Zainal Afif
Artikel ini sudah memiliki daftar referensi, bacaan terkait, atau pranala luar, tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat. |
Zainal Afif (25 April 1936 – 28 Oktober 2004) adalah seorang penyair keturunan Indonesia asal Aceh yang menjadi warga negara Swedia.
Zainal Afif | |
---|---|
Lahir | Lhoksukon, Indonesia | 25 April 1936
Meninggal | 28 Oktober 2004 Huddinge | (umur 68)
Pekerjaan | penyair |
Kebangsaan | Indonesia Swedia |
Pendidikan dan pekerjaan
suntingZainal Afif pernah belajar di Fakultas Sastra-Budaya, Universitas Gadjah Mada. Ia mulai menulis puisi, laporan, dan esai sejak 1956 di Medan. Namun ia bukan hanya seorang pengarang yang menerbitkan tulisan-tulisannya di media massa pada waktu itu, tetapi juga bekerja sebagai penyiar dan dosen bahasa Indonesia. Ia pernah bertugas dalam program siaran sastra di Radio Republik Indonesia di Jakarta. Selain itu, ia juga pernah bertugas di pemancar radio Korea Utara dan Vietnam Utara, yang saat itu masih belum bersatu dengan Vietnam Selatan. Sebagai ahli bahasa ia pernah bertugas sebagai dosen bahasa dan sastra Indonesia di Guangdong University of Foreign Studies, di Guangzhou, Tiongkok pada 1981-1989 dan 2003-2004.
Bersama keluarganya ia kemudian pindah ke Swedia, menjadi warga negara Swedia dan diterima sebagai anggota PEN Swedia.
Pergi dan tak pernah kembali
suntingPada 27 September 1965, Afif—demikian ia biasa disapa kawan-kawannya—bersama empat rekannya sesama pengarang Indonesia diutus oleh pemerintah Indonesia ke Beijing untuk kunjungan kebudayaan dan menghadiri perayaan nasional berdirinya Republik Rakyat Tiongkok. Selain Afif, anggota rombongan itu adalah Aziz Akbar, Kusni Sulang, Sukaris, dan A. Kohar Ibrahim. Perjalanan yang direncanakan cuma untuk sebulan itu ternyata berubah menjadi perjalanan yang teramat panjang. Sebagian orang—seperti halnya Afif—bahkan tak pernah lagi menghirup udara di tanah kelahirannya.
Pada tanggal 30 September, atau tepatnya dini hari 1 Oktober 1965, Indonesia dilanda oleh pergolakan politik yang dahsyat yang mengakibatkan ratusan ribu—atau bahkan diperkirakan satu juta lebih—orang dibunuh. Afif, seperti banyak orang Indonesia lainnya yang saat itu berada di luar negaranya, akhirnya memutuskan untuk menunda kepulangannya demi keselamatannya sendiri. Demikianlah akhirnya Zainal terpaksa hidup di pengasingan sampai akhir hayatnya.
Ia dimakamkan pada 19 November 2004 di St. Botvids Kyrkogård, Huddinge.
Karya tulis
suntingBerikut ini adalah sebagian dari karya-karya Zainal Afif yang sempat ditulisnya. Sebagian telah diterbitkan, sebagian lagi belum:
- Sastra Indonesia, Angkatan dan Periodisasi
- Sastra Indonesia Klasik, Apa dan Bagaimana Akronim dan Singkatan Indonesia
- Berkelana di Bumi Zhongguo
- Arus dan Darah - sebuah kumpulan sajak
Selama tinggal di Swedia, Afif juga sempat menerbitkan karya-karyanya di dalam majalah seni dan sastra "Kreasi" yang dikelola oleh kawan-kawannya senasib sepenanggungan. Sebagian karyanya lagi diterbitkan dalam buku kumpulan puisi yang ditulis oleh orang-orang senasib dengannya yang tak bisa pulang ke tanah air. Buku itu diberi judul "Di Negeri Orang", diterbitkan bersama oleh YSBI Amsterdam dan Amanah Lontar Jakarta tahun 2002.
Keluarga
suntingZainal Afif yang beragama Islam, menikah dengan Rondang Erlina Marpaung, seorang gadis suku Batak yang beragama Kristen. Meskipun berbeda agama, kehidupan keluarga mereka berlangsung harmonis dan mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang dinamai "Nyala Baceh" (=Nyala Batak-Aceh).
Puisi Zainal Afif
suntingDi bawah ini adalah bagian dari puisi Zainal Afif yang dipersembahkannya untuk putri tunggalnya:
- "KAU DATANG ANAKKU SAYANG"
- - menyongsong hari jadi nyala baceh bulan juli
- kau datang, anakku sayang, disambut syahdu mazmur gereja
- gemercik air tao toba nauli dilingkar tusam meliuk berderai
- irama membangunkan tabuh subuh meunasah dalam sejuk dibalut embun
- dayu azan menara mesjid bergetar mengalun
- menjelajahi lingkung lereng dan lembah geuredong
- namun tak kami pinta kau pilih salah satu
- yang bersuara di hati mama yang bersuara di hati papa
- datangmu, anak sayang, bukan untuk menghadap paksa
- papa mama perkenalkan cuma pesan iqamat pesan baptis
- seperti hakmu memilih baceh - batak aceh - marga ciptaanmu dua bangsa
- bertetangga
- hak sendiri memilih yakinmu setelah kenal dan paham hakikat hayat