Umar Machdam
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Umar Machdam (14 Agustus 1942 – 8 Maret 1996) adalah pemeran Indonesia. Ia memiliki enam orang anak dari pernikahannya dengan Sri Mukartini, yakni Odi Shalahuddin, Taufik, Rika Ruvaida, Fauzan, Lutfie, dan Dina Medina.
Ia menulis banyak skenario drama dan puisi, tetapi tak pernah diterbitkan. Lebih dari tiga puluh naskah drama pentas dan serial televisi merupakan hasil produksinya.
Teater
suntingUmar pernah belajar di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) pada tahun 1964-1968. Ia memulai karier di teater sejak tahun 1960. Ia pernah aktif di Teater Gamipentas pimpinan Alexander Naftaly, diantaranya bersama Klarawijaya ( seorang pemain teater/jurnalis ), Endang Ahmadi ( Pimpred Warta Bogor/ penulis skenario ), Eman Sulaeman (aktor/budayawan Bogor), Adenan Taufiq (pelukis) dll. Aktor muda lulusan ATNI inilah yang semasa tumbuhnya group-group teater seperti Teater Bogor, Teater Nasional, Teater Gamipentas, Teater Raksa Budaja, merupakan aktor freelancer yang paling berbakat yang turut mendukung hampir setiap produksi dari kelompok-kelompok tersebut.
Aktor yang disebut W.S. Rendra sebagai seorang pemain sandiwara yang warna-warna dialognya kaya dengan resonansi dan punya bakat penyutradaraan yang imajinatif itu, giat menghidupkan teater di kota Bogor pada tahun 1960-an (Arupalaka, Merdeka, 28 Maret 1971). Dialog-dialog yang berlangsung dengan Eman Sulaeman, Adenan Taufik, M. Ryana Veta (Mahfud), memunculkan keprihatinan atas kekosongan kelompok teater yang serius di Bogor atau kekhawatiran tentang keberadaan teater yang hampir mati. Untuk itulah, pada 11 juni 1966, didirikan Studi Teater Bogor (STB), dengan ketua Umar Machdam dan Sekretaris M. Ryana Veta. Sejak didirikan hingga periode awal tahun 70-an, STB sangat aktif melakukan pertunjukan. Tidak sekadar di Bogor, tetapi juga di beberapa kota seperti Jakarta (beberapa kali di Taman Ismail Marzuki ), Bandung dan Surabaya. STB juga aktif mengisi sandiwara di TVRI, dan dapat dianggap sebagai perintis sandiwara televisi. Beberapa personel yang pernah terlibat Mayawati Diredja, Derry Syrna, Putu Sri Sundari, Desy Edy Karamah, Iim Kharamah, M Ryana Veta (Mahfud), Fauzi Abdullah, Bambang Setiawan, Tasdik, Sasas, dll
Umar Machdam juga ikut mendorong berkembangnya Teater Muslim yang dikelola oleh mahasiswa dan dosen IPB, diantaranya tercatat nama Zuraini Djamal, Ahmad Taufiq, AM. Saefuddin (Mantan Menteri Holtikultura pada Kabinet Habibie) dan Taufiq Ismail (penyair ).
Beberapa pertunjukan teater yang disutradarai oleh Umar Machdam:
- Pangeran Wiraguna, karya Mochtar Lubis, Produksi Panitia Pendiri Jajasan Kesedjahteraan Pemuda Peladjar Indonesia Bogor, di Gedung BDK Bogor, Sabtu, 2 Mei 1970
- Pementasan dua drama Rombengan dari Kayangan dan Lalat, karya Umar Machdam, di Gedung Wanita Bogor, 1973
- Kematian Odysseus, karya Lionel Abel, terjemahan Mohammad Diponegoro, Produksi Studi Teater Bogor, Teater Tertutup Pusat Kesenian Djakarta, 21-22 Januari 1971.
