Tugu Kecelakaan Kereta Api Padang Panjang

Kecelakaan Kereta api terburuk dalam Sejarah Perkeretaapian di Indonesia

Koordinat: 0°27′50″S 100°23′42″E / 0.463786°S 100.395078°E / -0.463786; 100.395078

Tugu Kecelakaan Kereta Api Padang Panjang merupakan sebuah tugu untuk memperingati Kecelakaan kereta Api Pertama dan Terburuk dalam sejarah di Indonesia, Tugu Ini terletak di Padang Panjang, Sumatera Barat. Tugu ini berada dalam kompleks Pandam Pakuburan Pusaro Dagang, milik keluarga Syekh Adam BB, seorang ulama Minangkabau. Lokasi tugu ini berjarak sekitar lima kilometer dari pusat kota. Tugu Kecelakaan Kereta Api Padang Panjang ini memiliki ukuran tinggi hampir dua meter dengan desain yang berbentuk kepala lokomotif. Pada salah satu sisi permukaan dinding tugu dituliskan aksara latin berbahasa Indonesia dengan ejaan lama, yakni PERINGATAN Orang orang jang meninggal ketika ketjelakaan kereta api tanggal 25-12-2604 / 23-3-2605 yang artinya PERINGATAN Orang-orang yang meninggal ketika kecelakaan kereta api tanggal 25-12-1944 dan 23-3-1945.

Tugu ini dipastikan sebagai bukti yang menandakan adanya peristiwa bersejarah dalam bentuk batu nisan. Hal tersebut disebabkan karena tugu dibangun bersama kuburan massal untuk memperingati peristiwa tragis kecelakaan kereta api yang pernah terjadi sebanyak dua kali tidak jauh di lokasi tersebut. Peristiwa kecelakaan tragis kereta itu merenggut ratusan korban jiwa yang sebagian besar jasadnya ditemukan tidak dalam keadaan utuh.

Peristiwa sunting

Kecelakaan kereta api pertama terjadi di daerah Singgalang Kariang (lokasi rest area Lembah Anai saat ini). Pada tiga bulan berikutnya, kecelakaan serupa kembali terjadi di Kelurahan Gantiang dan di Nagari Aia Angek (jalur pendakian perbatasan Nagari Panyalaian Tanah Datar dengan Kota Padang Panjang). Diketahui bahwa kecelakaan tersebut disebabkan jembatan yang putus atau kemungkinan sengaja diputus.

Proses pemakaman korban massal untuk kecelakaan yang berbeda terjadi dalam waktu dua kali. Pemakaman pertama dilakukan dengan menggali liang lahat sedalam 5 meter. Satu minggu kemudian, terjadi kecelakaan kereta kedua. Korban pada kecelakaan kereta kedua dima­kam­kan di tanah pemakaman yang sama. Setelah kecelakaan yang kedua inilah, tugu dibangun sebagai kenangan bagi keturunan ke­­luarga korban.

Masyarakat secara umum belum banyak yang mengetahui tentang informasi mengenai Tugu Kecelakaan Kereta Api Padang Panjang. Hal tersebut disebabkan karena belum banyaknya kajian secara ilmiah yang meneliti secara khusus tentang tugu ini.


Penanggalan pada Tugu sunting

Setelah diselidiki ternyata tahun pada tugu tersebut mengunakan penanggalan tahun Jepang. Penanggalan demikian juga bisa dilihat tertera di naskah proklamasi asli, yakni tahun 05. Bukan tahun 1945. Pada naskah klad (tulisan tangan) Soekarno, tertulis "Djakarta, 17-08-'05". Sedangkan pada naskah proklamasi ketikan Sayuti Melik tertulis "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05".

Tahun '05 merupakan kependekan dari angka "tahun 2605". Ini merupakan tahun saat dibacakan naskah proklamasi. Pada saat itu, Indonesia masih diduduki Jepang, dan menggunakan kalender Jepang atau disebut juga kalender Kaisar.

Penghitungan tahun Jepang ini dimulai ketika Kaisar Jimmu naik tahta pada tahun 660 SM. Sehingga tahun Kalender Kaisar Jimmu lebih awal 660 tahun dari pada kalender Gregorian (tahun Masehi).Sehingga tahun Jepang berdasarkan kalender Jimmu dihitung dengan menambahkan angka tahun kalender Gregorian (tahun Masehi) dengan 660. Sehingga tahun kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 menurut Kalender Jepang adalah tahun 2605 atau disingkat menjadi 05 yang digunakan pada masa itu, saat Jepang berkuasa. Jadi, penanggalan tahun di tugu Peringatan Kecelakaan Api Lembah Anai dan Bintungan di atas adalah penanggalan tahun Jepang.


Pranala luar sunting

Penanggalan pada Tugu