Toraijin
Toraijin (渡来人;"orang yang menyeberang") adalah istilah yang diberikan untuk para imigran asing yang datang ke Jepang pada periode kuno. Toraijin dapat terdiri dari berbagai bangsa asing, namun yang paling banyak ialah pendatang dari Semenanjung Korea dan Tiongkok. Pendatang ini umumnya datang karena berbagai alasan, antara lain karena peperangan atau diundang oleh kaisar. Kontribusi toraijin terhadap kebudayaan Jepang dinilai amat berpengaruh dikarenakan mereka ini merupakan orang-orang terampil dalam berbagai bidang, seumpamanya sastra, agama Buddha, arsitektur, kesenian dan sebagainya.
Terdapat banyak nama keluarga asing dalam genealogi Jepang. Menurut dokumen kuno berjudul "Daftar Nama Keluarga Suntingan Terbaru" (新撰姓氏錄) yang diterbitkan pada tahun 815, mencatat bahwa terdapat 1.182 klan bangsawan di ibukota Jepang dan sekitarnya, 326 klan berasal dari Semenanjung Korea dan Tiongkok.[1] Selama berabad-abad kaum toraijin telah melebur ke dalam masyarakat Jepang.
Sejarah
suntingImigrasi besar dari Benua Asia ke Kepulauan Jepang diperkirakan bermula sejak abad ke-3 SM (beberapa memperkirakan abad ke-5 SM) hingga abad ke-7, mencakup Periode Yayoi hingga Asuka. Imigrasi ini dapat dibagi ke dalam 4 tahap:
- dari abad ke-3 SM hingga abad ke-3 M (ditandai dengan diperkenalkannya pertanian sawah padi dari Tiongkok melalui Semenanjung Korea, produksi barang dari besi dan tembaga serta tenun, menandai terjadinya ditinggalkannya pola berburu dan mengumpulkan makanan khas Periode Jomon.)
- dari abad ke-4 M hingga abad ke-5 M (ditandai dengan migrasi orang-orang dari Tiga Kerajaan Korea antara lain Klan Hata dan Klan Aya.)
- dari akhir abad ke-5 M hingga abad ke-6 M. (ditandai dengan migrasi buruh terampil dari Semenanjung Korea, umumnya dari bidang tekstil, pengrajin keramik, seniman, pandai besi, penjahit, peternak kuda, serta tokoh-tokoh Buddhis dan Konfusianisme).
- periode akhir abad ke-7 M. (ditandai dengan migrasi pengungsi bangsawan dari Baekje dan Goguryeo yang ditundukkan Silla). Pengungsi Baekje diberi gelar oleh kaisar dengan nama klan Kudara no Konikishi, pengungsi dari Goguryeo dengan nama klan Koma atau Koma no Konikishi.
Toraijin yang terkenal
sunting- Kongo Gumi, perusahaan spesialis pembuat bangunan tradisional.
- Ganjin, biksu asal Dinasti Tang, pendiri kuil Toshodaiji.
- Tori Busshi, pemahat dan pematung.
- Amenohiboko, tokoh Silla yang dipuja sebagai dewa Shinto.
- Pangeran Junda, putra Raja Muryeong dari Baekje, yang memiliki putri bernama Takano no Niigasa, ibu dari Kaisar Kanmu.
- Klan Koma, keturunan terakhir Raja Goguryeo yang menetap di Hidaka, Saitama.
Referensi
sunting- ^ A Comparison of the Korean and Japanese Approaches to Foreign Family Names, JIN Guanglin. Journal of Cultural Interaction in East Asia Vol. 5 2014