Wikipedia:Artikel bagus/Usulan/Aksara Bali
CATATAN PENUTUP
Sudah memenuhi kuorum (4 setuju) dan berlangsung selama lebih dari dua minggu. Komentar lain, termasuk satu suara tidak setuju, juga telah ditanggapi semuanya. Masjawad99💬 21 Juni 2020 05.01 (UTC)
- Diskusi di bawah adalah arsip dari pengusulan artikel bagus. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon untuk tidak menyunting lagi halaman ini. Komentar selanjutnya dapat diberikan di halaman pembicaraan artikel.
Artikel ini disetujui. Masjawad99💬 21 Juni 2020 05.01 (UTC)
Menata ulang keseluruhan artikel sehingga terdapat lebih banyak gambar dan referensi yang memadai. Mohon bantuannya apabila ada kekurangan, terima kasih
Alteaven (bicara) 20 Mei 2020 02.29 (UTC)
- Setuju RXerself (bicara) 2 Juni 2020 17.46 (UTC)
- Setuju --Nicholas Michael Halim (bicara) 7 Juni 2020 08.10 (UTC)
- Setuju Danu Widjajanto (bicara) 8 Juni 2020 17.26 (UTC)
- Setuju Sangat baik penulisannya. Beberapa pertanyaan untuk Alteaven
- " aksara yang digunakan untuk menulis vokal murni": apakah bisa dijelaskan bahwa "vokal murni" ini artinya suku kata yang hanya terdiri dari vokal?
- Ya benar, sama seperti Jawa Alteaven (bicara) 10 Juni 2020 13.20 (UTC)
- Mirip seperti pertanyaanku di Aksara Jawa, kenapa l dan r dianggap vokal murni?
- Sama seperti Jawa pula, karena memang dalam fonologi sansekreta kedua huruf tersebut awalnya dianggap sebagai vokal murni.Alteaven (bicara) 10 Juni 2020 13.20 (UTC)
- Gantungan/gempelan : Kalau melihat tabelnya, sepertinya gantungan ini menggantikan aksara aslinya, bukan menempel? Atau yang dimaksud gantungan hanya diakritiknya, sehingga baris G di tabel sebenarnya bukan berisi gantungan tetapi berisi aksara yang diberi gantungan?
- Um, saya takut salah tangkap maksud pertanyaan ini. Tapi maksud tabel itu: baris G adalah bentuk gantungan/gempelan dari aksara yang bersangkutan. Titik tiga [...] merupakan placeholder yang mengindikasikan posisi melekat dari gantungan/gempelan relatif dengan aksara dasarnya.Alteaven (bicara) 10 Juni 2020 13.20 (UTC)
- @Alteaven: Oh begitu, kalau begitu aku salah tangkap, tadinya aku pikir gantungan/gempelannya itu adalah titik tiganya dan baris G itu melambangkan huruf yang dimodifikasi setelah diberi titik tiga. Agar pembaca tidak salah paham, aku usul agar titik tiganya dijelaskan, atau mungkin malah dihilangkan dan diganti dengan huruf aslinya (jadi A = aksara asli, G = aksara yang telah diberi gantungan/gempelan). Selain itu, berarti muncul di samping atau di bawah tergantung kepada huruf yang dimodifikasi ya? HaEr48 (bicara) 10 Juni 2020 14.04 (UTC)
- Sudah saya tambahkan ya sesuai hasil diskusi Alteaven (bicara) 12 Juni 2020 07.41 (UTC)
- Terima kasih atas penjelasan dan diskusinya. Sekian saja saranku. HaEr48 (bicara) 12 Juni 2020 14.13 (UTC)
-- Terima kasih HaEr48 (bicara) 10 Juni 2020 12.22 (UTC)
- Tidak setuju Beberapa catatan kaki tidak menyertakan halaman sama sekali. Hanamanteo Halaman pembicaraan saya 20 Mei 2020 12.07 (UTC)
- @Hanamanteo: Bisa tolong spesifikasi "beberapa" nya itu yang mana saja yang perlu dilengkapi halaman? Karena (selain berita dari website yg memang tidak ada "halaman" nya setahu saya) kendala saya dalam memberi halaman pada beberapa rujukan: Alteaven (bicara) 20 Mei 2020 16.23 (UTC)
- Bagaimana saya mengutip <Creese, Helen (August, 2007). "Curious Modernities: Early Twentieth-Century Balinese Textual Explorations" (PDF). The Journal of Asian Studies. 66 (3): 723-758. > agar bisa menunjukkan rentang halaman oleh pengarang tersebut (hal. 723-758) dan halaman spesifik yang saya rujuk (hal. 729)? parameter at=hal. 729 tidak menampilkan halamannya. apa rentangnya tidak usah? Pertanyaan ini juga berlaku untuk beberapa rujukan lain yang mengutip jurnal
- Anda salah mengisi parameter dan malah menulis
|page=723-758|at=hal. 729
, padahal penulisan seperti itu tidak tepat. Dalam hal ini, Anda cukup mengisi halaman yang dikutip, bukan halaman bab secara keseluruhan, jadi parameter|at=
seharusnya tidak diperlukan. Hanamanteo Halaman pembicaraan saya 21 Mei 2020 00.37 (UTC)- sudah Alteaven (bicara) 21 Mei 2020 07.11 (UTC)
- Anda salah mengisi parameter dan malah menulis
- Dalam konteks kalimat, referensi <Tuuk, Herman Neubronner van der (1897). Kawi-Balineesch-Nederlandsch Woordenboek. Batavia: Landsdrukkerij.> merujuk pada keseluruhan buku untuk menunjukkan bahwa "inilah buku yang dimaksud sebagai pemrakarsa fon Bali." Yang memaparkan soal buku tersebut adalah Rubenstein (1996:151-153), sudah diberi tahu halamannya di rujukannya. Van der Tuuk-nya tidak perlu dikasih halaman dong? Atau lebih baik judul bukunya dijadikan pranala ke luar?
