Wikipedia:Artikel pilihan/Usulan/Kiblat
Artikel sudah ditinjau secara komprehensif dan saran-saran sudah dikerjakan dengan baik. Terima kasih atas partisipasi penulis dan peninjau. Mimihitam 30 Januari 2020 09.10 (UTC)
- Diskusi di bawah adalah arsip dari pengusulan artikel pilihan. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon untuk tidak menyunting lagi halaman ini. Komentar selanjutnya dapat diberikan di halaman pembicaraan artikel.
Artikel ini disetujui.
Salah satu aspek ibadah umat Islam. Sudah aku lengkapi tidak hanya dari segi agama, tetapi dari segi aspek ilmiah yang digunakan dan dari segi sejarah. Menggunakan berbagai sumber akademis. Dimohon masukannya untuk meningkatkan kualitas artikel. HaEr48 (bicara) 12 Januari 2020 20.34 (UTC)
Komentar dari Mimihitam
suntingKeren sekali artikelnya dikembangkan sendiri dan isinya juga mencakup sudut pandang ilmiah. Sangat jarang ada artikel tentang agama dalam bahasa Indonesia yang diulas sedalam ini. Artikel ini patut menjadi contoh bagi pengguna-pengguna lain yang mau mengembangkan artikel tentang agama.
Saya sendiri sangat yakin artikel ini akan bisa lolos sebagai Artikel Pilihan. Walaupun begitu, berikut adalah beberapa masukanku untuk meningkatkan mutu artikel yang sudah bagus ini.
- "Selain untuk salat, kiblat juga merupakan arah yang dianjurkan untuk berdoa, arah berihram dalam haji, arah wajah hewan saat disembelih, arah jenazah seorang Muslim saat dimakamkan, serta arah yang dihindari untuk buang air serta membuang dahak" ==> pembaca yang awam akan bertanya, karena kalimat diawali dengan "dianjurkan", apakah itu berarti arah berihram dll itu juga anjuran? Harus berhati2 dengan struktur kalimatnya supaya isinya tepat.
- Sudah diperjelas. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- Isu kontemporer: kenapa ada pembahasan khusus "Kiblat dari Amerika Utara". Apa yang membuat Amerika Utara sangat spesial?
- Ada penjelasannya di dua kalimat pertama bagian tersebut. Apa perlu ditambah penjelasannya? Dari bagian pembuka aku hapus aja karena paragraf ketiga perlu dipendekkan dan menjelaskan ini justru malah bikin tambah panjang. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- @HaEr48 maksudku bukan cuma di paragraf pembuka, tapi juga di subbagian Kiblat di Amerika Utara. Kenapa harus ada pembahasan khusus untuk wilayah tsb? Knp nggak Australia atau Brasil? Mimihitam 18 Januari 2020 06.45 (UTC)
- Mimihitam Bilici sebenarnya menyebut Australia dan Selandia Baru juga kondisinya sama karena baru akhir-akhir ini banyak Muslimnya, tetapi tidak menyebutkan tentang permasalahan kiblat di sana karena bukunya fokus ke Amerika Utara. Selain itu, tidak ketemu lagi sumber akademik yang menyebutkan perselisihan kiblat terbaru di luar Amerika Utara. Kalau Amerika Utara banyak disebutkan, termasuk di Bilici dan Almakky/Snyder yang dikutip di artikel. HaEr48 (bicara) 19 Januari 2020 19.58 (UTC)
- @HaEr48 menurutku malah jadi nggak berimbang porsinya dan bias ke Amerika Utara. Menurutku ada dua solusi: 1) Dihapus saja, atau 2) Gabung dgn bagian keragaman arah kiblat untuk perdebatan yg lebih kontemporer dan Amerika Utara jd contoh. Bagaimana? Mimihitam 20 Januari 2020 07.24 (UTC)
