil yang bersembunyi di bawah kasur dan berasumsi bahwa anak tersebut merupakan anak Miharu. Dia turun dari platform, diikuti oleh Baharat yang ragu-ragu, platform terus turun meninggalkan mereka. Mereka menyadari bahwa anak kecil tersebut adalah anak perempuan, yang ternyata anak Miharu. Walaupun Baharat menolak, mereka memberikan panna cotta kepada anak tersebut yang sebenarnya mereka simpan sebagai "pesan" untuk admin penjara di lantai teratas.
Goreng pingsan dan bermimpi Baharat berkata bahwa "perempuan tersebut adalah pesan", sehari kemudian Goreng menemukan Baharat tewas karena luka-lukanya dan mengajak anak perempuan tersebut untuk naik ke platform, mereka turun ke dasar menara dimana Goreng melihat Trimagasi yang berkata kepadanya bahwa "pesan tidak membutuhkan pengantar". Goreng turun dari platform dan menjauh bersama Trimagasi, mereka berdua kemudian mengamati platform naik ke atas.
Pemeran
sunting- Iván Massagué sebagai Goreng yang namanya diambil dari bahasa Indonesia atau Melayu yaitu gorèng.
- Zorion Eguileor sebagai Trimagasi yang namanya diambil dari 'terima kasih' dari bahasa Indonesia dan Melayu
- Antonia San Juan sebagai Imoguiri yang namanya diambil dari Imogiri yang merupakan tempat pemakaman kaum ningrat di Indonesia.
- Emilio Buale Coka sebagai Baharat yang namanya diambil dari baharat yang merupakan rempah-rempah yang biasanya digunakan dalam kuliner Turki dan Yunani.
- Alexandra Masangkay sebagai Miharu
- Eric L. Goode sebagai Sr. Brambang yang namanya diambil dari brambang atau bawang merah.
Produksi
suntingGalder Gaztelu-Urrutia menyatakan bahwa pesan kunci dari film ini adalah "...umat manusia harus bergerak maju menuju disbtribusi kekayaan yang adil", dengan eksplorasi tentang pentingnya inisiatif individu dalam mendorong perubahan politik yang mengkritik sistem kapitalisme dan sosialisme.[4] Naskah film berdasarkan naskah teater yang ditulis oleh David Desola dan Pedro Rivero, untuk film naskah ini ditambah lebih banyak elemen fisik dan aksi.[4] Penulisan ulang yang "ekstensif" dibutuhkan untuk mengubah naskah teater yang tidak diproduksi ini menjadi naskah film. Sutradara menyatakan bahwa proses ini merupakan "cobaan yang berliku-liku" karena penulis berusaha mempertahankan visi artistik dan tidak mau beberapa perubahan dilakukan.[5]
Sel penjara dibangun untuk produksi film ini di fasilitas Palang Merang yang terletak di pelabuhan di kota Bilbao. Sutradara meminta agar sel terlihat "ekonomis, kuat, [dan] tidak dapat ditembus" yang menekankan proporsi arsitektur dan teknik.[4] Hanya dua tingkatan sel yang dibangun, penampakan banyak tingkatan sel di bagian bawah dan atas setiap sel (terlihat dari lubang di tengah sel) ditambahkan saat pasca produksi menggunakan special effects[4]. Sutradara berkata bahwa sel di menara vertikal "...merupakan representasi dingin yang tidak manusiawi dari Vertical Self-Management Center[5]."
Sutradara menyatakan bahwa "makanan mewah di film ini diperlakukan seperti karakter lain dari cerita, yang secara estetis berlawanan dengan kesederhanaan arsitektur penjara[5]". Penampakan mewah makanan ditampilkan menggunakaan peralatan makan yang digunakan di Istana Versailles yang mengambarkan "keinginan yang berlebihan, erotis, berlimpah" yang "dinodai" ketika platform yang hampir kosong mencapai sasaran, yaitu narapidana yang kelaparan di lantai-lantai bawah.[5]
Sutradara mengakui bahwa film bisa jadi sulit ditonton, tetapi ia menyatakan bahwa pendekatan ini untuk mendorong diskusi dan perdebatan dari penonton mengenai pesan-pesan politik.[4] Ketika ditanya mengenai sisi brutal dan kanibalisme dalam film, sutradara menyatakan bahwa "lubang penjara merupakan refleksi dari masyarakat, kekerasan tersebut tidak bisa disembunyikan. Hal tersebut menunjukan bagaimana kita menghancurkan satu sama lain.[5]
Film ini menggunakan dua aktor yang berlawanan dengan peran yang biasa mereka jalani, Iván Massagué dan Antonia San Juan, yang biasanya memerankan tokoh komedi, mereka dipilih untuk meringankan subjek film dengan menambahkan "...humor, ironi, dan surrealisme[4]". Film ini mengambil gambar secara berurutan, dimana aktor utama Iván harus mengurangi berat badannya sebanyak 12 kilo selama enam minggu syuting untuk menunjukan keadaan fisiknya yang menurun.[5]
