Totemisme

Kepercayaan yang menyakralkan hewan

Totemisme adalah istilah menunjuk pada suatu kepercayaan atau agama yang hidup pada sebuah komunitas atau organisasi yang mempercayai adanya daya atau sifat ilahi yang dikandung sebuah benda atau makhluk hidup selain manusia.[1] Totemisme identik dengan agama yang hidup pada peradaban kuno, misalnya peradaban bangsa Indian (daratan Amerika), Cippewa, atau Ojibwa di Amerika Utara.[1]

Emblem orang Anishinaabe yang memiliki keyakinan atau agama dengan prinsip totemisme

Deskripsi sunting

Istilah totemisme berasal dari kata Ojibwa (suku Algonkin dari Amerika Utara), ditulis secara beragam, totem, tatam, dan dodaim.[2] Totem klan tertentu dapat berupa burung, ikan, binatang, atau tumbuh-tumbuhan tertentu.[1] Kepercayaan totemisme biasanya diikuti dengan beberapa aturan terkait totem yang mereka percayai, misalnya, komunitas tidak boleh menyakiti, membunuh atau memakan binatang yang dianggap sebagai totem.[1] Totem dipuja, dihormati atau disakralkan karena berhubungan dengan klan tersebut.[1] Dongeng tertentu biasanya mengaitkan totem tersebut karena berhubungan dengan eksistensi komunitasnya, biasanya diwarisi dari nenek moyang mereka.[1] Totemisme lazim hidup di Afrika, Amerika dan banga-bangsa di Kepulauan Pasifik.[1] Banyak suku di Amerika kemudian membentuk simbol totem mereka pada patung maupun ukiran kayu.[1]

Menurut Émile Durkheim, totemisme tidak bersifat individual, selalu terkait dengan nilai komunitas.[2] Di Autralia misalnya, mereka mempercayai totem binatang tertentu karena binatang tersebut melambangkan kesatuan di antara anggota suku mereka.[2] Nilai-nilai yang diyakini baik yang ada pada totem binatang tersebut kemudian dihayati dan dipakai sebagai panduan nilai moral dalam hidup bersama.[2]

Rujukan sunting

  1. ^ a b c d e f g h (Indonesia)Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3604
  2. ^ a b c d (Indonesia)Mariasusai Dhavamony., Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 2006, hal. 74