- @Mimihitam: Kalau menurutku sih bukan bias tetapi memang mencerminkan porsi yang dibahas sumber-sumber yang ada. Perbedaan pendapat yang ada di AmUt cukup dibahas di sumber-sumber akademik sebagai isu kontemporer (vs perbedaan arah-arah kiblat di Kairo yang dianggap sebagai isu sejarah), jadi aku pikir cocok dimasukkan isu kontemporer bersama kiblat luar angkasa. Kalau mau digabung ke keragaman seperti saran bung Mimihitam mungkin jadi begini sih strukturnya:
- Ada penjelasannya di dua kalimat pertama bagian tersebut. Apa perlu ditambah penjelasannya? Dari bagian pembuka aku hapus aja karena paragraf ketiga perlu dipendekkan dan menjelaskan ini justru malah bikin tambah panjang. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- Keragaman
- Dalam sejarah
- Di Nusantara
- Di Amerika Utara
- Dari luar angkasa (tidak bisa jadi sub-bagian "kontemporer" lagi karena tinggal cuma satu)
- Keragaman
- Not bad, tapi menurutku dibanding seperti ini, struktur artikel sekarang malah lebih pas. Bagaimana? Masjawad99 juga silakan kalau ada pendapat mengenai ini. HaEr48 (bicara) 20 Januari 2020 18.47 (UTC)
- Menurutku sih digabung saja dgn bagian keragaman, pembahasan di Indonesia dan Amerika Utara cukup jd semacam contoh supaya bisa dijustifikasi knp nggak bahas wilayah lain kyk Tiongkok atau pesisir Afrika Timur. Terus tidak usah pakai subbagian isu kontemporer nggak masalah (dalam kata lain, kiblat dari luar angkasa jadi berdiri sendiri). tapi sebelum memutuskan memang lebih baik tanyakan pendapat orang ketiga. Coba aku panggil juga @Ardzun dan @AMA Ptk Mimihitam 20 Januari 2020 18.56 (UTC)
- @Mimihitam dan HaEr48: Bagian "keragaman" memang bagusnya jadi bagian tersendiri karena rasanya kurang pas kalau masuk di dalam "Perkembangan penentuan arah kiblat". Tapi kalau dibagi jadi "dalam sejarah" vs pembagian "di Amerika Utara" dan "di Nusantara" kok kayaknya juga gak pas ya. Kalau langsung paragraf saja tanpa subjudul bagaimana? Masjawad99💬 20 Januari 2020 21.56 (UTC)
- @Mimihitam dan HaEr48: Aku setuju dengan pendapat @Masjawad99, "keragaman" dipisah saja menjadi bagian tersendiri tanpa subjudul lagi, cukup langsung paragraf yang kronologis dari sejarah hingga kondisi saat ini di beberapa tempat. Bahkan menurutku, luar angkasa masuk dalam bagian "keragaman", bisa digabung menjadi paragraf atau menjadi subjudulnya. Ardzun (bicara) 21 Januari 2020 04.35 (UTC)
- Terima kasih atas tanggapannya. Aku setuju dengan masukan untuk memisahkan bagian "keragaman", dan bagian luar angkasa bisa jadi subbagian di situ. Cuma sebagai masukan tambahan untuk @HaEr48, kalau jadi bagian sendiri, mungkin bisa ditambah juga keterangan dari beberapa wilayah lain kalau memang ada, tapi ini opsional aja karena sudah ada ilustrasi Indonesia dan Amerika Utara. Mimihitam 22 Januari 2020 19.45 (UTC)
- @Mimihitam, Masjawad99, dan Ardzun: Terima kasih atas tangggapan semuanya. Aku coba mengompromikan pendapatku sendiri dengan pendapat-pendapat di atas. "Keragaman" jadi bagian tingkat atas, terus di bawahnya ada subbagian "Dunia Islam awal", "Nusantara", "Amerika Utara", "Luar angkasa". "Amerika Utara" aku rasa tidak terlihat janggal sendiri lagi karena menjadi satu dari 4 subbagian. Sub-bagian aku pertahankan karena rasanya cukup berguna agar sistematis dan pembaca bisa mengerti garis besar cakupannya. Silakan kalau ada ide/tambahan lain. Sekali lagi terima kasih saran-sarannya. HaEr48 (bicara) 23 Januari 2020 03.56 (UTC)