- Maksud Anda Tuuk termasuk dalam kutipan oleh Rubenstein? Kalau begitu, tidak perlu mengutip Tuuk, cukup Rubenstein saja. Hanamanteo Halaman pembicaraan saya 21 Mei 2020 00.37 (UTC)
- sudah Alteaven (bicara) 21 Mei 2020 07.12 (UTC)
- Maksud Anda Tuuk termasuk dalam kutipan oleh Rubenstein? Kalau begitu, tidak perlu mengutip Tuuk, cukup Rubenstein saja. Hanamanteo Halaman pembicaraan saya 21 Mei 2020 00.37 (UTC)
- Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali tidak punya nomor halaman dalam dokumen aslinya, itu tidak apa saya kasi halaman untuk merujuk pasalnya, rujuk pasalnya saja, atau bagaimana sebaiknya?
- Dalam hal ketiadaan halaman, kiranya bisa menggunakan penghitungan halaman secara manual. Hanamanteo Halaman pembicaraan saya 21 Mei 2020 00.37 (UTC)
- sudah Alteaven (bicara) 21 Mei 2020 07.12 (UTC)
- Dalam hal ketiadaan halaman, kiranya bisa menggunakan penghitungan halaman secara manual. Hanamanteo Halaman pembicaraan saya 21 Mei 2020 00.37 (UTC)
- Bagaimana saya mengutip <Creese, Helen (August, 2007). "Curious Modernities: Early Twentieth-Century Balinese Textual Explorations" (PDF). The Journal of Asian Studies. 66 (3): 723-758. > agar bisa menunjukkan rentang halaman oleh pengarang tersebut (hal. 723-758) dan halaman spesifik yang saya rujuk (hal. 729)? parameter at=hal. 729 tidak menampilkan halamannya. apa rentangnya tidak usah? Pertanyaan ini juga berlaku untuk beberapa rujukan lain yang mengutip jurnal
Tinggen
sunting- Referensi <Tinggen, I Nengah (1993). Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.> ada bukunya, namun oleh website Yayasan Bali Galang di alihmediakan menjadi laman digital, sehingga lokasi halaman fisik di buku aslinya tidak diindikasikan. Ini berbeda dengan <Medra, I Nengah (1998). Pedoman Pasang Aksara Bali. Denpasar: Dinas Kebudayaan Pemerintah Daerah Tingkat I Bali.> yang alih medianya berupa pindaian, jadi halamannya masih ada. Jadi bagaimana, apa Tinggen tidak bisa dipakai kalo begitu?
- Dalam hal ketiadaan halaman, kiranya bisa menggunakan penghitungan halaman secara manual. Hanamanteo Halaman pembicaraan saya 21 Mei 2020 00.37 (UTC)
- hmmm.... Bagaimana? yang Tinggen ini dialihmediakannya jadi laman. sesuatu yang aslinya 3 halaman dalam buku fisik bisa jadi 1 laman di wesbite yang discroll semua ke bawah. Konsep "halaman" jadi hilang Alteaven (bicara) 21 Mei 2020 01.09 (UTC)
- Apakah Anda memiliki akses ke buku itu (entah buku fisik atau daring)? Untuk daring, maksudnya bukan melalui babadbali.com, melainkan media seperti Google Buku dan sejenisnya. Omong-omong, saya baru saja menemukan buku ini yang menyempurnakan Tinggen, mungkin Anda dapat mempertimbangkan untuk mengganti dengan buku yang lebih baru. Hanamanteo Halaman pembicaraan saya 21 Mei 2020 18.24 (UTC)
- Sayangnya tidak, saya tidak ada akses k buku fisiknya dan versi daring yang berupa pindaian juga belum ketemu. Terima kasih pranalanya namun mohon dilihat kembali; itu membahas soal penulisan bahasa Bali dalam huruf latin saja, tidak ada soal aksara Bali. Karena itu tidak bisa menggantikan Tinggen (1993) dalam perihal aksara Bali Alteaven (bicara) 21 Mei 2020 21.27 (UTC)
- Kalau tidak ada halaman biasanya aku pakai judul/heading saja. Yang penting mempermudah pembaca yang mau verifikasi. HaEr48 (bicara) 22 Mei 2020 01.43 (UTC)
- Kalau begitu yang sekarangpun tidak masalah; ada pranala yang bisa langsung diverifikasi meski tak ada halaman Alteaven (bicara) 22 Mei 2020 11.16 (UTC)
Halaman
sunting- Holle (1882) tidak merujuk ke halaman tertentu. Pengidentifikasi unik (semisal ISBN atau OCLC) juga tidak ada.
