Usaba Dangsil

Upacara adat di Desa Adat Bungaya, Kabupaten Karangasem, Bali.
(Dialihkan dari USABA DANGSIL)

Usaba Dangsil atau Usaba Gede merupakan upacara adat yang dilakukan di Desa Adat Bungaya, Kabupaten Karangasem, Bali.[1] Usaba Dangsil dikenal dengan penggunaan “dangsil” sebagai sarana utamanya. Dangsil adalah bebanten yang dibentuk sedemikian rupa dari rangkaian dedaunan, jajanan khas daerah serta sesajen yang dibuat bertingkat seperti gunung.[2] Upacara ini dilatarbelakangi oleh wujud bakti kasih kehadapan Ida Sanghyang Widhi (Tuhan) agar diberikan ketentraman dan kemakmuran umatnya di dunia dengan hasil bumi yang melimpah ruah. Hal yang unik dan ditemukan pada Usaba Dangsil adalah upacara ini dilakukan oleh para alon Deha (gadis) ataupun Teruna (pemuda) dengan lama pelaksanaan yang tidak tentu.[2]

Sejarah sunting

Usaba Dangsil berasal dari dua kata dalam bahasa Bali, Usaba yang berarti upacara selamatan dan Dangsil yang berarti menara terbuat dari aneka dedaunan dan buah.[3] Tradisi Usaba Dangsil sudah ada sejak tahun 1665-1685, tepatnya pada masa pemerintahan Dalem Demade, yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Alit Bungaya. Pada keberjalanannya, Dalem Demade memberikan hadiah berupa 108 petak sawah pada warga Bungaya untuk melaksanakan tradisi ini.[4] Usaba Dangsil awalnya dilakukan setiap dua tahun sekali, namun dikarenakan kendala biaya tinggi, pelaksanaan tradisi ini dilakukan setiap 10 tahun sekali[2][4]

Upacara sunting

Dangsil sunting

Usaba Dangsil merupakan upacara yang melibatkan upakara berupa dangsil, yaitu bebanten dengan susunan berupa dedaunan, jajanan tradisional, hingga sesajen yang disusun mirip seperti meru. Dangsil terdiri atas beberapa jenis, yaitu:[4]

  • Dangsil Dalem, Dangsil tertinggi sebanyak 11 tingkat dengan tinggi sekitar 16 meter
  • Dangsil Desa, 9 tingkat
  • Dangsil Subak, 7 tingkat sebanyak 4 buah
  • Dangsil tingkat 5
  • Dangsil ukuran kecil, 3 tingkat sebanyak 40 buah

Rangkaian kegiatan sunting

Kegiatan Usaba Dangsil dibagi menjadi empat tahap, yaitu Melasti, Mesesedep, Tarian Anda, dan Puncak Upacara.[4] Keseluruhan rangkaian upacara Usaba Dangsil membutuhkan waktu sekitar dua bulan.[4]

Melasti sunting

Melasti merupakan proses penyucian secara niskala seluruh pratima di Pantai Pasir Putih, Desa Perasi yang diikuti oleh seluruh masyarakat. Pria hanya diperkenankan menggunakan kamben dan saput bercorak. Para calon Deha dan Teruna diwajibkan untuk berpuasa dari pagi hingga selesai melasti[4]

Mesesedep sunting

Mesesedep merupakan kegiatan yang dikhususkan pada calon Deha atau Teruna. Tujuannya adalah menyucikan dan memastikan calon Deha atau Teruna bersih lahir dan batin, terutama pikiran, perkataan, dan perilaku sebelum mengikuti rangkaian upacara selanjutnya.[4]

Tarian Anda sunting

Tarian Anda merupakan tarian sakral yang dilakukan para deha, teruna, dan tetua desa. Tarian ini dilakukan mulai pukul 7 malam hingga dini hari, dan memiliki pantangan seperti tidak diperbolehkannya barisan penari putus.[4] Tarian Anda dilakukan secara bergantian antara Deha dan Teruna sesuai urutan dengan pakaian khusus. Tarian ini dilakukan secara bersamaan dengan membentuk lingkaran sebanyak 81 putaran. Setelah tarian selesai, Deha dan Teruna akan naik dan duduk secara berurutan di Bale Agung. Umumnya Tarian Anda dapat menghabiskan waktu hingga pagi hari demi menempa kekuatan fisik dan mental Deha dan Teruna[4]

Puncak Upacara sunting

Puncak Upacara adalah proses upacara berupa pengarakan dangsil menuju Pura Penataran. Dangsil Dalem akan dinaiki keturunan Raja Klungkung, karena ia memiliki hubungan antara Desa Bungaya dengan Raja Klungkung di masa lampau. Di puncak upacara Usaba Dangsil, pria hanya memakai kain kamben dengan saput tanpa menggunakan udeng sedangkan wanita memakai kain dengan toros (penutup dada).[4]

Referensi sunting

  1. ^ "Upacara Ngusaba Dangsil bagi Warga Bungaya – Panduan Liburan dan Jalan-Jalan" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-11. Diakses tanggal 2020-07-11. 
  2. ^ a b c Kemendikbud RI (2018). Katalog Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2018 (Buku Satu). Jakarta: Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Kemendikbud RI. hlm. 62–63. 
  3. ^ Suriyani, Luh De. "Toleransi Hindu-Islam dalam ritual Usaba Dangsil". Lokadata.ID. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-11. Diakses tanggal 2020-07-11. 
  4. ^ a b c d e f g h i j tradisi. "Usaba Dangsil (Usaba Aya/Usaba Gede)". Dinas Kebudayaan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-06. Diakses tanggal 2020-07-11.