- Terima kasih atas tanggapannya. Aku setuju dengan masukan untuk memisahkan bagian "keragaman", dan bagian luar angkasa bisa jadi subbagian di situ. Cuma sebagai masukan tambahan untuk @HaEr48, kalau jadi bagian sendiri, mungkin bisa ditambah juga keterangan dari beberapa wilayah lain kalau memang ada, tapi ini opsional aja karena sudah ada ilustrasi Indonesia dan Amerika Utara. Mimihitam 22 Januari 2020 19.45 (UTC)
- Tambahkan dalam kurung apa itu tawaf
- Sudah. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- Tahun hijriyah agar dikasih padanan Masehinya (contoh: "tahun ke-2 Hijriyah")
- Sudah. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- "Sebelum turunnya ayat ini, diketahui selama di Madinah umat Islam berkiblat ke arah Yerusalem, sama seperti umat Yahudi Madinah ketika itu."
- Apakah alasannya hanya karena ada wahyu atau karena ada alasan lain? Dari yang aku baca sih di wahyunya pun juga disebutkan alasannya, dan ini masih belum disebutkan di artikelnya.
- Baik di sumber Wensinck maupun Hadi Anshori tidak menyebutkan alasan spesifik. Setauku di Al-Quran tidak ada menyebutkan perintah menghadap Yerusalem. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- HaEr48 Salah satu sumber yang menyatakan bahwa umat Islam awalnya berkiblat ke Yerusalem/Masjidil Aqsha adalah di pranala berikut : https://khazanah.republika.co.id/berita/ofc2bi313/masjid-qiblatain-saksi-sejarah-perpindahan-arah-kiblatDian (bicara) 23 Januari 2020 06.46 (UTC)
- NaidNdeso Terima kasih pranalanya. Kalau kiblat sempat mengarah ke Yerusalem memang sudah ada di artikel dan sudah ada sumbernya. Pertanyaan bung Mimihitam di atas adalah apakah ada disebutkan alasannya. HaEr48 (bicara) 24 Januari 2020 13.42 (UTC)
- HaEr48 Salah satu sumber yang menyatakan bahwa umat Islam awalnya berkiblat ke Yerusalem/Masjidil Aqsha adalah di pranala berikut : https://khazanah.republika.co.id/berita/ofc2bi313/masjid-qiblatain-saksi-sejarah-perpindahan-arah-kiblatDian (bicara) 23 Januari 2020 06.46 (UTC)
- Baik di sumber Wensinck maupun Hadi Anshori tidak menyebutkan alasan spesifik. Setauku di Al-Quran tidak ada menyebutkan perintah menghadap Yerusalem. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- Apakah benar umat Yahudi Madinah benar-benar berdoa menghadap kiblat? Soalnya setahuku kiblat konsep yang unik dalam agama Islam. Kalau misalkan nggak pasti mungkin bisa diganti perumusan kalimatnya jadi "yang diyakini merupakan arah berdoa umat Yahudi Madinah ketika itu"
- Wensinck menyebutkan begitu, dan sampai sekarang pun sepertinya begitu menurut en:Mizrah. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- Apakah alasannya hanya karena ada wahyu atau karena ada alasan lain? Dari yang aku baca sih di wahyunya pun juga disebutkan alasannya, dan ini masih belum disebutkan di artikelnya.
- Sebelum agama Islam diturunkan, apa fungsinya Kabah? Menurutku ini yang kurang di bagian latar belakangnya.
