Wonosido, Pituruh, Purworejo

desa di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

Wonosido merupakan salah satu desa di kecamatan Pituruh, Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia. Desa Wonosido terletak sekitar ±12 km dari pusat kecamatan Pituruh serta 32 km dari pusat Kabupaten Purworejo melalui Pituruh atau 47 km melalui Kecamatan Bruno. Desa Wonosido terletak di sebelah utara dari kecamatan Pituruh yang wilayahnya berupa perbukitan. Desa Wonosido berada di atas ketinggian antara 350-700 mdpl sehingga mempunyai alam yang sangat indah dan alami.

Peta Wilayah Desa Wonosido
Wonosido
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenPurworejo
KecamatanPituruh
Kode pos
54263
Kode Kemendagri33.06.11.2048 Edit nilai pada Wikidata
Luas5 km²
Jumlah penduduk1200 jiwa
Kepadatan240 jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°36′2″S 109°51′40″E / 7.60056°S 109.86111°E / -7.60056; 109.86111


Batas wilayah

sunting

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara Desa Pamriyan dan Kecamatan Bruno
Timur Kecamatan Bruno dan Kecamatan Kemiri
Selatan Kecamatan Kemiri
Barat Desa Sawangan, Desa Pamriyan dan Desa Kaligintung

Pembagian Wilayah

sunting
  1. Dusun Krajan
  2. Dusun Tamansari
  3. Dusun Jurangcelong
  4. Dusun Kedungwungu

Sejarah

sunting

Asal Mula

sunting

Sekitar abad 17 kerajaan Pajang runtuh. Berdirilah kerajaan Mataram di daerah hutan Mentaok yang rajanya pada waktu itu Danang Sutowijoyo dengan gelar Panembahan Senopati. Penduduk asli daerah hutan Mentaok yang pada waktu itu masih beraliran Animisme dan Dinamisme merasa terdesak oleh kebudayaan Islam yang pada waktu itu dibawa masuk oleh Panembahan Senopati beserta pengikutnya-pengikutnya.

Alkisah dengan terdesaknya penduduk asli daerah Mentaok itu, pergilah sekelompok penduduk yang dipimpin oleh Raja Jenggi (Paok) nama aslinya, bersama dengan Godheg putranya, Kontheng keponakannya, beserta Samparangin, dan Mranggi sebagai pengikutnya. Mereka pertama kali datang di daerah hutan tepi sungai, tempatnya sangat subur dan di daerah tersebut banyak tumbuh tanaman jahe. Dengan tanaman jahe itulah mereka bisa hidup untuk ditukar dengan bahan makanan ke daerah lain, maka daerah yang pertama kali mereka datangi tersebut diberi nama Bejahen.

Setelah bertahun-bertahun tinggal di daerah Bejahen, mereka pindah ke sebelah baratnya. Di daerah tersebut sudah ada penduduk aslinya, diantaranya beberapa wanitanya berparas cantik seperti putri-putri kerajaan. Dengan alasan tersebut tempat itu diberi nama Tamansari. Dari Tamansari mereka naik ke sebelah utara, yaitu daerah perbukitan yang tinggi dan banyak ditumbuhi pohon gedoya yang besar-besar, maka daerah tersebut diberi nama Gedoya, ke sebelah utara sedikit diberi nama daerah Ngaglik, karena keadaan tempatnya yang agak tinggi.

Dari perbukitan Ngaglik itulah mereka melihat di sebelah utaranya berupa hutan agak datar dan subur. Tetapi hutan tersebut banyak ditumbuhi tumbuhan menjalar berduri tajam, tumbuhan tersebut namanya duriwana (rihwana). Dengan kerja keras membuka hutan tersebut, maka lama-kelamaan didirikanlah suatu desa di daerah tersebut, dengan sulitnya membuka hutan duriwana dan banyak rintangan yang mereka hadapi, maka daerah tersebut diberi nama Wonosido. Wonosido yang artinya berawal dari hutan duriwana setelah dibuka dengan kerja keras dan banyaknya rintangan yang mereka hadapi alhasil bisa terwujud menjadi desa.

