Bukit Turgo
Bukit Turgo adalah nama sebuah bukit dan dusun yang terletak di Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman dan berada dekat dengan Gunung Merapi dan berada di sebelah barat Kaliurang, Sleman.[1][2] Di Bukit Turgo terdapat Dusun Turgo yang dimanfaatkan sebagai kawasan wisata, meskipun lokasi tersebut rawan bencana Merapi dan pernah dilanda awan panas pada tahun 1994.[3] Selain itu bencana awan panas yang terakhir di dusun ini adalah pada tahun 2006 yang mengakibatkan pepohonan di bukit Turgo terbakar habis.[4]
Bukit Turgo | |
---|---|
Titik tertinggi | |
Koordinat | 7°35′02″N 110°25′26″E / 7.584023°N 110.423840°E |
Geografi | |
Letak | Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman |
Daerah | Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta |
Geologi | |
Jenis gunung | Bukit vulkanik |
Pendakian | |
Rute termudah | Dusun Turgo |
Bukit Turgo mempunyai ketinggian 1000mdpl. Bukit Turgo kemungkinan merupakan hasil dari letusan Gunung Merapi Purba dan tersusun dari endapan lava basaltik.[5][6][7]
Objek wisata
suntingObjek wisata di desa Bukit Turgo beragam dan menjadi wahana tersendiri di antaranya yaitu jelajah hutan Merapi, meracik teh dan kopi ala masyarakat setempat, pertunjukan budaya daerah sekitar, dan ritual keagamaan.[1][2] Di hutan Merapi, Bukit Turgo, pengunjung dapat melakukan petualangan melintasi Kali Boyong.[1] Pengunjung juga dapat melihat-lihat puing-puing rumah yang dahulunya tertimpa bencana awan panas Gunung Merapi pada tahun 1994.[1] Sebelum melakukan penjelajahan, dipandu oleh pemandu yang mendampingi para wisatawan saat melakukan petualangan dan menuju tempat-tempat andalan di kawasan Dusun Turgo.[3]
Wisatawan juga dapat merasakan alam Bukit Turgo secara langsung dengan mengikuti ritual harian penduduk desa, yaitu bertani dan memproduksi teh dan kopi.[2] Di sini para wisatawan bisa ikut meracik dan mengikuti proses langsung pengolahan daun teh dan biji kopi hingga menjadi produk siap saji yang bercita rasa Turgo.[2] Teh yang sudah jadi dan siap diminum dijual dengan harga Rp5.000 per bungkus, dan kopi mulai dari Rp5.000 hingga 25.000 per bungkus.[3]
Dari segi pertunjukan seni, desa bukit Turgo memiliki berbagai macam seni daerah yang beragam, di antaranya adalah ‘jathilan’, yakni atraksi kuda lumping, dan juga pertunjukan musik rohani.[2] Pada pertunjukan ‘jathilan’, yang menjadi ciri khas adalah penunggang kuda lumpingnya dibuat "kesurupan" sehingga berperilaku aneh sesuai dengan makhluk halus yang merasukinya.[2] Tetapi dalam pertunjukan ini selalu disertai dukun yang mengontrol kelakuan makhluk halus tersebut.[1]
Selain itu, ada juga pertunjukan seni yang bernama laras madyo yang diciptakan oleh Kasunanan Surakarta dengan tema mengajak pada dakwah keislaman.[3] Kesenian ini menampilkan lagu lengkap dengan irama musik rebana yang dimainkan oleh sang penyanyi sendiri. Sedangkan untuk kesenian Kristiani terdapat sloko dengan lantunan lagu rohani Nasrani.[3]
Jika tiba tanggal 1 Muharram, yaitu tanggal menurut kalender Islam, masyarakat Muslim di daerah Bukit Turgo beramai-ramai mengadakan upacara tradisional berupa persembahan sesaji yang terdiri dari hasil bumi dan mengarak makanan itu dari mata air ke mata air di desa dan berakhir di makam Kyai Turgo.[3]
Pengunjung juga dapat berkemah dan memilih paket wisata memerah susu sapi;[1] dan jika sedang lapar, terdapat kuliner khas Dusun Turgo bernama sayur ‘enthik’ atau ubi talas yang diracik dengan cita rasa alami lereng Merapi.[3] Di tempat ini juga terdapat museum Ullen Sentalu, dimana kita bisa menyewa teropong untuk melihat keindahan Gunung Merapi.[8]
Pengunjung juga dapat menikmati paket penginapan di rumah warga apabila diperlukan.[1] Dengan membayar sekitar 30 hingga 60 ribu per orang wisatawan dapat menginap dan mendapatkan makan tiga kali atau bisa juga menginap saja tanpa makan dengan tarif 12 ribu rupiah per orang per malam.[1] Rumah tinggalnya berkapasitas 100 orang dengan delapan kamar mandi, serta berlistrik.[1][2]
Makam kyai Turgo
suntingTidak jauh dari kawasan desa Turgo, terdapat makam (petilasan) yang dikeramatkan dengan nama makam Kyai Turgo, yang nama aslinya kemungkinan adalah Syekh Jumadil Qubro.[9] Makam yang terletak 1.300 meter dari puncak Bukit Turgo ini selain berfungsi sebagai tempat wisata, juga berfungsi sebagai monumen peninggalan sejarah.[9]
Dalam pendakian menuju makam Kyai Turgo, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan alam lereng Gunung Merapi, padang sabana hijau yang bertemu dengan jurang Kali Boyong, dan gua bekas peninggalan tentara Jepang yang disebut Gua Jepang yang digunakan sebagai penjagaan wilayah Yogyakarta.[9]
Sesampainya di puncak, terdapat bangunan utama makam Kyai Turgo yang berwarna merah muda dengan lantai berwarna hitam, sedangkan di bagian utara bangunan terdapat tulisan silsilah keturunan Syekh Jumadil Qubro yang berasal dari generasi keenam keturunan Nabi Muhammad dari Husein.[9]
Tetapi makam ini belum terbukti sebagai makam asli Kyai Turgo, karena sebenarnya banyak makam serupa dengan latar belakang sama yang juga terdapat di Semarang Jawa Tengah, dan di Trowulan Jawa Timur.[9]
Referensi
sunting- ^ a b c d e f g h i (Inggris) Panduan Wisata Yogyakarta. "Dusun Turgo, Melihat Keindahan Desa Lereng Merapi".[pranala nonaktif permanen]
- ^ a b c d e f g (Inggris) Kompas Travel. "Desa Turgo Merapi Siap Sambut Wisatawan".
- ^ a b c d e f g (Inggris) Indra Retmana. "Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Plawangan Turgo".[pranala nonaktif permanen]
- ^ (Inggris) Anwar Khumaini. Detik News. "Hutan di Bukit Turgo Rontok Disapu Awan Panas".
- ^ Rachmawati, ed. (2022-03-10). "Sejarah Letusan Gunung Merapi". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-05-23.
- ^ Sumargo, Setya Krisna (10 November 2011). "Lapisan Purba di Sektor Barat Daya". Tribunnews.com. Diakses tanggal 23 Mei 2022.
- ^ Subandriyo. SEJARAH ERUPSI GUNUNG MERAPI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KAWASAN BOROBUDUR (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2018-08-27. Diakses tanggal 2022-05-23.
- ^ (Inggris) CV Tugu Rent Car. "Kaliurang Objek Wisata Jogja".
- ^ a b c d e (Inggris) Krjogja.com. "Makam Kyai Turgo Simpan Misteri di Puncak Bukit Merapi".[pranala nonaktif permanen]