- Sudah ditambahkan sedikit: "Pada generasi sebelum Muhammad, Ka'bah digunakan sebagai pusat peribadatan agama Arab pra-Islam, tetapi tidak terdapat banyak catatan sejarah tentang Ka'bah sebelum munculnya Islam". Sayangnya sepertinya catatan sejarah agak kurang di Arab pra-Islam jadi tidak banyak rincian. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- Apakah penganut Ahmadiyah juga berdoa menghadap ke kiblat? Kalau iya mungkin bisa ditambahkan
- Sepertinya ya (misal ini, atau di buku ini yang merupakan tulisan Ahmadiyah). Tapi dicari-cari tidak ketemu di sumber sekunder, kalau ketemu silakan. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 06.35 (UTC)
- "Satu-satunya pengecualian besar dalam sejarah adalah kaum Qaramithah, sebuah aliran sempalan Syiah pada abad ke-10 M yang tidak mengakui Ka'bah sebagai kiblat" --> alasannya apa? Mungkin akan menarik untuk pembaca
- Tidak disebutkan alasannya, tetapi disebutkan kalau mereka sempat menyerang Ka'bah dan memindahkan Hajar Aswad untuk menandai dimulainya era baru dalam Islam.. aku sebutkan ini saja. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 06.35 (UTC)
- Aku baca kaum Alevi juga tidak wajib menghadap kabah sewaktu berdoa, mungkin bisa ditambahkan di artikelnya beserta alasannya
- Barusan cek sumber-sumber yang ada, sepertinya malah kebanyakan tidak salat (menurut ini) (dan kalau salatpun mengikuti prosedur Sunni), jadi malah kurang relevan untuk disebutkan. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 06.35 (UTC)
- " Menurut sebagian penafsiran, (...)" ==> oleh siapa?
- Tidak disebutkan oleh siapa. Sepertinya ditambahkan di sumber itu sebagai ilustrasi kalau jihatul ka'bah itu jauh lebih "lebar". HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 06.35 (UTC)
- Apakah ada keterangan soal pandangan masing2 mazhab Sunni dan Syiah terhadap ainul kabah dan jihatul kabah? Karena kelihatannya terdapat ikhtilaf soal ini.
- Yang dijelaskan di bagian itu sekarang aku rasa sudah mencakup garis besar pendapat-pendapat dari Sunni. Kalau Syiah malah tidak ketemu. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 06.35 (UTC)
- "pada 28 Mei sekitar pukul 12:18 Waktu Arab Saudi (WAS) atau 9:18 UTC dan 16 Juli pukul 12:27 WAS (9:27 UTC)" --> daripada UTC mending dijadikan WIB, karena pembaca kita kebanyakan orang Indonesia
- Sudah. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- "Peristiwa ini terjadi pada 14 Januari 00:30 WAS (21:30 UTC di hari sebelumnya) dan 29 November 00:09 WAS (28 November 21:09 UTC)." ==> idem.
- Sudah jadi WIB. Apa sebaiknya kalau yang ini WIT saja ya? Karena matahari belum terbit di Indonesia Barat jadi prosedur ini tidak bisa dipakai. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- @HaEr48 boleh juga. Bisa ditambahkan catatan penjelas juga kalau mau. Mimihitam 18 Januari 2020 06.46 (UTC)
- @HaEr48 masih belum diganti jadi WIT nih... sama di kalimat sebelumnya juga masih ada yg pake UTC, mungkin bisa diganti WIB sesuai dgn konteks mataharinya sudah terbenam atau belum. Mimihitam 25 Januari 2020 13.43 (UTC)
- @Mimihitam: Oh iya, maaf luput. Sudah aku ganti WIB/WIT, dan aku tambahkan penjelasan efn. HaEr48 (bicara) 25 Januari 2020 14.34 (UTC)
- Sudah jadi WIB. Apa sebaiknya kalau yang ini WIT saja ya? Karena matahari belum terbit di Indonesia Barat jadi prosedur ini tidak bisa dipakai. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- "Kebanyakan umat Muslim mengikuti arah ortodrom (sesuai hasil kalkulasi) dan hanya sebagian kecil yang mengikuti arah loksodrom (garis lurus peta bumi datar)." ==> sebagian kecil ini siapa?