- Riana (2009) tidak merujuk ke halaman tertentu.
- Sulistiati (2013) tidak merujuk ke halaman tertentu.
- sudah Alteaven (bicara) 21 Mei 2020 22.33 (UTC)
Format
sunting- Fox (2018) belum diubah ke dalam format sfn.
- Woodard (2018) belum diubah ke dalam format sfn.
- Bagus (1980) belum diubah ke dalam format sfn. Pengidentifikasi unik (semisal ISBN atau OCLC) juga tidak ada.
- Renee (2013) belum diubah ke dalam format sfn.
- Darusuprapta (2002) belum diubah ke dalam format sfn.
- Poerwadarminta (1930) belum diubah ke dalam format sfn.
- @Hanamanteo: bisa saya sfn kan; namun wajibkah semua rujukan menggunakan sfn? karena artikel bagus seperti Gilgames terutama menggunakan sfn untuk sumber yang berkali-kali dipakai atau halaman rujukannya tersebar di mana-mana; beberapa yang hanya sekali pakai atau halaman relevannya hanya satu tidak pakai sfn. Alteaven (bicara) 21 Mei 2020 21.56 (UTC)
- Setauku baik Wikipedia:Artikel bagus/Kriteria maupun Wikipedia:Kutip sumber tulisan tidak mewajibkan sfn/kutipan pendek. HaEr48 (bicara) 22 Mei 2020 01.46 (UTC)
- Kalau begitu yang sekarangpun sudah tidak masalah Alteaven (bicara) 22 Mei 2020 11.16 (UTC)
- @Hanamanteo: sekarang bagaimana bung? HaEr48 (bicara) 14 Juni 2020 14.52 (UTC)
Domain
sunting- Nama media daring tidak perlu ditulis dengan huruf kapital semua berikut domain, jadi yang benar adalah Tribunnews Bali, bukan "BALI.TRIBUNNEWS.com"
- sudah Alteaven (bicara) 21 Mei 2020 22.14 (UTC)
- Nama media daring tidak perlu ditulis dengan huruf kapital semua berikut domain, jadi yang benar adalah Tribunnews Bali, bukan "BALI.TRIBUNNEWS.com"
- Komentar Saya lihat ada beberapa garis baru yang membuat ruang kosong di antara gambar dan karakter Unicode aksara (contoh) dan di bagian Aksara + Gantungan dan Gempelan tabelnya terlalu panjang sampai-sampai halaman digulir secara horizontal (gambar). Diki Ananta ● Bicara 25 Mei 2020 05.51 (UTC)
- @Diki Ananta: Ada saran? saya juga tidak paham mengapa ada spasi kosong di tabel itu. Untuk aksara + gantungan gempelan saya coba rapatkan agar sama dengan pangangge swara, tapi kalau masih bergulir... apa kata "aksara" dan "gantungan/gempelan" juga lebih baik diputar seperti wresastra/swalalita? Alteaven (bicara) 26 Mei 2020 05.52 (UTC)
- @Alteaven: Untuk ruang kosong itu sudah saya perbaiki dengan menghapus kode "|pus". Kenapa diputar seperti seperti wresastra/swalalita? Bukannya itu membuat tabelnya semakin panjang? Pendapatku untuk wresastra/swalalita yang vertikal itu dihorizontalkan agar mengurangi panjangnya. Aku tes lewat inspect element peramban, tetapi masih tetap dapat digulir (perbandingan). Diki Ananta ● Bicara 26 Mei 2020 07.03 (UTC)
- @Diki Ananta: Saya coba pendekkan lagi tabelnya, apakah masih bergulir? Alteaven (bicara) 26 Mei 2020 10.27 (UTC)
- @Alteaven: Masih. Tinggal sedikit lagi. Diki Ananta ● Bicara 26 Mei 2020 10.38 (UTC)
- @Diki Ananta: Ok, semoga sekarang memadai Alteaven (bicara) 27 Mei 2020 09.12 (UTC)
- Diskusi di atas adalah arsip. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon untuk tidak menyunting lagi halaman ini. Komentar selanjutnya dapat diberikan di halaman pembicaraan artikel.