Tjokorda Rai Pudak

Tjokorda Rai Pudak atau Cek Dalem Pudak adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia lahir pada tahun 1903 dari keluarga bangsawan asal Puri Saren Kangin Dangin Semanggen Puri Agung Peliatan, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar. Ia menjadi satu-satunya pemuda asal Gianyar bahkan mungkin Bali yang bisa bersekolah di sekolah pamong praja di Probolinggo, Jawa Timur.

Ia bersama sejumlah orang pemuda di Desa Peliatan kemudian membentuk organisasi Angkatan Moeda Sosialis Fighting Lion. Belanda terus memfokuskan aktivitasnya untuk mengejar Tjokorda Rai Pudak bersama saudaranya Tjokorda Gede Rai. Pada suatu saat, Tjokorda Rai Pudak ingin meminta bekal perjuangan ke Puri Peliatan dengan cara mengirim utusan yang diperintahkan untuk menghubungi seseorang dengan nama tertentu.

Namun, utusan tersebut menghubungi orang yang keliru yang ternyata merupakan antek NICA. Utusan tersebut kemudian disiksa untuk memberitahu keberadaan Tjokorda Rai Pudak. Pada akhirnya, tempat persembunyiannya diketahui dan Belanda langsung menyerbu lokasi tersebut. Tjokorda Rai Pudak yang tertangkap kemudian dibawa ke sebuah tempat di daerah Kedewatan, Ubud.

Di sana, Tjokorda Rai Pudak disiksa dengan keji, disiram air panas, dipukuli, diikat dengan tali, bahkan diadu dengan antek NICA. Tjokorda Rai Pudak yang pernah belajar pencak silat di Probolinggo pun tetap melawan meskipun kondisinya sudah lemah. Tjokorda Rai Pudak akhirnya tumbang karena lawannya menggunakan senjata, sampai kemudian tubuhnya dipenuhi sabetan pedang, darah pun bercucuran. Tubuh Tjokorda Rai Pudak yang sudah tergeletak kembali diberondong tembakan hingga ia gugur pada tanggal 9 Oktober 1946 dalam usia 42 tahun. Kemejanya yang koyak penuh lubang peluru dan tebasan pedang dari Belanda ditampilkan di Rijkmuseum, Amsterdam, Belanda.[1]

Salah satu putranya, Tjokorda Dalem Pudak, menjabat sebagai Pejabat Sementara (Pjs) Bupati Gianyar dari 1963 sampai 1964.[2]

Referensi

sunting