Tanggapan Kritis
suntingPada situs web Rotten Tomatoes film ini mendapatkan rating 83% berdasarkan 52 ulasan dengan peringkat rata-rata 7,43/10. Konsensus dari situs web menyatakan "Meskipun kadang-kadang film terasa kacau, The Platform adalah sebuah film thriller dystopian yang inventif dan menawan[6]." Norman Wilner dari Surat Kabar Now memprediksi film ini akan memenangkan People's Choice Award, dan memberikan rating lima-N dan menuliskan bahwa film ini "memiliki semuanya, komedi kelas bawah, alegori politik, left-field twists, kejutan yang menyenangkan banyak orang, adegan kekerasan yang spektakuler, adegan sadis, altruisme, dan adegan kekerasan yang lebih spektakuler, semuanya terangkum dalam film horor dengan konsep tinggi yang mengubah premis film Cube ke dalam struktur vertikal tanpa belas kasih. Film ini aneh sekali dan meyakinkan, seperti grindhouse yang menyakinkan karya-karya dari [Luis] Buñuel, dan tidak pernah berkedip.[7]
Amy Nicholson dari majalah Variety menuliskan bahwa "kemurkaan minimalis dari film ini terasa seperti drama yang disutradarai oleh Samuel Beckett. Penulis Massagué dan Eguileor penuh dengan energi dan antusiasme dari Waiting for Godot (Waiting for Gateau) dan Eguileor yang kejam, menyenangkan adakalanya mendorong performa seperti audisi untuk bermain sebagai penjahat serial James Bond atau mungkin kebangkitan kembali versi Spanyol dari Hannibal Lecter.[1]
Film ini mendapatkan banyak ulasan baru setelah popularitasnya naik selama pandemik Covid-19. Sam Jones dari Surat Kabar The Guardian menuliskan bahwa "perumpamaan yang sempurna mengenai kehidupan saat pandemi virus corona dan investigasi mendalam mengenai bagaimana krisis bisa mengekspos tidak hanya strata dalam kehidupan bermasyarakat tetapi juga untaian keegoisan yang tidak berubah yang dikodekan ke dalam DNA kita[8]."
Contoh teori permainan sosial-ekonomi
suntingTerdapat konsep sosial-ekonomi bernama "Tragedi Kepemilikan Bersama" yang berkorelasi dengan jalan cerita di film ini, dimana pemain (666 pemain dalam film ini) berbagi sumber daya terbarukan dalam cara yang tidak diatur. Mereka bisa memilih strategi rasional yang memungkinkan sumber daya dinikmati oleh seluruh pemain selamannya. Walaupun begitu, psikologis manusia dan karakteristik sosial dan keserakahan berlebihan dari tiap pemain, mengakibatkan sumebr daya digunakan dengan cara yang tidak terbarukan dan terkadang berlebihan dan menyebabkan sistem rusak, orang-orang mati kelaparan dan platform tidak bisa difungsikan. Tetapi ketika peraturan dijalankan oleh dua pemain dalam film, platform mulai bisa melayani seluruh pemain dan skenario ini menjadi representasi kedewasaan dari seluruh populasi[9]
Referensi
sunting- ^ a b c d Amy Nicholson, "Toronto Film Review: 'The Platform'". Variety, 10 September 2019.
- ^ Jessica Wong, "TIFF 2019: Jojo Rabbit captures TIFF People's Choice Award". CBC News, 15 September 2019.
- ^ Jeremy Kay, "Netflix takes world on TIFF Midnight Madness hit 'The Platform'". Screen Daily, 10 September 2019.
- ^ a b c d e f Rivera, Alfonso (16 October 2020). "Galder Gaztelu-Urrutia • Director of The Platform". cineuropa.org. Cineuropa. Diakses tanggal 5 April 2020.
- ^ a b c d e f Aguilar, Carlos (3 April 2020). ""It Had to Show How We Rip Each Other Apart": Galder Gaztelu-Urrutia on His Vertical Class-Warfare Netflix Dystopia The Platform". filmmakermagazine.com. Filmmaker. Diakses tanggal 5 April 2020.
- ^ "The Platform (El Hoyo) (2019)". Rotten Tomatoes. Fandango. Diakses tanggal March 29, 2020.
- ^ Norman Wilner, "TIFF review: The Platform (El Hoyo)". Now, 1 September 2019.
- ^ Jones, Sam (2020-04-16). "What Netflix's The Platform tells us about humanity in the coronavirus era". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2020-04-16.
- ^ "Tragedy of the commons", Wikipedia (dalam bahasa Inggris), 2020-04-09, diakses tanggal 2020-04-14
Pranala luar
sunting- The Platform di IMDb (dalam bahasa Inggris)
- The Platform (film) di Rotten Tomatoes (dalam bahasa Inggris)