- Yang aku temukan disebutkan spesifik hanya kelompok yang dijelaskan di bagian #Kiblat dari Amerika Utara. Aku tambahkan efn saja merujuk ke bagian tersebut. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- Apakah ada pendapat keagamaan soal metode-metode yang sekarang sudah terbukti salah? Misalnya dari Al-Andalus mengarah ke selatan, berarti kalau salatnya dari Granada ke arah Maroko tetap dianggap tidak sah dong walaupun itu metode tradisional?
- Maksudnya retrospeksi dari sekarang begitu ya? Aku enggak nemu yang menggali dan menghakimi masa lalu begitu. Tetapi menurut sumber King, pada zaman itu dianggap masih dalam batasan jihatul ka'bah (disebutkan di kalimat terakhir "Keragaman arah kiblat"). HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- Bagian "Alat bantu" mungkin bisa dikembangkan lagi dengan memulai paragraf dengan alat-alat tradisional seperti kompas kiblat, dan kemudian baru masuk ke alat bantu modern seperti aplikasi telepon pintar
- Urutan kalimatnya diubah agar yang tradisional seperti kompas disebutkan lebih dahulu. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- "tetapi astronomi India tetap memiliki pengaruh berarti." ==> pengaruh seperti apa?
- Menurut sumbernya terutama dalam penyusunan tabel-tabel astronomi. Sudah aku tambahkan. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- "Berdasarkan metode-metode hisab tersebut, membuat tabel yang menunjukkan arah kiblat dari berbagai tempat di dunia, yang disusun menurut selisih bujur (ΔB) dan lintang (ΔL) dari Mekkah." ==> fragment sentence
- sudah dilengkapi kalimatnya. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- Ketidakkonsistenan penulisan: "Dunia Islam" atau "dunia Islam"?
- Sudah jadi konsisten. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.06 (UTC)
- Keragaman arah kiblat: bagaimana dengan penentuan arah kiblat di Nusantara? Aku pernah baca kalau masjid2 lama cukup mengarah ke barat karena mereka tahunya Mekkah itu di barat. Mungkin bisa disebutkan secara sepintas karena akan menarik untuk pembaca.
- Aku tambahkan satu paragraf tentang Nusantara, harap diperiksa apakah sudah cukup atau malah perlu dipangkas karena terlalu detail. HaEr48 (bicara) 19 Januari 2020 19.58 (UTC)
- Numpang komentar, kayaknya bagian mengenai perselisihan pendapat (mulai dari "Para ahli falak Indonesia..." sampai "... seperti metode pengamatan bayangan") bisa dipangkas atau malah dibuang sekalian; sepertinya intinya kurang lebih sama dengan perdebatan mengenai ainul ka'bah dan jihatul ka'bah yang sudah dibahas sebelumnya (?). Masjawad99💬 20 Januari 2020 00.05 (UTC)
- Kalau menurutku malah sudah bagus dan cukup informatif untuk ada di bagian keragaman arah kiblat. Mimihitam 20 Januari 2020 07.24 (UTC)
- Oke, kalau begitu aku pertahankan saja. HaEr48 (bicara) 20 Januari 2020 18.47 (UTC)
- Numpang komentar, kayaknya bagian mengenai perselisihan pendapat (mulai dari "Para ahli falak Indonesia..." sampai "... seperti metode pengamatan bayangan") bisa dipangkas atau malah dibuang sekalian; sepertinya intinya kurang lebih sama dengan perdebatan mengenai ainul ka'bah dan jihatul ka'bah yang sudah dibahas sebelumnya (?). Masjawad99💬 20 Januari 2020 00.05 (UTC)
- Aku tambahkan satu paragraf tentang Nusantara, harap diperiksa apakah sudah cukup atau malah perlu dipangkas karena terlalu detail. HaEr48 (bicara) 19 Januari 2020 19.58 (UTC)
Semoga masukanku bisa membantu. Mimihitam 13 Januari 2020 14.53 (UTC)
Komentar dari Masjawad99
suntingMenarik sekali artikelnya, porsi pembahasan aspek-aspek keagamaan, sejarah, dan saintifiknya juga pas dan mudah diikuti, disertai dengan ilustrasi memadai. Sebagian besar tanggapan yang ingin saya berikan sudah terwakilkan oleh komentar Bung Mimi di atas. Saya hanya ada beberapa tambahan:
- Paragraf ketiga di bagian pembuka mungkin bisa diringkas sedikit lagi.
