Tri Agus Susanto
Tri Agus Susanto, S.Pd, M.Si. (lahir 13 Agustus 1963) adalah akademikus berkebangsaan Indonesia. Dia merupakan salah seorang pengajar Ilmu Komunikasi di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) "APMD" Yogyakarta. Namanya dikenal melalui tulisan-tulisannya, baik yang dipublikasikan di surat kabar maupun diterbitkan sebagai buku, yang kebanyakan menyoroti masalah humanisme. Pada dasawarsa 1990-an, bersama Marlin Dinamikanto dan lainnya mendirikan Yayasan Pijar sebagai wadah para aktivis dalam melawan rezim Soeharto. Tahun 2018, Tri Agus menerima hibah penelitian dari Literarisches Colloquium Berlin (LBC) Jerman. Di sana, dia melakukan penelitian tentang humor politik.[1][2]
Tri Agus Susanto | |
---|---|
Lahir | Temanggung | 13 Agustus 1963
Pekerjaan | Akademikus |
Tahun aktif | 1985 - sekarang |
Latar belakang
suntingTri Agus Susanto lahir di Temanggung, Jawa Tengah, 13 Agustus 1963. Menyelesaikan jenjang program strata satu, Jurusan PMP-KN di IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta) pada 1992. Merampungkan jenjang strata dua pada Program Manajenen Komunikasi Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia pada 2009. Pernah bergabung di majalah keuangan dan perbankan InfoBank dan majalah berita mingguan Editor. Ikut mendirikan Yayasan Pijar pada 1989 (kini Pijar Indonesia), dan aktif di beberapa lembaga seperti Solidamor dan Forum Demokrasi (yang didirikan oleh Gus Dur). Pada 1992, 1994 dan 2000 melalui Yayasan Pijar menggandeng Lembaga Humor Indonesia (LHI) dan majalah Humor menjadi Ketua Panitia Pekan Humor Indonesia. Pada PHI September 1992, salah satu kegiatannya adalah diskusi bertema Mengintip Demokrasi dari Lubang Humor. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjadi pembicara dengan topik Suksesi dan Humor. Pembicara lain, Emha Ainun Nadjib, Sjahrir dan Emanuel Subangun serta moderator Rocky Gerung. Kegemarannya mengoleksi lelucon berujung terbitnya sejumlah buku. Pada tahun 2018, Tri Agus mendapat kesempatan mengikuti program residensi penulis di Berlin, Jerman selama satu bulan Robert Bosch Stifftung. Program ini berupa penelitian "Membandingkan humor politik Jerman Timur era sebelum unifikasi dengan humor politik Indonesia era Orde Baru”. Agus pernah diundang sebagai pembicara dalam Humor Sebagai Trauma Healing Peristiwa 1965 di Amsterdam, Belanda pada 2018. Sejak tahun 2011 Tri Agus tercatat sebagai staf pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) “APMD” Yogyakarta. Di samping itu, dia rutin menulis kolom humor di sebuah situs berita.
Bibliografi
sunting- Mati Ketawa Cara Timor Leste (Solidamor dan Talitakum, 2002) dengan kata pengantar Xanana Gusmao
- Geerr Aceh Merdeka (GAM), Garba Budaya, 200
- Humor Pemilu 2004 (SEAPA Jakarta, 2005),
- Senyum Dikulum Tsunami (Kata Hati Institut, 2005)
- Obama Bicara, Kumpulan Pidato Pilihan (Leutika, 2010)
- Sekadar Mendahului: Kumpulan Kata Pengantar Buku oleh KH. Abdurrahman Wahid (ed. Nuansa Cendikia, 2011)
- Tidak Sekadar Mengantar: Kumpulan Kata Pengantar Buku oleh George J. Aditjondro, Ph.D (ed. 2012)
- Ayo Menulis di Media
- Kecap Cap Selera Rakyat
Referensi
sunting- ^ "Tri Agus Susanto". Leutikaprio. Diakses tanggal 9 Mei 2020.
- ^ "Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Teliti Humor Politik di Jerman". STPMD. Diakses tanggal 9 Mei 2020.