Di bumi Wonosido lah Raja Jenggi (Paok) bersama putra dan pengikutnya mulai hidup makmur dan sejahtera. Dengan alasan kemakmuran dan kesejahteraan tersebut maka daerah hutan duriwana juga disebut Bumireja. Dengan selesainya membuka hutan tersebut, juga dibarengi dengan lahirnya putra bungsu Raja Jenggi (Paok) yang diberi nama Wareng(tubuhnya kecil). Setelah Wareng dewasa mulailah mendirikan pemerintahan desa, dan beliau diberi kuasa untuk mengaturnya. Dengan kelebihan dan kebijaksanaannya dalam mengatur desa, maka Wareng dijuluki Kyai Wonosido karena beliau bisa mendidik dan mengatur warganya menjadi damai, aman, dan sejahtera. Dan beliau juga dinobatkan sebagai Lurah Desa Wonosido yang pertama. Dalam mengatur pemerintahan Kyai Wonosido membawahi empat (4) wilayah, yaitu:

  1. Wilayah Bumireja (sekarang Krajan)
  2. Wilayah Tamansari
  3. Wilayah Jurangcelong
  4. Wilayah Kedungwungu

Wilayah Bumireja dikendalikan sendiri oleh Kyai Wonosido, wilayah Tamansari dibantu oleh Bluwok dan Citranala, wilayah Jurangcelong dibantu oleh Bluwok dan Rasawana, dan untuk wilayah Kedungwungu dibantu oleh Bagor dan Bakir. Kontheng dan Samparangin bertugas menjaga desa Wonosido secara keseluruhan, Mranggi bertugas merawat pusaka dan senjata yang pada waktu itu dianggap keramat. Sedangkan Godheg putra tertua Raja Jenggi (Paok), pergi ke sebalah barat mendirikan desa Pamriyan. Demikian sejarah singkat terjadinya/berdirinya Desa Wonosido, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo yang digali dan diceritakan secara lisan dan turun-temurun oleh tokoh masyarakat/sesepuh Desa Wonosido yang bernama Padmowiryo.

Pembuka Sembunggani

sunting
  1. MBAH RAJA JENGGI (PAOK)
  2. MBAH KONTHENG
  3. MBAH SAMPARANGIN
  4. MBAH WARENG (KYAI WONOSIDO)
  5. MBAH CITRANALA
  6. MBAH BLUWOK
  7. MBAH MRANGGI
  8. MBAH RASAWANA
  9. MBAH BLUWOK
  10. MBAH BAGOR
  11. MBAH BAKIR

Penjaga Perbatasan

sunting
  1. TUAN BUYUTAN di WATU KUWUK/GROWONG yaitu antara Desa Wonosido (Bumireja) dengan Desa Kemranggen
  2. BUYUTAN TUAN di PAGER SENGARA yaitu antara Desa Wonosido (Bumireja) dengan Desa Pamriyan
  3. ANTARA LAUTAN di WATU MALANG yaitu antara Desa Wonosido (Jurangcelong) dengan Desa Pamriyan
  4. ANTARA DESA di MLIWIS yaitu antara Desa Wonosido (Jurangcelong) dengan Desa Sawangan
  5. SITEKEK di WRINGIN yaitu antara Desa Wonosido (Kedungwungu) dengan Desa Kaliglagah

