Wempy Dyocta Koto
Wempy Dyocta Koto (lahir 14 Oktober 1976) adalah seorang profesional dan pengusaha Indonesia. Ia merupakan pendiri sekaligus CEO Wardour and Oxford, sebuah perusahaan konsultan pengembangan bisnis internasional. Ia berperan besar dalam kesuksesan beberapa perusahaan waralaba Indonesia dalam menembus pasar internasional.[1]
Wempy Dyocta Koto | |
---|---|
Lahir | 14 Oktober 1976 Padangpanjang, Sumatera Barat |
Kebangsaan | Indonesia |
Almamater | - University of Technology, Sydney - University of Sydney, Sydney |
Pekerjaan | Profesional, pengusaha |
Dikenal atas | CEO Wardour and Oxford |
Riwayat
suntingWempy lahir di Indonesia, namun ia dibesarkan di Australia. Setelah dewasa, Wempy tinggal dan bekerja di berbagai kota dunia, seperti Singapura, Hongkong, London, San Fransisco, New York, dan lain-lain. Ia bekerja sebagai seorang konsultan manajemen yang beraktivitas secara global. Ia sukses memimpin beberapa tim untuk meluncurkan produk dan layanan global untuk American Express, Sony, Nokia, Citigroup, Samsung, SAP, LG Electronics, Palm, Lenovo, BP, Microsoft, dan berbagai merek internasional lainnya.
Setelah beberapa tahun melanglang buana, Wempy kembali ke Indonesia untuk mengabdikan diri demi kemajuan dunia bisnis di Indonesia. Ia merupakan sosok penting dibalik suksesnya beberapa perusahaan waralaba Indonesia, seperti Kebab Turki Baba Rafi, Ayam Bakar Mas Mono, Piramizza, dan Bebek Garang menembus pasar internasional.[2]
Pada tahun 2013, Wempy memperoleh penghargaan Asia Pacific Entrepreneurship Awards dengan predikat Most Promising Entrepreneur. Sedangkan di tingkat dunia, ia satu-satunya CEO asal Indonesia yang berada dalam daftar The World's 120th Most Social CEO, yang berisi nama-nama besar, seperti Oprah Winfrey, Richard Branson, Rupert Murdoch, Warren Buffett, Tony Fernandes, Marissa Mayer serta Donald Trump dan lain-lain.[3]
Kontroversi
suntingPada tanggal 21 Juni 2017, Wempy melaporkan seorang warganet bernama Ravio Patra atas tuduhan pencemaran nama baik dengan dasar UU ITE.[4] Kasus ini bermula saat Ravio menuliskan status melalui Facebook pribadinya atas hasil penelurusan terhadap rekam jejak Wempy yang dianggap tidak akurat dan terlalu dilebih-lebihkan.[4][5] Nawawi Bahrudin, Direktur dari LBH Pers, menyatakan, "Perbuatan Ravio sama sekali bukan bentuk pencemaran nama baik atau penghinaan seperti yang dituduhkan oleh pihak WDK (Wempy). Apa yang dituliskan Ravio merupakan informasi penting yang patut diketahui publik. Apalagi, tulisan tersebut diperoleh dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan".[6]
Referensi
suntinghttps://en.prnasia.com/releases/apac/law-firm-announces-update-to-defamation-case-over-wempy-dyocta-koto-216936.shtml https://id.prnasia.com/story/29036-5.shtml https://enmobile.prnasia.com/releases/apac/law-firm-announces-update-to-defamation-case-over-wempy-dyocta-koto-216936.shtml
- ^ Ario Fajar (2 Agustus 2012). "Wempy, Sosok di Balik Kesuksesan Merek Go International". Majalah SWA. Diakses tanggal 11 Januari 2014.
- ^ Ari (13 November 2013). "Wempy Dyocta Koto, Putra Minang yang Sukses di Luar Negeri". Riau Pos. Diakses tanggal 11 Januari 2014.
- ^ Rein Mahatma (9 Juli 2013). "Wempy Dyocta Koto, Entrepreneur Indonesia yang Terlibat dengan Startup di Berbagai Belahan Dunia". Yahoo News Network. Diakses tanggal 11 Januari 2014.
- ^ a b "Motivator Wempy Dyocta Koto, Laporkan Penulis Ilmiah ke Kepolisian Atas Dasar Pencemaran Nama Baik". ICJR (dalam bahasa Inggris). 2017-08-21. Diakses tanggal 2017-08-23.
- ^ Kota, Warta. "Motivator ini Laporkan Seorang Penulis ke Polisi karena Merasa Nama Baiknya Dicemarkan". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2017-08-23.
- ^ "LBH Pers Desak Polisi Hentikan Kasus Pidana Ravio Patra". tirto.id. Diakses tanggal 2017-08-23.
Pranala luar
suntingAde Ryani (26 Januari 2013). "Wempy Dyocta Koto, Merek Lokal Mampu Go International". Tabloid Nova. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-16. Diakses tanggal 11 Januari 2014.