- Sandiwara karya Putu Wijaya, Produksi Studi Teater Bogor, di Teater Arena TIM, 11-13 Desember 1973
- Salman el Farisi, karya Ahmad Zein, terjemahan Mustafa Mahdami, Produksi Studi Teater Bogor, di Teater Arena Tim, 25-27 Mei 1974
- Pementasan dua lakon drama: Tuan Jalal karya Umar Machdam dan Bejana karya Kadarusman Achlil, di Aula Ekalokasari IPB, Produksi Pusat Penyuluhan dan Publikasi LPPM-IPB, 25 April 1980
- Umar Ibnu Khattab, karya Ali Akhmad Bakir, terjemahan AK Mahdami, Produksi Teater Al Irsyad, di Balai Sidang Senayan, 17 Juni 1981
Pementasan Drama “Sandiwara” karya Putu Wijaya, mengundang polemik terutama mengenai seberapa jauh kebebasan sutradara di dalam “menafsirkan” naskah. Sebab dalam pementasan tersebut sutradara Umar Machdam di samping memberi bumbu juga sangat membebaskan diri dalam menambah dan mengurangi apa-apa yang tercantum dalam naskah baik dalam bentuk visuil maupun kalimat-kalimat.
Film
suntingUmar bermain dalam beberapa film yang diawali sebagai figuran pada film "Anak-anak Revolusi" pada tahun 1964. Ia juga menjadi Asisten Sutradara dalam beberapa film.
- Anak-anak Revolusi (1964, sutradara Usmar Ismail), sebagai figuran
- Hancurnya Petualang (1966, sutradara Turino Djunaedy)
- Kasih diambang Maut (1967, sutradara Turino Djunaedy)
- Djakarta-Hongkong-Macao (1968, sutradara Turino Djunaedy)
- Operasi X (Pedjuang Tak Dikenal) (1968, sutradara Misbach Jusa Biran)
- Matt Dower (1969, sutradara Njak Abbas Acub)
- Bernafas dalam Lumpur (1970, sutradara Turino Djunaedy)
- Lorong Hitam (1971, sutradara Turino Djunaedy)
- Selamat Tinggal Kekasih (1972, sutradara Ismed M. Noor, skenario: Umar Machdam, Samidi HS, dan Ismed M. Noor)
- Catatan Harian Seorang Gadis (1972, sutradara Nya' Abbas Acub), asisten sutradara
- Krisis X (1975, sutradara Turino Djunaedy), asisten sutradara
- Duo Kribo (1977, sutradara Eduart Pesta Sirait), asisten sutradara
- Petualang-petualang (1978, sutradara Arifin C. Noer), asisten sutradara
- Pak Sakerah (1983, sutradara BZ Kadaryono)
Sandiwara TV
suntingUmar pernah menjadi pemain dan pengatur laku dalam puluhan sandiwara televisi yang ditayangkan TVRI, satu-satunya stasiun televisi yang ada pada saat itu. Bersama Studi Teater Bogor yang berdiri pada tahun 1966, memiliki kalender rutin untuk tampil di TVRI. Beberapa sandiwara yang pernah dimainkan:
- Benua Maut
- Kematian Oddysseus, Produksi Studi Teater Bogor, ditayangkan pada tanggal _____ 1969, dengan pemain: Umar Machdam, Tety Sefiat, Arn Batarfie, Bram Arleza
- Anjing Tercinta
- Lorong Hitam, Produksi SDAMI
- Om Dokter
- Air Pasti Mengalir, Produksi TVRI Stasiun Pusat Jakarta, film akhir pekan, ditayangkan 30 Desember 1978
- Orang-orang Besar, Karya Rositha Js, Produksi Sanggar Terminal Budaya, ditayangkan pada akhir 1978
- Memilih Menantu, karya AR Oomar, Produksi Teater Produksi TVRI, ditayangkan pada 20 Februari 1979
- Oma-oma, karya Wanda M Sari, Produksi Sanggar Kencana, ditayangkan pada 9 Maret 1979
- Ningsih Dirindu Bulan, Karya S Marcus, Produksi Sanggar Terminal Budaya, ditayangkan pada tahun 1979
Referensi
sunting- Pos Film, 26 Februari 1978, atau lihat http://umarmachdam.wordpress.com/2009/12/22/umar-machdam-orang-pentas-yang-%E2%80%9Cnyentrik%E2%80%9D/
- Pelita, 26 Maret 1983, atau lihat http://umarmachdam.wordpress.com/2009/12/22/umar-machdam-film-dakwah-harus-mencerminkan-sikap-hidup-muslim-secara-utuh/
- MBM Tempo, Nomor 43/III, 29 Desember 1973