Kepemimpinan

sunting
No. Nama Tahun Masa Jabatan
1. Kyai Wonosido 1757-1782 25 Tahun
2. Naya Wecana I 1782-1812 30 Tahun
3. Naya Wecana II 1812-1837 25 Tahun
4. Ranayuda 1837-1857 20 Tahun
5. Tirtayuda 1857-1877 20 Tahun
6. Tirta Wikrama 1877-1895 20 Tahun
7. Sadi Wirya 1895-1920 25 Tahun
8. Wanayuda 1920-1927 7 Tahun
9. Wanadijaya 1927-1957 30 Tahun
10. Tirta Yuwana 1957-1989 32 Tahun
11. Kasidi 1990-2006 16 Tahun
12. Tugiman 2007-2013 6 Tahun
13. Sutopo 2014-Sekarang 9 Tahun berjalan

Geografi

sunting

Desa Wonosido merupakan salah satu desa di sebelah utara dari kecamatan Pituruh yang wilayahnya berupa perbukitan. Desa Wonosido berada di atas ketinggian antara 350-700 mdpl dengan Gunung Salialah (695 Mdpl) sebagai titik tertingginya. Disekitarnya terdapat puncak lain seperti Puncak Watukuwuk (619 Mdpl) dan Puncak Tanggullangsi (651 Mdpl). Disebelah timur desa mengalir Sungai Kedunggupit sedangakn diwilayah barat terdapat Sungai Sawangan. Serta ditengah desa mengalir sungai kecil dari Gunung Salialah yaitu Sungai Petung. Desa Wonosido beriklim tropis dengan dua musim dalam satu tahunnya yaitu musim kemarau dan penghujan, dengan suhu udara pada siang hari berkisar antara 24-33 derajat Celcius. Pada bulan Juli sampai Agustus bisa turun menjadi 21-22 derajat celcius.

Penduduk

sunting

Sebagian besar penduduk Desa Wonosido berprofesi sebagai petani, buruh tani, wiraswasta dan PNS. Umumnya penduduk usia produktif pergi merantau atau bersekolah. Mayoritas penduduk Desa Wonosido adalah beragama Islam. Masyarakat Desa Wonosido sangat ramah dan hidup dengan damai, serta menjaga solidaritas kelompok dan kegotong-royongan. Selain itu, masyarakat Desa Wonosido juga masih mempertahankan budaya serta tradhisi dari nenek moyang.

Pendidikan

sunting
  1. SD Negeri 1 Wonosido
  2. Kelompok Bermain "Kartini"

Sarana dan Prasarana

sunting
  1. Jalan desa (aspal/beton)
  2. Balai Desa
  3. Masjid (1)
  4. Mushalla/Langgar (4)
  5. Posyandu
  6. Gedung Pertemuan/Olahraga
  7. Hotspot (Akses internet umum)

Potensi Desa

sunting

Keindahan Alam

sunting
  1. Gunung Saliala
     
    Gunung Saliala
  2. Gunung Kukusan
     
    Gunung Kukusan
  3. Bukit Tranggulasli
     
    Tranggulasli
  4. Curug Saliala
     
    Curug Saliala

Pertanian

sunting
  1. Padi
  2. Kelapa
  3. Jagung
  4. Ketela
  5. Cengkeh
  6. Kopi
  7. Jenitri
  8. Kapulaga
  9. Lada
  10. Kemukus
  11. Kemiri
  12. Porang
  13. Durian

Kesenian

sunting
  1. KRIDO UTOMO (Kuda Kepang)
  2. SABAR NARIMO (karawitan jawa
  3. LANGEN BUDOYO (Tayub)
  4. TEKAD MANUNGGAL (Kuda Lumping) kreasi baru
  5. REBANA AL HIKMAH (Rebana)

Tradisi

sunting
  1. Wetonan
  2. Suran
  3. Saparan
  4. Muludan
  5. Punggahan
  6. Selikuran
  7. Nyadran
  8. Sedekah Bumi
  9. Merti Desa

Referensi

sunting

Arsip Desa Wonosido, Sesepuh Desa Wonosido (Alm. Mbah Padmowiryo) dan Arsip Bp. Ngadimin, S.Pd.SD. yang ditulis ulang oleh Tofik Supriyadi dan Sidik Priyanto