- sudah. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.17 (UTC)
- Istilah "celah" untuk merujuk pada mihrab sepertinya lebih pas diganti "ceruk" atau "relung".
- Sudah. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.17 (UTC)
- Kalau bisa, ilustrasi arah-arah kiblat Kairo abad ke-15 di-overlay di atas peta yang menunjukkan lokasi Kairo dan Mekkah. Soalnya kalau cuma diagram yang menunjukkan arah tanpa konteks, kayaknya ilustrasi satunya (yang menggambarkan masjid-masjid dengan kiblat beragam) sudah cukup. Masjawad99💬 14 Januari 2020 03.53 (UTC)
- Untuk dioverlay kayaknya lumayan susah karena efek akibat proyeksi peta harus dipertimbangkan juga, jadi tidak bisa asal tempel saja. Aku rasa tetap berguna karena panah-panahnya jauh lebih banyak dibanding masjid-masjid yang ada di peta satunya. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 06.44 (UTC)
Tambahan lagi:
- "Berdasarkan metode-metode hisab tersebut, membuat tabel yang menunjukkan arah kiblat dari berbagai tempat di dunia, yang disusun menurut selisih bujur (ΔB) dan lintang (ΔL) dari Mekkah" ==> kalimatnya janggal. Mungkin ada kata yang hilang sebelum "membuat"?
- @Masjawad99 ini memang fragment sentence yang perlu diperbaiki oleh @HaEr48 Mimihitam 15 Januari 2020 16.52 (UTC)
- Wahaha, gak sadar kalo udah disebut di atas. Masjawad99💬 16 Januari 2020 04.05 (UTC)
- Sudah. HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.17 (UTC)
- @Masjawad99 ini memang fragment sentence yang perlu diperbaiki oleh @HaEr48 Mimihitam 15 Januari 2020 16.52 (UTC)
- Transliterasi istilah Arab (yang belum diserap) apa perlu diseragamkan? Saya lihat masih ada yang tidak konsisten, misalnya alih aksara ح (inḥiraf vs masjidi l-haram), pemisahan/penggabungan alif lam ke kata sebelumnya (rasyd al-qiblat vs 'ainul ka'bah), atau penggunaan digraf vokal dalam Suhail (vs Suhayl). Masjawad99💬 15 Januari 2020 11.31 (UTC)
- Kalau menurut WP:ARABLATIN, semua yang disebutkan di atas dua-duanya boleh (ḥ vs h, -ul vs al-, dan ay vs ai). Untuk h dan ai aku konsistenkan saja, tetapi kalau -ul dan al- aku biarkan saja karena buku-buku pun tidak konsisten dan kadang memang ada tempat yang lebih natural (dalam bahasa Indonesia) untuk -ul (misal ainul) dan dengan al- (misal inhiraf al-). HaEr48 (bicara) 18 Januari 2020 05.17 (UTC)
- Diskusi di atas adalah arsip. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon untuk tidak menyunting lagi halaman ini. Komentar selanjutnya dapat diberikan di halaman pembicaraan artikel.