Yangon Heritage Trust
The Yangon Heritage Trust (bahasa Burma: ရန်ကုန်အမွေအနှစ် ထိန်းသိမ်းစောင့်ရှောက်ရေးအဖွဲ့; singkatan YHT) merupakan Lembaga swadaya masyarakat yang didirikan oleh Thant Myint-U untuk melestarikan bangunan-bangunan bersejarah di Yangon (sebelumnya Rangoon), bekas ibu kota dari Myanmar[1][2]. Yangon memiliki koleksi bangunan-bangunan era kolonial terbesar di benua Asia[3]. Lembaga tersebut mengusulkan untuk membuat zona kecil khusus di tengah kota (terutama di pusat kota Yangon) sebagai area warisan dan kemungkinan kolaborasi antara pihak swasta dan publik dimana pihak swasta akan merestorasi bangunan untuk tujuan komersial sekaligus mempertahankan karakter kawasan tersebut[1]. Lembaga juga mengadvokasi rencana pelestarian yang dipimpin oleh pihak swasta[4].
ရန်ကုန်အမွေအနှစ် ထိန်းသိမ်းစောင့်ရှောက်ရေးအဖွဲ့ | |
Singkatan | YHT |
---|---|
Tanggal pendirian | 2012 |
Tipe | LSM |
Kantor pusat | Yangon, Myanmar |
Chairman | Thant Myint-U |
Situs web | yangonheritagetrust |
Pada Juni 2013, Philips mengumumkan kolaborasi dengan Lembaga untuk memasang 200 plakat berlampu warna biru untuk menonjolkan situs warisan budaya milik kotak[5].
Terdapat lebih dari 15.000 bangunan di Yangon ingin dirawat oleh lembaga, dan pada 2020 terdapat 350 proyek restorasi yang dijalankan[6].
Referensi
sunting- ^ a b Robinson, Gwen (9 March 2012). "Myanmar pushes to save colonial buildings". Financial Times. Diakses tanggal 27 September 2013.
- ^ Robinson, Gwen (9 March 2012). "Myanmar pushes to save colonial buildings". Financial Times. Diakses tanggal 27 September 2013.
- ^ KYAW YE LYNN; PETER JANSSEN. "The race is on in Yangon". DEUTSCHE PRESSE-AGENTUR. Diakses tanggal 27 September 2013.
- ^ Kean, Thomas (19 March 2012). "Historic Yangon cityscape thrown a lifeline". Myanmar Times. Diakses tanggal 27 September 2013.
- ^ "Philips and Yangon Heritage Trust partner to highlight Yangon's rich cultural heritage sites as part of Philips' commitment to Myanmar". Philips. 5 June 2013. Diakses tanggal 27 September 2013.
- ^ "In with the old". The Economist. 16 December 2020. Diakses tanggal 1 February 2021.