Wayang Keling
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2016. |
Wayang Keling merupakan wayang tradisi dari pesisir utara dimulai di daerah Pekalongan.[1] Muncul saat runtuhnya Majapahit dan menjelang masuknya Islam di Jawa, sekitar abad 15.[1] Wayang Keling adalah upaya mempertahankan tradisi pertunjukkan wayang kulit dari budaya Hindu-Budha.[1] Meskipun dalam sepintas lalu wayang Keling tersebut mirip wayang kulit Jawa, namun perbedaan tampak menonjol pada gelung cupit urang yang tidak sampai pada ubun-ubun.[1] Antawacananya memakai bahasa rakyat setempat.[1]
Sejarah
suntingWayang Keling merupakan wayang yang muncul menjelang runthnya kerajaan Majapahit.[2] Wayang Keling dibuat untuk mengenang nenek moyang mereka yang datang dari Hindustan masuk ke Jawa untuk pertama kalinya.[2] Selain itu, wayang ini juga dibuat sebagai kenang-kenangan dengan adanya kerajaan Buddha di pulau Jawa yang disebut kerajaan Kalingga.[2]
Wayang Keling berbeda dengan wayang Purwa.[2] Dalam pementasan, Dalangberfungsi sebagai Pendita atau Bikhudengan memasukkan ajaran-ajaran dari kitab Weda ataupun kitab Tri Pitaka dalam usaha melestarikan agama Hindu dan Budha.[2] Dengan demikian, sang dalang termasuk juga sebagai pengembang paham Jawa (Kejawen) di daerah Pekalongan dan sekitarnya.[2]