Vaksin rotavirus adalah vaksin yang digunakan untuk melindungi bayi dan anak-anak dari infeksi rotavirus, yang dapat menyebabkan diare parah, muntah, dehidrasi, dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan baik.[1] Rotavirus adalah penyebab utama diare berat pada anak-anak di seluruh dunia. Vaksin ini diberikan secara oral dalam beberapa dosis, biasanya mulai pada usia sekitar 2 bulan.[2] Vaksin ini telah terbukti sangat efektif dalam mengurangi kasus diare yang parah akibat rotavirus, yang dapat memerlukan rawat inap dan perawatan medis intensif. Vaksinasi rotavirus menjadi bagian dari program imunisasi di banyak negara untuk meningkatkan kesehatan anak-anak dan mengurangi angka kematian yang disebabkan oleh infeksi rotavirus.

Sejarah vaksinasi rotavirus

sunting

Sejarah vaksin rotavirus dimulai pada tahun 1970-an, ketika para ilmuwan pertama kali mengidentifikasi rotavirus sebagai penyebab utama diare parah pada anak-anak.[3] Berikut adalah garis waktu perkembangan vaksin rotavirus:

  1. Penemuan Rotavirus (1973) Rotavirus pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Australia, Ian Mackay, pada tahun 1973, sebagai penyebab utama diare pada bayi dan anak-anak. Penemuan ini membuka jalan bagi upaya penelitian untuk menciptakan vaksin.
  2. Pengembangan Vaksin Awal (1980-an) Penelitian untuk mengembangkan vaksin rotavirus dimulai pada awal 1980-an. Vaksin pertama kali dikembangkan oleh Dr. Albert Kapikian di National Institutes of Health (NIH) Amerika Serikat. Namun, vaksin awal ini menghadapi masalah keamanan, karena ditemukan bahwa vaksin tersebut berisiko menyebabkan invaginasi usus, suatu kondisi medis langka yang dapat menyebabkan penyumbatan pada usus bayi.
  3. Vaksin RotaShield (1998)[4] Pada tahun 1998, vaksin rotavirus pertama, RotaShield, disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration) untuk penggunaan di Amerika Serikat. Namun, vaksin ini ditarik dari pasaran pada tahun 1999 setelah ditemukan bahwa vaksin tersebut meningkatkan risiko invaginasi usus pada bayi yang divaksinasi.
  4. Pengembangan Vaksin Baru (2000-an) Setelah penarikan RotaShield, penelitian dilanjutkan untuk mengembangkan vaksin yang lebih aman dan lebih efektif. Pada tahun 2006, dua vaksin baru yang lebih aman dan lebih efektif disetujui:
    • Rotarix (dikembangkan oleh GlaxoSmithKline), yang mendapatkan persetujuan dari WHO dan mulai digunakan di beberapa negara pada 2009.
    • RotaTeq (dikembangkan oleh Merck), yang disetujui oleh FDA pada tahun 2006. Vaksin ini dirancang untuk memberikan perlindungan terhadap lima jenis rotavirus yang berbeda.
  5. Penyebaran Vaksin Rotavirus Global (2010-an) Seiring dengan terbukti efektivitas dan keamanannya, vaksin rotavirus mulai disebarkan secara luas di banyak negara, terutama di negara berkembang di mana rotavirus adalah penyebab utama kematian akibat diare pada anak-anak. Pada tahun 2013, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan vaksin rotavirus sebagai bagian dari program imunisasi rutin untuk bayi di seluruh dunia.
  6. Peningkatan Cakupan Vaksinasi dan Dampak Global (2010-an hingga 2020-an) Cakupan vaksinasi rotavirus meningkat di banyak negara, dan data menunjukkan penurunan yang signifikan dalam jumlah kasus diare parah akibat rotavirus, serta pengurangan angka kematian anak akibat infeksi ini. Negara-negara dengan cakupan vaksinasi yang tinggi melaporkan penurunan signifikan dalam rawat inap terkait diare rotavirus.
  7. Pengembangan Vaksin Rotavirus yang Lebih Baru Penelitian terus berlanjut untuk mengembangkan vaksin rotavirus yang lebih murah dan dapat disebarkan lebih luas, terutama di negara dengan sumber daya terbatas. Beberapa vaksin baru sedang dalam tahap penelitian atau uji klinis, dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan mengurangi biaya produksi.

Penggunaan vaksin

sunting

Vaksin rotavirus direkomendasikan untuk bayi, diberikan secara oral dalam dua dosis (pada usia 2 dan 4 bulan) untuk vaksin RV1, atau tiga dosis (pada usia 2, 4, dan 6 bulan) untuk vaksin RV5. Vaksinasi dapat dimulai pada usia 6 minggu, dengan interval minimal 4 minggu antar dosis. Dosis pertama vaksin harus diberikan sebelum usia 14 minggu 6 hari, dan dosis vaksin rotavirus tidak boleh diberikan kepada bayi yang lebih dari 8 bulan.[5]

 
Vaksin Rotavirus Monovalen untuk Anak

Jika tidak diketahui merek vaksin sebelumnya, bayi harus menerima tiga dosis vaksin rotavirus. Vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain pada kunjungan yang sama.[6]

ACIP mendukung vaksinasi rotavirus pada bayi prematur sesuai jadwal yang sama dengan bayi cukup bulan, asalkan bayi berusia minimal 6 minggu, stabil secara klinis, dan vaksin diberikan saat atau setelah dipulangkan dari rumah sakit.

Penyusuan tidak mengurangi efektivitas vaksin, sehingga bayi yang disusui tetap harus divaksinasi sesuai jadwal. Bayi yang pernah terinfeksi rotavirus tetap perlu menyelesaikan seri vaksinasi lengkap karena infeksi awal hanya memberikan perlindungan parsial.

ACIP menetapkan bahwa dosis pertama vaksin harus diberikan sebelum bayi mencapai usia 14 minggu 6 hari, meskipun rekomendasi usia dari produsen vaksin berbeda.

Referensi

sunting
  1. ^ "Vaksin Rotavirus". Alodokter. 2021-07-19. Diakses tanggal 2024-11-25. 
  2. ^ "Rumah sakit dengan pelayanan berkualitas - Siloam Hospitals". www.siloamhospitals.com. Diakses tanggal 2024-11-25. 
  3. ^ "Sejarah Vaksin Rotavirus – Pusat Kajian Kesehatan Anak / Center for Child Health" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-11-25. 
  4. ^ "Rotavirus". historyofvaccines.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-11-25. 
  5. ^ Cortese, Margaret M. Rotavirus (PDF). 
  6. ^ "Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan". yankes.kemkes.go.id. Diakses tanggal 2024-11-25.