Zooarkeologi atau arkeozoologi menggabungkan disiplin ilmiah zoologi dan arkeologi, berfokus pada analisis sisa-sisa hewan pada situs-situs arkeologis. Canag ini, yang dikelola oleh spesialis yang dikenal sebagai zooarkeolog atau analis fauna, menelaah sisa-sisa seperti tulang, cangkang, rambut, kitin, sisik, kulit dan protein seperti DNA untuk membuka wawasan pada interaksi manusia-hewan dan kondisi lingkungan di masa lampau.[1] Meski tulang dan cangkang relatif lebih sering terawetkan dalam konteks arkeologis, biasanya sisa-sisa hewan jarang terawetkan.[2] Degradasi dan fragmentasi sisa-sisa hewan menjadi tantangan dalam menganalisis dan menginterpretasikan data dengan akurat.[2]

Ilustrasi mumi anjing Mesir Kuno.

Referensi

sunting
  1. ^ "Zooarchaeology | Reading Ancient Animal Remains". zooarch.illinoisstatemuseum.org. Diakses tanggal 2023-10-22. 
  2. ^ a b Yohe II, Robert M. (2006). Archaeology: The Science of the Human Past. Pearson. hlm. 248–264.